Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Waspadai Misi Ganti Sistem Di Balik #2019GantiPresiden

JUMAT, 07 SEPTEMBER 2018 | 15:13 WIB | LAPORAN:

Gerakan tanda pagar #2019GantiPresiden bukan semata upaya perubahan dari yang tidak baik menjadi lebih baik melainkan gerakan politik ekstrem yang dimainkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dalam satu periode ini tidak memegang kekuasaan.

Demikian disampaikan Direktur Lembaga Daulat Bangsa (LDB) Soffa Ihsan. Menurutnya, gerakan itu akan lebih berbahaya ketika ditunggangi kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Dalam sejumlah kesempatan, PKS dan HTI melakukan kampanye bersama. Dan bukti penunggangan HTI hampir semua kadernya menggunakan tagar #2019gantipresiden pada status media sosial.

"Padahal mereka anti demokrasi dan mengharamkan ikut serta dalam pemilihan umum. Jadi, pastinya mereka hanya memanfaatkan tagar ini untuk membuat Indonesia antar rakyatnya yang terbelah ke dalam dua dukungan mengalami benturan," bebernya kepada wartawan (Jumat, 7/9).

Soffa menjelaskan, gerakan itu sangat erat dengan misi politik untuk mengganti sistem perpolitikan Tanah Air. Dan PKS merupakan satu-satunya partai di Indonesia yang memiliki ideologi transnasional yang merujuk pada ikhwanul muslimin yang pernah berkuasa dan hampir berhasil menggantikan sistem pemerintahan di Mesir pada 2013. Pergantian sistem itu telah mengakibatkan perang saudara dan ribuan warga sipil meninggal dunia.

"Gerakan seperti ini harus diwaspadai dan dicegah agar tidak terjadi di Indonesia. Sampai hari ini, pemerintah Mesir masih dalam katagori krisis keamanan," ujarnya.

Dalam konteks gerakan politik yang berkembang sekarang ini, terlihat sekali bahwa ikhwanul muslimin memiliki ikatan ideologi dengan Hizbut Tahrir yang sama-sama mengusung ide khilafah. Bedanya, ikhwanul muslimin memperjuangkan dengan masuk ke parlemen sementara Hizbut Tahrir berjuang di luar sistem.

"Ketika HTI dibubarkan oleh pemerintah Indonesia, mereka sepertinya berjalan bersama dengan PKS yang kemudian berlindung di bawah sistem demokrasi. Padahal, HTI kelompok anti Pancasila, demokrasi, dan NKRI," demikian Soffa. [wah]

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya