Berita

Politik

Sontoloyo Dan Gandaruwo

SABTU, 10 NOVEMBER 2018 | 12:14 WIB | OLEH: ZENG WEI JIAN

DEFINISI "Mocking & insult" (+/-) making fun of someone or something in a cruel way. Sadiz. Beda dengan "Jokes". Aksi menghina melibatkan dua pihak; a perpetrator and a target.

"Mocking & insult" masuk kategori psychological torture because there is no physical harm caused, but there is mental harm.

Epidemiology of insult sudah ada. Di verbal society, menghina secara lisan merupakan metode to reduce the social status of the recipient and raise the relative status of the insulter. Menaikan diri dan merendahkan orang lain.


If the above logic is correct, asumsinya; menghina itu tindakan reaksioner yang dimotivasi oleh "anger" dan "status insecurity".

Dr. Eva Jajonie, a clinical psychotherapist from the American Center for Psychiatry and Neurology in Abu Dhabi, menyatakan:

"When suppressed concerns and feelings, such as lack of self-esteem; self-defeating thoughts and behaviours; guilt; and anger, for example, are not treated or dealt with, the person uses insults to unleash anger, to escape dealing with the pain or trauma experienced or asa way to exert control [over another person] and feel powerful."

Kurang dari satu bulan, Presiden Joko merilis dua "verbal insult" dengan istilah "Politisi Sontoloyo" dan "Gandaruwo berpolitik".

Seperti lelucon, effective "mocking & insults" berkaitan dengan "timing" dan "must touch a vital nerve".

Beda antara "jokes" dan "insult" terletak pada "emotional content". Jokes trigger gelak tawa, whereas insults unleash anger.

Karena salah timing dan tidak menyentuh syaraf rendah diri oposisi, Mr. President's Sontoloyo dan Gandaruwo tidak membuat oposisi jadi minder.

Kedua istilah; Sontoloyo dan Gandaruwo hanya mentriger dan unleash massive public anger. Jadi backfired kepada Kubu Petahana.

Menurut Dr. Jajonie, "Even the media plays a major role today. Some cartoons, movies and video games, for example, teach insults and violence, affecting children."

Di Indonesia, bukan hanya media-media itu, bahkan presiden pun ikut beri contoh bagaimana "menghina" menjadi alat narsis. [***]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya