Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Sumpah Pemuda 2018: Bersatu Menolak Perpecahan Bangsa

MINGGU, 28 OKTOBER 2018 | 11:40 WIB | OLEH: TEUKU GANDAWAN

SEBUAH bangsa pastilah memiliki dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, demikian pula Indonesia. Akan selalu ada orang-orang yang sangat paham dengan tujuan kebangsaan, ada yang kurang paham dan ada yang memang tak paham dan enggan menjadi paham.

Kenapa selalu ada orang yang enggan paham atau tidak mau paham? Itulah kehidupan. Semua bangsa mengalami dan memiliki kelompok orang-orang yang menjadi sampah masyarakat mereka. Itu kenapa di setiap bangsa selalu ada pelaku kriminal, pembuat onar, pengadu domba, koruptor, pembela koruptor, kaum anarki, kaum perampas hak-hak publik dan sebagainya.

Hari ini kita tiba pada tanggal 28 Oktober 2018, tanggal dimana 90 tahun lalu yaitu pada 28 Oktober 1928, muncul sekelompok orang-orang cerdas dan berjiwa nasionalis bersikap tegas dan utuh untuk menyatakan keinginannya agar bangsa ini menjadi bangsa yang utuh, produktif dan hidup dalam harmoni yang penuh kesadaran demi kebaikan bersama.

Hari ini 28 Oktober 2018, kita menghadapi ulang kebusukan masa lalu. Dimana sebagian dari kita sibuk mengadu domba seolah bangsa ini sedang di pinggir perpecahan karena menolak keberagaman. Celakanya yang sibuk menghasut seolah adanya perpecahan keberagaman adalah orang-orang yang memegang otoritas kegiatan publik. Pihak yang harusnya menjaga persatuan malah sibuk menjaga agar terus ada konflik untuk bisa dimanfaatkan dan disalahgunakan.

Padahal pada saat yang sama, hari ini, kita sebenarnya masih sangat banyak yang hidup normal. Tidak ada saling benci di pasar-pasar dan mall-mall. Tidak ada saling benci di kantor-kantor dan tempat olahraga. Tidak ada saling benci di banyak tempat. Yang ada hanya sekelompok minoritas orang yang terus menghasut kebencian di sosial media, menghasut seolah adalah perpecahan agama, menghasut seolah ada tirani mayoritas, menghasut seolah ada penindasan beragama.

Kita yang mayoritas dan tidak terjebak urusan hasut menghasut ini, harus sadar betul bahwa kita tengah terus diprovokasi oleh mereka. Kita ajak lelah sebagai bangsa agar sibuk saling hina dan saling benci. Tujuannya apa? Agar kita mayoritas sibuk dengan hal tersebut, sementara mereka para pembusuk ini bisa sibuk memperkaya diri dengan mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kekayaan negara dengan berbagai cara menggunakan jabatan dan fasilitas yang mereka kuasai.

Kita harus menghentikan ini semua. Kita perlu segera bangkit dan sadar untuk mengembalikan tujuan hidup bangsa ini sesuai dengan amanat Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Saatnya mulai 28 Oktober 2018 kita mengucapkan sikap dan janji, untuk menolak semua hasutan tentang isu perpecahan dalam keberagamanan. Tidak ada perpecahan karena keberagaman dalam bangsa ini.

Kita tak pernah membahas siapa jadi apa dalam bidang olahraga, tapi itu pula yang digoreng-goreng para penghasut. Dua event Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 hampir jadi event para manusia busuk hati ini untuk mengadu domba. Berulang-ulang mereka mengobarkan isu agar bersatu dalam keberagaman. Padahal sejak dahulu kala pelatnas olahraga kita tak ada isu SARA dan tak pernah SARA melihat siapa yang juara. Syukurnya kita tak terjebak oleh semua isu kaum busuk ini.

Mulai 28 Oktober 2018, kita harus canangkan persatuan. Tolak semua pembusuk dan pengadu domba. Cukup sudah para pembusuk ini terus berkoar-koar sejak 2014. Mari kita mulai titik baru hidup bangsa ini, melangkah bersatu sesungguhnya tanpa para manusia busuk jiwa. Mari kita bersumpah untuk membangun Indonesia yang satu tanpa para pembusuk, hari ini juga! [***]

Penulis adalah Peneliti Strategi Indonesia 

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

PDIP Minta Seluruh Kader Banteng Tenang

Kamis, 20 Februari 2025 | 23:23

Megawati Instruksikan Kepala Daerah dari PDIP Tunda Retret ke Magelang

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:43

Wujudkan Pertanian Berkelanjutan dan Ketahanan Pangan, Pemerintah Luncurkan FAST Programme

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:27

Trump Gak Ada Obat, IHSG Terseret Merah

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:26

Uchok: Erick Thohir Akali Prabowo soal Danantara

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:24

Hasto Ditahan, Megawati Tidak Menunjuk Plt Sekjen PDIP

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:21

Resmi Pimpin Banten, Andra Soni-Dimyati Diingatkan Jangan Korupsi

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:18

KPK Tahan Hasto, PDIP: Operasi Politik Mengawut-awut Partai

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:17

Hasto Ditahan, PDIP: KPK Dikendalikan dari Luar Melalui AKBP Rossa

Kamis, 20 Februari 2025 | 22:16

Adityawarman Adil Apresiasi BSF CGM 2025: Gambaran Kekayaan Budaya Kota Bogor

Kamis, 20 Februari 2025 | 21:56

Selengkapnya