Susilo Bambang Yudhoyono/RMOL
Amanah sebagai Presiden Republik Indonesia tidak mudah. Apalagi, saat kondisi Indonesia belum stabil secara ekonomi pasca krisis tahun 1998.
Demikian dikatakan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato politik HUT Partai Demokrat ke-17, Senin (17/9) malam.
"Kita masih menjalani transisi baik politik, ekonomi, hukum maupun keamanan. Bahkan, sebelumnya sejumlah pihak meramalkan Indonesia akan tercerai berai dan menjadi negara gagal (failed state). Kita berterima kasih kepada para Presiden sebelum saya, yang bekerja keras, dan ikut meletakkan landasan bagi saya untuk membangun kembali Indonesia," kata SBY.
Merujuk hal itu, kata SBY, sebagai presiden saat itu dirinya dan Partai Demokrat memilih tidak terlalu banyak berjanji.
"Daripada gagal untuk menepatinya. Tekad kita dulu adalah bekerja sekuat tenaga untuk memulihkan keadaan, dan membuat Indonesia lebih baik lagi," ujarnya.
Berangkat dari pahitnya kehidupan rakyat di masa krisis, lanjut SBY, terutama kaum miskin dan kurang mampu. Pihaknya menetapkan Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia, yang berjudul Strategi 4 Jalur. Yaitu, pro pertumbuhan, pro lapangan pekerjaan, pro pengurangan kemiskinan dan pro lingkungan hidup.
"Alhamdulillah, dengan segala kekurangan yang kita miliki dulu, serta berkat kerja keras kita semua, visi dan sasaran-sasaran strategis tersebut dapat kita capai," tuturnya.
SBY memberi contoh, selama 10 tahun pemerintahannya ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata 6 persen. Pengangguran turun dari 9,9 persen menjadi 5,7 persen. Kemiskinan juga turun dari 16,7 persen menjadi 10,96 persen.
"Artinya kita bisa menurunkan angka kemiskinan sekitar 6 persen, atau setara dengan 8,6 juta orang yang keluar dari jerat kemiskinan. Sementara itu, lingkungan hidup kita makin terjaga. Ini membuktikan bahwa Strategi 4 Jalur dapat kita capai. Berarti pula kita dapat memenuhi janji kita," ungkap SBY.
Di luar itu, tambah SBY, pendapatan perkapita naik lebih dari 3 kali lipat dari Rp 10,55 Juta menjadi Rp 36,5 Juta. Kenaikan yang disebutnya tajam itu membuktikan kehidupan rakyat makin sejahtera.
"Rasio utang Pemerintah terhadap PDB juga menurun tajam dari 56,6 persen menjadi 25,6 persen, termasuk dapat kita lunasinya utang IMF lebih cepat dari jadwalnya," kata dia.
[lov]