Ekonomi Argentina di ambang krisis. Nilai tuÂkar mata uang Peso terhÂadap dolar AS mengalami pelemahan sangat tajam, sebesar 40 persen dalam kurun waktu 4 bulan. AkiÂbatnya, inflasi naik tinggi sehingga harga barang di negeri Tango tidak wajar. Argentina menjadi negeri ketiga yang mengalami guncangan ekonomi setelah sebelumnya Turki dan BraÂsil. Negara-negara berkemÂbangan seperti sedang bergantian alami krisis. Bagaimana pengaruhnya dengan Indonesia?
Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro meÂnilai, krisis pada ketiga negÂara itu akan mempengaruhi arus modal asing yang masuk ke negara berkembang, terÂmasuk Indonesia. Hal ini tentu menjadi perhatian inÂvestor sebelum investasi.
"Perdagangan impactnya nggak ada exposure yang banyak, tapi ke finansial melalui aliran modal. Karena sekarang yang susah ditebak itu kan capital flow," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan, depreÂsiasi mata uang ketiga negara tersebut merupakan hal yang lumrah. Sebab banyak pihak yang telah memprediksi hal itu sejak awal tahun ini. "Kami proyeksi ini ganÂtian saja, Turki, Argentina, Brasil. Itu hal yang lumrah dalam negara berkembang," katanya.
Menurut Andry, keuanÂgan Indonesia sat ini cukup baik dibandingkan negara berkembang lain. Walau memiliki defisit transaksi berjalan atau current acÂcount deficit (CAD) cukup lebar. Namun, CAD mencaÂpai 13,7 miliar dolar AS atau 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) seÂlama semester I ini masih tergolong sehat.
Dia menyebutkan, jika dilihat dari data mulai dari pertimbuhan ekonomi, inÂflasi, kurs, utang, dan neraca pembayaran, Indonesia beÂrada di peringkat ketujuh, satu tingkat di atas Rusia. Sementara di peringkat perÂtama dipegang oleh Korea Selatan. Sedangkan di perÂingkat paling buncit yakni Turki.
Kepala Riset BNI SekuriÂtas Norico Gaman menilai, kondisi di Argentina bisa saja terjadi di Indonesia jika pemerintah tak mampu mengelola perekonomian dan anggaran negara dengan baik.
Menurutny, idealnya deÂfisit neraca berjalan tidak dibiayai oleh utang luar negÂeri melainkan dari pendaÂpatan pajak dan investasi asing di sektor riil. "Ini unÂtuk mengurangi volatilitas pelarian modal asing jangka pendek," ujarnya.
Untuk diketahui, PeÂmerintah Argentina telah mengajukan percepatan pencairan utang atau pinjaÂman kepada InternationÂal Monetary Fund (IMF) sebesar 50 miliar dolar AS atau setara Rp 730 triliun. Permohonan percepatan ini diajukan oleh Presiden Argentina Mauricio Macri untuk memperbaiki krisis ekonomi yang saat ini seÂdang dihadapi. ***