Berita

Politik

PDIP: Pemerintah Jangan Gentar Produksi Mobil Esemka

SENIN, 22 OKTOBER 2018 | 10:51 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Arteria Dahlan mengaku sedih dan prihatin melihat polemik yang terjadi terkait dengan mobil nasional Esemka.

"Kasihan Pak Jokowi, seluruh hidupnya dicurahkan untuk mengabdi dan membangun kenangan kebangsaan tapi selalu saja dihadirkan sentimen negatif," kata Arteria dalam keterangan tertulis, Senin (22/10).

Menunurtnya, mobil Esemka merupakan bukti political will, politik hukum negara sekaligus perspektif negara di dalam melihat industri otomotif saat ini, serta dikaitkan dengan kondisi obyektif yang ada.


Presiden Jokowi ingin memberikan batu pijakan, memberikan landasan dan mengingatkan semua anak bangsa bahwa Indonesia dengan rakyat 260 juta penduduknya yang angka penjualan mobil menembus batas 1 juta kendaraan lebih per tahun, tidak mampu atau tidak mau memproduksi mobil sendiri.

"Beliau juga ingin agar segenap infrastruktur hebat dan berskala besar yang dibangun, dapat dirasakan dengan penuh keindonesiaan, artinya dirasakan oleh rakyat juga dengan mobil yang seratus persen buatan dalam negeri," ujar Arteria.

"Beliau juga sadar bahwa untuk membeli mobil, banyak sekali diantara rakyatnya yang masih belum memiliki daya beli yang cukup, sehingga diperlukan mobil nasional yang berkualitas, handal dan dengan harga terjangkau," lanjutnya.

Jadi, jangan sampai jalan selesai dibangun, tapi rakyat tidak bisa menikmati dan hanya sebagai penonton. Jokowi ingin rakyatlah yang menjadi beneficial owner yang sesungguhnya.

"Kan ironi, di saat kita punya Presiden yang konsisten dan teguh pada pendiriannya, justeru juga mendapatkan sentimen negatif, mendapatkan kontra opini yang begitu hebat. Mendapatkan serangan, dianggap tidak populer, dianggap tidak pro pengusaha, dianggap tidak pro dunia usaha," terang Arteria.

Jokowi mengedepankan prinsip nasionalisme dan kedaulatan industri serta berdikari ingin agar punya mobil sendiri yang dibuat oleh putra-putri Indonesia dengan bahan baku dan teknologi asli buatan Indonesia. Walaupun disadari akan mendapatkan hambatan, tantangan dari para pemegang kartel industri otomotif asing.

"Padahal Pak Jokowi sama sekali tidak punya niatan untuk membunuh industri otomotif yang sudah ada, beliau hanya ingin menghadirkan alternatif pilihan, bahwa ada mobil buatan anak bangsa yang kualitasnya sama hebat dan harganya dapat terjangkau oleh rakyat serta tidak dapat dipengaruhi oleh perilaku praktik kartel yang dapat mengkondisikan harga," tuturnya.

"Pesan moral dari beliau kan jelas bahwa Indonesia harus punya mobil buatan sendiri, yg berkualitas dan harga terjangkau. Juga pesan moralnya adalah membuat mobil itu ga susah usah amat, anak SMK saja bisa," sambungnya.

Arteria menilai mobil nasional adalah merupakan lompatan besar, bagaimana pasar industri otomotif yang memanjakan rakyat yang selama ini dikuasai oleh asing dapat sedikit demi sedikit dikuasai oleh anak bangsa, suatu lompatan yang membuat negara dapat dirasakan kehadirannya tatkala praktek kartel hadir untuk dipaksakan disantap oleh warga negara.

Sehingga fungsi negara dalam melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dapat terlihat secara paripurna.

Sayang sekali, Jokowi yang punya ide, yang mempropose private sector terlibat aktif dalam pengembangan mobil nasional, justru konsepnya dipakai oleh Malaysia dengan new national car project-nya. Bahkan di sini masih sibuk dengan polemik, padahal ide dan gagasan beliau sudah terkonkretisasi dalam bentuk implementasi aksi.

Dia berharap pemerintah terus kembangkan rencana program mobil nasional, pemerintah jangan takut, jangan gentar dan jangan mundur.

"Indonesia butuh mobil nasional yang berkualitas, handal dan harga terjangkau yang dibuat dengan bahan baku asli Indonesia, oleh putra putri Indonesia. Negara harus hadir walau tidak populer, negara juga tidak boleh kalah oleh pemegang kapital," tutup Arteria. [rus]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya