Kabupaten Purwakarta menargetkan 40 ribu hektare sawah bisa ditanami hingga akhir tahun 2018. Target ini jauh lebih luas dari baku sawah di Purwakarta yang hanya mencapai 18 ribu hektare.
Peningkatan target ini lantaran meningkatnya indeks pertanaman (IP) di Kabupaten Purwakarta. Sehingga perlu kerjasama semua pihak terkait dalam mewujudkannya.
"Jadi meskipun sawah baku itu cuma 18 ribu hektare, tetapi dalam setahun kita bisa tanam dan panen minimal 2 kali," ujar Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, kepada RMOLJabar, Minggu (2/9).
Dari data yang dihimpun, 18 ribu hektare sawah ini terdiri dari 10 ribu lahan yang menggunakan irigasi teknis. Sementara sisanya 8 ribu hektare menggunakan lahan semi irigasi teknis dan lahan tadah hujan.
"Bahkan untuk sawah irigasi teknis yang hanya mengalami masa tanam dua kali per tahun, kini ditingkatkan. Peningkatannya menjadi tiga kali masa tanam per tahun," kata Agus.
Sedangkan untuk sawah tadah hujan ini, biasanya para petani hanya bisa menanam sebanyak satu kali per tahun. Tetapi sekarang penanaman digenjot hingga mencapai dua kali per tahun. Dengan demikian produktivitas sawah bisa mengalami peningkatan.
Agus juga mengatakan, Pemda Purwakarta telah bekerjasama dengan pihak terkait untuk mewujudkan target ini. Di antaranya adalah kerjasama dengan PT Pupuk Kujang yang berada di Cikampek, Karawang.
"Pupuk Kujang sudah menyiapkan demplot percontohan. Demplot ini berada di Kampung Petirlio, Desa Kembang Kuning, Kecamatan Jatiluhur," ucapnya seraya menambahkan, demplot ini memiliki luas mencapai satu hektare, dan dikelola oleh petani setempat.
Agus juga mengklaim, kerjasama tersebut adalah dalam rangka meningkatkan ketersediaan bahan pangan. Jika ketersediaan pangan meningkat maka kesejahteraan petani di Purwakarta pun diharapkan bisa meningkat pula.
Terpisah, Penjabat Bupati Purwakarta MT Budi Santoso menyampaikan agar Purwakarta memiliki banyak demplot. Demplot ini menurutnya digunakan sebagai lahan uji pertanian agar didapatkan komposisi untuk menaikkan hasil pertanian.
"Keberadaan demplot dipastikan amat positif terutama bagi para petani. Karena hasil pertanian di demplot-demplot ini jauh lebih bagus dibanding hasil pertanian biasa," katanya.
Taufiq meminta, kepada para pihak terkait baik BUMN maupun swasta untuk berpartisipasi. Khususnya dalam sektor pertanian ini.
"Demplot ini nantinya jangan hanya ada di Desa Kembang Kuning saja. Diharapkan desa-desa lain pun menyusul untuk menciptakan demplot-demplot baru," katanya.
Amir (28) warga Desa Cisaat, Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta, mengaku senang dengan langkah ini. Menurutnya hasil padi Purwakarta ini memang masih terbilang salah satu yang terbaik di Jawa Barat.
"Hanya saja ketersediaan lahan masih kurang. Sehingga tetapi dengan metode-metode yang akan diterapkan pemerintah tersebut, diharapkan hasil padi bisa semakin bertambah," ucapnya.
[lov]