LUBUK sanubari saya terasa getir dan memar setelah menyaksikan film yang ditulis, diproduksi dan disutradarai Paul Greengrass berjudul “22 JULY†berdasar kisah nyata angkara murka tragedi kemanusiaan yang terjadi di Kota Oslo dan Pulau Utoya, Norwegia pada tanggal 22 Juli 2011.
Norwegia
Film “22 July†diawali adegan seorang warga Norwegia peyakin mashab neo-Nazisme bernama Anders Behring Breivik meramu bahan peledak di sebuah desa pertanian Norwegia nan gemar ripah loh jinawi tata tenteram kerta raharja.
Kemudian Breivik meledakkan bahan peledak berkekuatan dahsyat itu di kawasan gedung pemerintah Norwegia di pusat Kota Oslo di mana kantor Perdana Menteri Norwegia juga berada.
Ledakan itu menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 209 orang. Sementara aparat keamanan sibuk berupaya menyelamatkan sang perdana menteri, maka Anders diam-diam melanjutkan perjalanan dengan menyamar sebagai polisi ke Pulau Utoya tidak jauh dari Oslo di mana ratusan anak-anak muda yang diundang oleh partai yang berkuasa sedang berkumpul untuk menghadiri acara sarasehan kepemimpinan yang direncanakan juga akan dihadiri perdana menteri.
Anti ImigranDengan mengenakan seragam polisi buatan sendiri, Breivik berhasil mendarat di pulau Utoya kemudian memberondongkan peluru demi menembak mati 69 pemuda dan melukai lebih dari 100 warga Norwegia.
Setelah tertangkap, Anders Behring Breivik menuntut pemerintah Norwegia menutup rapat pintu gerbang negara Norwegia demi membendung banjir kaum imigran sambil sesumbar bahwa dirinya adalah anggota angkatan bersenjata kelompok “Kesatria Templar“ yang akan berjuang membuat Eropa berjaya kembali seperti di masa Adolf Hitler.
Ankara MurkaPaul Greengrass yang juga menggarap film drama-politik The Murder of Stephen Lawrence, United 93, Green Zone, dan Captain Phillips, dengan karya film “22 JULY†berupaya menyadarkan kita bahwa angkara murka terorisme dengan latar belakang alasan ideologi, suku, ras, etnis, sosial, ekonomi, agama bisa terjadi kapan pun, di negara mana pun termasuk Norwegia sebagai negara yang dikenal aman, damai dan toleran.
Angkara murka dilakukan oleh manusia yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsu diri sendiri akibat gejolak fanatisme keyakinan bahwa diri paling benar secara berlebihan membabibutatuli, sehingga tidak segan melakukan angkara murka kekerasan bahkan pembinasaan terhadap sesama manusia yang sama sekali tidak berdosa seperti yang pada tanggal 22 Juli 2011 dilakukan Anders Behring Breivik terhadap ratusan sesama manusia yang bukan hanya sama sekali tidak berdosa namun bahkan sama sekali tidak dikenal atau mengenal sesama insan manusia yang mencederai bahkan membinasakan mereka.
[***]Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan