Pilpres dan pileg melibatkan rakyat dan koalisi yang luas. Tanpa otokritik terbuka seperti partai pendukung Pak Jokowi akan terlihat seperti vocal group tahun 80-an.
Otokritik tertutup dilakukan jika tidak melibatkan partisipasi rakyat dan untuk satu kekuatan politik tersentral, ungkap Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief melalui twitt akun pribadinya @AndiArief_.
Masih melalui akun twitternya, Andi mencuit, karena tidak ada dinamika internal atau bahkan tanpa otokritik di kubu petahana, akibatnya semua juru bicaranya serentak menyerang kampanye Prabowo - Sandi. Tetiba menjadi pengamat kampanye. Itulah dahsyatnya politik turun ke bawah, cuit Andi.
Menurut Wasekjen Partai Demokrat ini, kubu petahana cerdas dan kritis yang akan membuat oposisi dan ruang publik menjadi menggairahkan.
"Sebaliknya petahana yang kehilangan tema tak terhindar menggunakan kebencian sebagai senjata. Apalagi didukung aparat kekuasaan dan media. Selama media berfihak, petahana itu lemah," cuit Andi.
Kalau tidak mau lakukan otokritik karena alasan disiplin, tulis Andi...aaih bisa dipahami. Tetapi kalau alasannya karena takut pada ancaman hukum dan kran logistik dimatikan oleh kekuasaan -atau takut tak dapat jabatan- ngapain repot2 cari teori buat petahana.
"Dari Sekjen PDIap Hasto di hulu sampai politisi muda @TsamaraDKI di hilir, seperti barang cetakan. Penuh puja-puji, kemiskinan turun satu digit, bahaya indonesia seperi suriah, sampai Jokowi tukang yang bangun jalan. Politisi dan intelektual "tukang" marak lagi," cuit mantan Staf Khusus Presiden SBY ini.
[dem]