Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Keraguan The Fed Kurangi Tekanan Pada Negara Berkembang

SELASA, 27 NOVEMBER 2018 | 22:42 WIB | LAPORAN:

Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed belum dapat dipastikan akan menaikkan kembali suku bunga acuan menjelang tutup tahun 2018.

Apabila The Fed memutuskan untuk menunda kenaikan suku bunga di 2019 atau mengurangi jumlah kenaikan maka akan mengurangi tekanan pada negara-negara berkembang dalam juga meningkatkan suku bunganya, termasuk Indonesia.

Pengamat ekonomi Assyifa Szami Ilman menjelaskan, ketidakpastian akan keputusan perang dagang AS dan Tiongkok pada pertemuan G20 mendatang di Argentina serta munculnya indikator pelemahan perekonomian seperti pelemahan pertumbuhan ekonomi di Jepang dan Jerman pada Q3 2018 diperkirakan menjadi latar belakang keraguan terhadap The Fed dalam rencananya menaikkan suku bunga pada 2019.

"Pemerintah sudah mengantisipasi hal ini dengan memutuskan untuk tetap menaikkan suku bunga terakhir yang dilakukan pada November ini menjadi enam persen," ujar Assyifa kepada wartawan, Selasa (27/11).

Menurutnya, kenaikan suku bunga kali ini akan menjadi yang terakhir di luar kemungkinan The Fed cenderung akan tetap menaikkan suku bunganya lagi pada Desember 2018.

Di sisi lain, perekonomian AS apabila tidak ditahan dengan kenaikan suku bunga beresiko mengalami overheating karena inflasi yang tidak dijaga.

"Overheating adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara tidak mampu memiliki kapasitas produksi yang dapat memenuhi permintaan agregat," papar Assyifa.

Dia menambahkan, kepastian akan jumlah dan estimasi jadwal kenaikan suku bunga The Fed akan didiskusikan kembali dalam Rapat Komite Pasar Terbuka Federal pada 18-19 Desember. Kalau kenaikan suku bunga diperkirakan akan ditahan setelah Q1 2019 menjadi momentum yang dapat dimanfaatkan Bank Indonesia untuk mendorong perkuatan fundamental perekonomian yang salah satunya dengan regulasi keuangan yang mendukung pengembangan UMKM.

"Tentunya strategi ini hanya satu alternatif dari sekian strategi yang intinya harus menjaga stabilitas perekonomian di masa-masa yang tidak pasti seperti saat ini," jelas Assyifa yang juga peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS). [wah]

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Dandim Pinrang Raih Juara 2 Lomba Karya Jurnalistik yang Digelar Mabesad

Selasa, 30 April 2024 | 18:43

UPDATE

Jelang Laga Play-off, Shin Tae-yong Fokus Kebugaran Pemain

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:54

Preseden Buruk, 3 Calon Anggota DPRD Kota Bandung Berstatus Tersangka

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:40

Prof Romli: KPK Gagal Sejak Era Antasari, Diperburuk Kinerja Dewas

Rabu, 08 Mei 2024 | 07:15

Waspada Hujan Disertai Petir di Jakarta pada Malam Hari

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:28

Kemenag Minta Umat Tak Terprovokasi Keributan di Tangsel

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:23

Barikade 98: Indonesia Lawyers Club Lebih Menghibur daripada Presidential Club

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:20

Baznas Ungkap Kiat Sukses Pengumpulan ZIS-DSKL Ramadan 2024

Rabu, 08 Mei 2024 | 06:01

Walkot Jakpus Ingatkan Warga Jaga Kerukunan Jelang Pilgub

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:35

Banyak Fasos Fasum di Jakarta Rawan Diserobot

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:19

Sopir Taksi Online Dianiaya Pengendara Mobil di Palembang

Rabu, 08 Mei 2024 | 05:15

Selengkapnya