Muhammadiyah/Net

Politik

Muhammadiyah Untuk Bangsa

SENIN, 19 NOVEMBER 2018 | 06:48 WIB | OLEH: SUDARNOTO A HAKIM

PENGALAMAN Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa, secara khusus dalam panggung dan kontestasi politik, sudah panjang.

Tidak pernah mengubah haluan menjadi partai politik peserta pemilu yang berkontestasi dengan partai-partai lain, namun keberadaannya senantiasa dihitung.

Tidak sekadar menyediakan lumbung suara (voters) yang potensial, akan tetapi keberadaan para tokoh kunci Muhammadiyah dari tingkat pusat hingga akar rumput sangatlah penting dalam menyemai gagasan pencerahan tentang berbagai isu keumatan dan kebangsaan di lingkungan warga Persyarikatan. Tokoh tokoh Muhammadiyah adalah trend setters yang sangat didengar.

Tentu saja, sebagai kekuatan organisasi civil society muslim, Muhammadiyah sangatlah berkepentingan dengan arah perjalanan bangsa. Muhammadiyah terpanggil tidak saja untuk sekadar merawat akan tetapi juga memajukan bangsa.

Hal ini telah ditunjukkan bahkan sejak periode formatifnya. Di era itu, Muhammadiyah membangun dan memperkokoh basis atau fundament sosio kultural melalui gerakan keagamaan transformatifnya (pemurnian akidah dan sebagainya), kemanusiaan, dan pendidikan.

Komunitas muslim perkotaan yang dibangun Muhammadiyah menjadi modal penting dalam memperkokoh basis kekuatan politik. Munculnya sejumlah tokoh Muhammadiyah yang kemudian ikut mewarnai wacana keislaman dan kebangsaan melalui berbagai penerbitan, aktivisme sosial politik di berbagai gerakan semisal Budi Utomo, SI, PII dan sebagainya, persentuhannya secara intens dengan sejumlah tokoh penting nasional dari berbagai latar belakang agama, ideologi dan politik menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dari dinamika dan pergumulan Muhammadiyah dalam panggung politik kebangsaan kala itu.

Posisi sosial, keagamaan, intelektual dan politik (meskipun bukan partai politik) Muhammadiyah, melalui tokoh-tokohya, dengan cepat diperhitungkan di era bergerak (age of motion) tersebut. Muhammadiyah menjelma menjadi sebuah gerakan civil society Islam modern yang sangat populer dan berpengaruh di Asia Tenggara.

Perhatiannya diarahkan kepada ijtihad dan tajdid dengan maksud, pertama agar keyakinan dan pemahaman Keislaman masyarakat jenuin dengan mengedepankan kekuatan Manhajy, bukan Madzhaby. Kedua, agar masyarakat tercerahkan dan terbebas dari kenestapaan sosial dan ekonomi. Ketiga, agar Indonesia terbebas dari kolonialisme.

Basis kultural inilah yang nantinya diharapkan bisa menopang bangunan politik kebangsaan khususnya bagi Muhammadiyah. Melalui cara atau pendekatan seperti inilah Muhammadiyah mulai menampakkan kecenderungan ideologisnya.

Watak Muhammadiyah


Ada beberapa kata kunci atau unsur penting dari kecenderungan atau watak  gerakan Muhammadiyah ini yaitu Islam, pandangan tentang kebangsaan (nasionalisme), pandangan tentang kemanusiaan dan keadilan, pandangan tentang kedaulatan dan kemerdekaan, pandangan tentang negeri yang baik penuh ampunan Tuhan.

Kata kata kunci inilah yang menjadi salah satu sumber etos para tokoh penting Muhammadiyah untuk terlibat secara intens: (1) dalam gerakan politik praktis di Budi Utomo, SI, PII, MIAI, Masyumi dan di berbagai partai politik bahkan hingga saat ini (2) dalam gerakan militer kelasykaran pra kemerdekaan dan era revolusi (3) dalam perjuangan diplomatik (4) dalam perdebatan di BPUPKI dan PPKI  yang kemudian melahirkan Pancasila dan UUD RI (5) dalam merawat, mempermatang dan meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.

