Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Naluri Intoleransi

SENIN, 03 SEPTEMBER 2018 | 07:11 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

PADA hakikatnya intoleransi merupakan naluri dasar mahluk hidup yang dianugrahkan oleh Yang Maha Kuasa sebagai naluri tata hidup demi mempertahankan kehidupan setiap mahluk hidup termasuk manusia.

Naluri Tata Hidup

Bahkan secara biologis tubuh manusia memiliki naluri tata hidup dalam bentuk daya-tolak, yaitu daya-intoleransi terhadap benda asing yang berusaha masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh manusia.


Para pasien cangkok organ harus seumur hidup minum siklosporin demi menekan daya-tolak, yakni daya intoleransi terhadap organ donor yang dicangkokkan ke dalam tubuhnya.

Setiap jenis mahluk hidup memiliki naluri intoleransi terhadap  jenis mahluk hidup yang tidak sama dengan dirinya. Burung cenderung mengelompokkan dirinya dengan sesama burung sejenisnya. Jarang ada merpati mengelompokkan diri ke bangau apalagi elang. Jarang pula bebek mengelompokkan diri ke ayam dan sebaliknya. Satwa sosial seperti gorila, simpanze, serigala, lebah, semut juga memiliki naluri intoleransi serupa.

Demikian pula manusia pada dasarnya secara kodrati psiko-sosiologis memiliki naluri intoleransi terhadap sesama manusia yang beda dari dirinya. Perbedaan bisa dalam bentuk ras, etnis atau suku.

Namun perbedaan juga bisa hadir dalam bentuk paham, agama, pendidikan, usia, status sosial, daya ekonomi mau pun jenis kelamin.  Ada pula intoleransi terhadap perilaku seksual terkesan beda seperti intoleransi terhadap LGBT.

Naluri Peradaban

Namun manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki naluri yang membedakan dirinya dari satwa dan tanaman yaitu naluri peradaban yang menghadirkan apa yang disebut sebagai etika, moral, hukum, budi pekerti, akhlak dan agama yang pada hakikatnya justru berusaha menghapus atau minimal mengurangi pengaruh naluri intoleransi.

Menarik adalah kebertolak-belakangan taraf naluri intoleransi dengan naluri peradaban. Makin tinggi naluri peradaban seorang insan manusia atau sekelompok manusia yang disebut sebagai masyarakat sampai bangsa makin rendah pula naluri intoleransi sang manusia, masyarakat atau bangsa tersebut.

Pendidikan Paripurna


Cara paling manjur untuk menekan naluri intoleransi adalah dengan meningkatkan naluri peradaban. Dan cara meningkatkan naluri perabadan adalah melalui pendidikan dalam makna seluas-luasnya.

Pendidikan bukan terbatas pada pengajaran di bangku sekolah namun pendidikan paripurna melalui lembaga pendidikan formal, informal, non-formal, pendidikan lingkungan, pendidikan keluarga, pendidikan oleh diri sendiri untuk diri sendiri termasuk pendidikan melalui bukan saling bermusuhan maka saling membenci namun saling bersillaturahmi, saling mengerti, saling menghormati serta saling menghargai dengan sesama manusia beda suku, ras, agama, bangsa, suku, ras, etnis, agama, paham, ideologi, sosial, ekonomi, profesi, usia, jenis kelamin atau apa pun sesuai dan selaras makna luhur falsafah Bhinekka Tunggal Ika. [***]

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan


Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya