Kita, Indonesia, berduka. Gempa dengan kekuatan 7,7 SR yang terjadi hari Jumat lalu (28/9) di Sulawesi Tengah, menghancurkan kota Palu dan Donggala. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejauh ini melaporkan telah menemukan 832 korban tewas dalam kejadian itu.
Jumlah korban tewas dikhawatirkan akan bertambah, baik karena kondisi kritis sejumlah korban luka-luka maupun karena masih banyak korban yang belum ditemukan.
Mengiringi bencana tersebut, ada dua kisah di dunia maya yang dalam dua hari belakangan ini menjadi pembicaraan luas masyarakat Indonesia.
Kisah pertama adalah tentang Anthonius Gunawan Agung, petugas menara Air Traffic Controller (ATC) Bandara Mutiara Al Jufri, Palu, yang memilih menjalankan tugas dan memastikan keselamatan penerbangan pesawat Batik saat gempa mengguncang Palu.
Di saat semua rekan-rekannya meninggalkan menara untuk menyalamatkan diri, Agung memilih bertahan. Dia memandu hingga pesawat Batik tersebut benar-benar tinggal landas tanpa hambatan.
Agung melompat dari lantai empat menara, mengalami patah kaki, sebelum akhirnya meninggal dunia saat menunggu helikopter yang akan mengevakuasinya ke rumah sakit.
Kisah mengenai kepahlawanan Agung ditulis pemilik akun Facebook, Bilgardo Sinaga, dan telah dikomentari sebanyak lebih dari 7.000 kali serta dibagikan sebanyak 15 ribu kali.
Kisah lain yang juga viral dalam dua hari belakangan ini adalah mengenai posting pemilik akun Facebook Lili Ali.
Di halaman Facebook miliknya Lili Ali mengaku sebagai warga Palu dan bekerja sebagai CEO Lezzat Catering.
Pada tanggal 22 September lalu, enam hari sebelum gempa menghantam Palu, Lili Ali memposting foto Presiden Joko Widodo sedang duduk bersila di pinggir sebuah danau atau sungai atau laut.
Bukan foto Jokowi yang jadi fokus netizen dari status Lili Ali tersebut, melainkan kalimat yang ditulisnya dengan huruf kapital: BIAR GEMPA MOGOYANG PALU.... EYKEER TETAP PILIH PA DEE. Diikuti emotikon orang tertawa sampai mengeluarkan airmata.
Maksud dari kalimat itu adalah: Biar gempa menggoyang Palu, saya tetap pilih Pak De.
Status Lili Ali ini telah dikomentari 29 ribu kali dan dibagikan sebanyak 33 ribu kali.
Tidak sedikit komentar yang mengecam dan menyayangkan kalimat Lili Ali dalam postingnya itu.
“Doa Anda terkabul Bu, dan kasihan mereka yang tidak berdosa bertaubatlah sebelum menjemputmu. Istighfarlah. Innalilahi wainailaihi rojiun,†tulis pemilik akun An Nabiil Hafizh.
Hal senada disampaikan pemilik akun Kukuh Purwanto.
“Viral ini. Hati-hati Bu... Doamu dikabulkan tuh. Silahkan pilih siapa, jangan kau doa minta kerusakan janganlah. Semoga kau masih selamat banyak istigfar dan renungkan ucapan dan doamu,†tulisnya.
Ada juga komentator yang netral. Misalnya, Cahvespasergai.
“Jangan saling menyalahkan seseorang. Perbaiki dan persiapkan aja diri masing-masing. Musibah bisa datang kapan saja dan di mana saja,†tulisnya.
Ketika dikunjungi
Kantor Berita Politik RMOL, posting terakhir Lili Ali di halaman Facebooknya adalah beberapa jam sebelum gempa terjadi, yakni Jumat, 28 September pukul 11.31 WITA. Dalam status tersebut Lili menulis tentang layanan Aninda Catering plus lebih dari 20 foto pendukung. Dia juga menyertakan nomor telepon yang bisa dihubungi oleh pihak-pihak yang ingin memesan katering.
Tidak sedikit netizen yang mempertanyakan nasib Lili Ali setelah gempa terjadi.
Karena tidak ada status baru di halaman Facebook miliknya, tidak sedikit pula netizen yang khawatir hal-hal buruk terjadi atas diri Lili Ali.
Ketika Redaksi menghubungi nomor telepon yang dituliskan di status itu, suara seorang wanita sempat terdengar di seberang sana.
Saat ditanya apakah benar ini nomor Lili Ali, sang penerima telepon balik bertanya dengan nada terdengar gusar: “Apa maksudnya ini, hah?†dan setelah itu mematikan telepon.
Redaksi merasa perlu menuliskan kisah Agung untuk mengingatkan bahwa sikap kepahlawanan masih ada di tengah masyarakat kita.
Agung meninggal dunia setelah dengan setia menjalankan tugas. Dia mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan ratusan orang di dalam pesawat Batik yang sedang melaju kencang di landasan.
Adapun mengenai kisah Lili Ali, Redaksi berharap agar kita sebagai pengguna jejaring media sosial berhati-hati dan mawas diri dengan komentar atau status yang hendak kita tulis dan akan menjadi konsumsi publik.
Semoga pula tulisan ini ada manfaatnya untuk pembaca dan kita semua.
[dem]