Apa sebenarnya alasan Ajip Rosyidi mengembalikan Habibie Award yang diterimanya pada 2009?
"Saya merasa terhina disejajarkan dengan plagiator sama-sama mendapat Hadiah Habibie," kata Ajip.
Budayawan ini mengaku sudah menulis surat kepada Ketua Yayasan Ketua Yayasan SDM Iptek Habibie Center Wardiman Djojonegoro. Dalam suratnya dia menyampaikan pendapat bahwa ada kekeliruan juri dalam pemberian Habibie Award kepada Prof Nina Lubis.
"Kalau hadiah kepada wanita ahli sejarah plagiator itu tidak dicabut maka saya akan mengembalikan Hadiah Habibie yang pernah saya terima," kata Ajip sambil menambahkan "Ternyata Ketua Yayasan Ketua Yayasan SDM Iptek Habibie Center menolak pendapat saya," katanya.
Prof Nina Lubis diganjar Habibie Award pada 2015. Ajip menilai Nina bukan sosok yang tepat mendapatkan penghargaan karena telah melakukan berbagai tindakan plagiasi atas buku-buku yang pernah dibuatnya.
Diantaranya buku "Negarawan dari Desa Cinta". Ajip menyebut buku tersebut plagiasi skripsi mahasiswa bimbingan Nina di Universitas Padjajaran, Elly Maryam. Nina melakukan hal sama dalam penulisan bahan tentang KH Nur Ali. Ajip juga menyebut Nina meringkas habis-habisan roman karya Pramoedya tentang Tirto Adhi Soerjo untuk dijadikan tulisannya.
Ajip mengaku telah membuat janji dengan Wardiman Djojonegoro di kantor Yayasan SDM-Iptek. Namun dia terpaksa mengembalikan piagam Habibe Award dengan dititip ke satpam karena Wardiman tidak ada di tempat. Adapun uang dari Habibie Award sudah dikembalikan Ajip dengan mentransfernya ke rekening yayasan tersebut.
"Bagaimana mungkin seorang plagiator mendapat Hadiah Habibie? Hal itu hanya mungkin terjadi karena seorang professor ahli sejarah nasional menjadi anggota juri padahal di lingkungan para ahli sejarah sudah lama beredar isu bahwa ada hubungan khusus antara anggota juri itu dengan si pemenang," tukas Ajip.
[dem]