Singkatnya, Muhammadiyah adalah gerakan Islam modern berkemajuan, nasionalis, memperjuangkan sebuah negeri yang berdaulat untuk kemaslahatan bersama dan keadilan dan cinta damai.

Jadi, tidak beralasan bagi Muhammadiyah dan seluruh warga persyarikatan untuk tidak merawat bangsa dan negara Indonesia karena Muhammadiyah secara nyata telah ikut andil yang sangat besar dalam mendirikan Indonesia. Kesediaan Muhammadiyah untuk secara bersama sama membangun Indonesia yang berkeadaban tak diragukan.

Ta'awun

Spirit ta'awun yang kemudian menjadi tema utama Milad Muhammadiyah yang ke-106 tahun ini memperoleh momentumnya yang sangat pas.

Tidak saja karena etos dan watak utama gerakan Muhammadiyah sebagaimana yang diurai di atas, akan tetapi karena disadari bahwa Indonesia ke depan haruslah menjadi sebuah negara dan bangsa yang besar dan dihormati oleh semua bangsa di dunia.

Hal ini tidak mungkin dilakukan hanya oleh pemerintah saja. Keikutsertaan semua kalangan sangat dibutuhkan. Muhammadiyah tentu memiliki kesempatan yang sangat luas.

Spirit ta'awun ini bisa diejawantahkan di lingkungan internal Muhammadiyah dengan meningkatkan kualitas amal dan memperkuat jati dirinya sebagai kekuatan civil society muslim.

Dengan tetap mempertahankan ciri keislamannya, civil society yang dibangun oleh Muhammadiyah akan memiliki kemampuan menyumbang dan meningkatkan kualitas demokrasi substansial.

Sementara itu, secara eksternal, kesiapan Muhammadiyah untuk ber-ta'awun kepada bangsa akan mendorong pemerintah khususnya untuk mengawal Indonesia menjadi sebuah negeri yang berkemajuan. Ini artinya bahwa pemerintah bersama Muhammadiyah dan elemen kekuatan masyarakat lainnya haruslah memiliki kemauan tulus dan kemampuan untuk menjaga dan memajukan Indonesia, dipikul secara bersama dan tulus.

Inilah watak penting Muhammadiyah yaitu ketulusan untuk memberi, merawat, membesarkan dan memajukan. Dirgahayu 106 Muhammadiyah. [***]

Penulis adalah Associate Professor Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Jakarta, Asisten Stafsus Presiden RI Bidang Keagamaan Internasional, dan Wakil Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Sinergi Infrastruktur dan Pertahanan Kunci Stabilitas Nasional

Senin, 10 Maret 2025 | 21:36

Indonesia-Vietnam Naikkan Level Hubungan ke Kemitraan Strategis Komprehensif

Senin, 10 Maret 2025 | 21:22

Mendagri Tekan Anggaran PSU Pilkada di Bawah Rp1 Triliun

Senin, 10 Maret 2025 | 21:02

Puji Panglima, Faizal Assegaf: Dikotomi Sipil-Militer Memang Selalu Picu Ketegangan

Senin, 10 Maret 2025 | 20:55

53 Sekolah Rakyat Dibangun, Pemerintah Matangkan Infrastruktur dan Kurikulum

Senin, 10 Maret 2025 | 20:48

PEPABRI Jamin Revisi UU TNI Tak Hidupkan Dwifungsi ABRI

Senin, 10 Maret 2025 | 20:45

Panglima TNI Tegaskan Prajurit Aktif di Jabatan Sipil Harus Mundur atau Pensiun

Senin, 10 Maret 2025 | 20:24

Kopdes Merah Putih Siap Berantas Kemiskinan Ekstrem

Senin, 10 Maret 2025 | 20:19

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Airlangga dan Sekjen Partai Komunis Vietnam Hadiri High-Level Business Dialogue di Jakarta

Senin, 10 Maret 2025 | 19:59

Selengkapnya