Seluruh aktivis mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tidak boleh sekadar kritis. Mereka juga harus mampu memberikan koreksi atas semua persoalan yang dikritisi tersebut.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IMM yang baru, Najih Prasetyo mengatakan, untuk menjadi aktivis yang kritis dan mampu mengoreksi, sejatinya anggota IMM di seluruh Indonesia haruslah banyak membaca.
"Kuncinya adalah bagaimana kita menumbuhkan semangat membaca," katanya saat sambutan di acara Pelantikan Pengurus DPP IMM periode 2018-2020 dan Konsolidasi Akbar DPD IMM se-Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10).
Dengan banyak membaca, menurut dia, kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media alias literasi bakal tumbuh dengan sendirinya.
Nah, selain harus mampu menjadi aktivis yang kritis dan mampu mengkoreksi, kata dia, dalam menghadapi revolusi industri 4.0, aktivis IMM juga harus mampu memanfaatkan teknologi, bukan sekedar menjadi pengguna.
"Hari ini kita hanya mampu menggunakan tapi belum mampu memanfaatkan, belum mampu berkarya," sesalnya.
Tak hanya itu, aktivis IMM juga ditekankan harus mumpuni dalam kemampuan
sociopreneurship.
Sociopreneur adalah orang yang menjadi penggerak ekonomi, memberikan peluang usaha serta pandangan usaha, tapi pencetusnya tetap memperoleh keuntungan.
"Bagaimana kita mampu berbuat di lingkungan sekitar kita. Ini menjadi PR besar bagi kita. Kemudian kita juga harus punya empati untuk menghadapi revolusi industri 4.0," demikian Najih.
[wid]
