Berita

Joko Widodo/Net

Bisnis

Relawan Prabowo: Jawaban IMF Sindir Keluhan Jokowi

SABTU, 13 OKTOBER 2018 | 16:59 WIB | LAPORAN: RUSLAN TAMBAK

. Dana Moneter Internasional (IMF) menjawab pidato Presiden Joko Widodo di pertemuan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali tentang perang dagang negara maju akan menghancurkan dunia.

IMF menyatakan perang dagang tidak akan menghasilkan pecundang tetapi justru menguntungkan negara Asia, yang akan menerima limpahan kebutuhan produk yang tidak bisa lagi disupply akibat perang dagang.

IMF menyampaikan ini dari perspektif mekanisme pasar di mana dana internasional bekerja dengan market driven dan highest profit oriented.


Karena itu, Ketua Relawan PROBO8, Gde Siriana Yusuf melihat perang dagang adalah menjadi antitesa ekstrem dari mekanisme pasar ketika itu sudah merugikan kepentingan ekonomi suatu negara.

Kecuali suatu negara sudah tidak lagi memiliki bargain dan kemampuan untuk melawan mekanisme pasar meski ekonomi domestiknya hancur secara perlahan.

Menurutnya, menarik untuk membaca pernyataan IMF selanjutnya, yaitu negara Asia dapat mengambil keuntungan dari perang dagang AS-China jika memiliki fundamental ekonomi yang kuat melalui pengelolaan fiskal dan neraca pembayaran yang baik.

"Ini seperti menyindir keluhan Jokowi di pertemuan IMF atas dampak perang dagang terhadap Indonesia, sedangkan kita semua tahu bahwa fiskal dan neraca pembayaran Indonesia tidak dikelola dengan baik sehingga defisit," ujar Gde Siriana dalam keterangan resminya, Sabtu (13/10).

Dengan kata lain, lanjut dia, Indonesia tidak mampu mengubah tantangan perang dagang ini menjadi peluang untuk memperbaiki defisit perdagangan melalui peningkatan ekspor karena tidak memiliki fundamental ekonomi yang kuat.

Gde Siriana mengingatkan Jokowi bahwa seorang pemimpin tidak boleh menyalahkan mekanisme pasar tetapi seharusnya lebih baik konsolidasi di dalam dengan mengevaluasi semua kebijakan infrastruktur yang menguras anggaran sementara fundamental ekonomi rakyat tidak kuat dan tumbuh.

Untuk itu Jokowi bahkan harus berani melawan format kerja sama dagang yang selama ini berlaku jika dianggap sudah merugikan kepentingan nasional.

"Misalnya impor pangan, besi baja, tenaga kerja asing, itu adalah simbol bahwa Indonesia tidak lagi memiliki kedaulatan ekonomi," pungkas Gde Siriana. [rus]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya