Berita

Hendrik Dikson Sirait/Net

Politik

Anti Hoax, Almisbat Tidak Mungkin Gaet Ratna Sarumpaet

SABTU, 06 OKTOBER 2018 | 10:11 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

. Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat) yang merupakan relawan Joko Widodo, sama sekali tidak pernah mengajak Ratna Sarumpaet untuk bergabung setelah keluar dari Tim Prabowo-Sandi.

Demikian ditegaskan Ketua Umum Almisbat, Hendrik Dikson Sirait. Hendrik pun mengklarifikasi dan membantah dengan tegas Sahat Simatupang, yang mengatasnamakan dan mengklaim sebagai Ketua Almisbat Sumatera Utara, yang mengajak Ratna bergabung.

Apalagi Sahat tidak memiliki kapasitas organisatoris untuk menyampaikan kepada publik mengenai garis dan arah kebijakan politik Almisbat.

"Dia juga bukan ketua Almisbat Sumatera Utara. Dalam Almisbat juga jelas, kepengurusan berbasis kabupaten/kota, tidak ada provinsi. Pernyataan dia mengajak Ratna bergabung menyesatkan," kata Hendrik beberapa saat lalu (Sabtu, 6/10).

Hendrik menekankan bahwa saat ini Almisbat sedang menimbang untuk menjatuhkan tindakan disiplin organisasi kepada yang bersangkutan sesuai ketentuan organisasi. Lebih-lebih Almisbat mempromosikan agar proses Pilpres 2019 berlangsung jujur, adil, dan bebas, serta menjadi sarana yang semestinya mempersatukan kita sebagai bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, sambungnya, proses demokrasi tersebut harus betul-betul bebas dari politisasi isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) serta penyebaran kabar bohong (hoax) dalam bentuk apapun di ranah publik seperti yang masif terjadi selama ini.

Almisbat juga menilai tindakan menghalalkan segala cara, termasuk dengan cara mengafirmasi dan mengamplifikasi kebohongan secara resmi dan terbuka kepada publik seperti yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Fadli Zon, Rachel Maryam Sayidina, dan sejumlah anggota tim kampanye Prabowo-Sandi adalah tindakan lancung, tidak patut, dan sekaligus berbahaya bagi bangsa dan negara kita.

Pola tindakan itu, tegas Hendrik, bahkan terstruktur, sistematis, masif, dan semata-mata didorong motivasi untuk mengejar kekuasaan. Nafsu berkuasa itulah yang membuat kelancungan itu seperti sengaja dilakukan dengan desain dan skenario tertentu.

"Lebih tragis lagi, tindakan itu jauh dari simpati dan empati terhadap nasib saudara-saudara kita di Lombok, Palu, Donggala, dan di beberapa tempat lain yang sedang terkena musibah akibat bencana alam," demikian Hendrik. [rus]

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya