Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Waspadai Penyalahgunaan Dana Bansos Di Tahun Politik

SENIN, 20 AGUSTUS 2018 | 15:49 WIB | LAPORAN:

Kenaikan anggaran bantuan sosial (bansos) hingga Rp 381 triliun dalam Rancangan APBN 2019 menimbulkan beberapa spekulasi.

Pemerintah beranggapan dengan dana bansos yang besar akan menekan angka kemiskinan. Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS) yang menempatkan jika pemerintah berhasil menekan angka kemiskinan  hingga 9,82 persen, sehingga kenaikan dana bansos dianggap tepat untuk mengatasi kemiskinan.

"Namun permasalahan paling mendasar dari kemiskinan adalah faktor ekonomi. Pada kenyataannya pemerintah selalu gagal mewujudkan target ekonomi sebagaimana janji kampanye di tahun 2014 yang lalu," jelas pengamat politik Jajat Nurjaman kepada wartawan, Senin (20/8). 

Kedua, kenaikan jumlah dana bansos hingga 31,9 persen dibandingkan tahun 2018 yang hanya Rp 287 triliun, sebab tahun 2019 adalah tahun politik. Sebagai calon petahana memanfaatkan dana bansos untuk pencitraan sebagaimana yang diungkapkan Mensos Idrus Marham tentang pahala yang dianalogikan dengan memilih kembali Jokowi sebagai bentuk kepanikan pemerintah.

"Seharusnya dengan menunjukkan hasil kinerjanya selama berkuasa sudah dapat dijadikan argumen untuk menarik simpati masyarakat," ujar Jajat.

Dia menambahkan, meski pemerintah terus meningkakan dana bansos tidak akan bernilai lebih di mata masyarakat. Pasalnya, kinerja pemerintah lah yang menjadi patokan, terutama soal kondisi harga-harga bahan pokok, pencabutan subsidi dan lainnya.

Jika mengandalkan dana subsidi untuk menarik simpati masyarakat adalah keliru. Rakyat sudah pandai dalam menilai, termasuk asal-usul dana bansos tersebut.

"Di tahun politik 2019, kenaikan dana bansos perlu dicermati oleh penyelenggara pemilu terutama KPU dan Bawaslu. Tanpa ada pengawasan ketat permasalahan yang ditimbulkan adalah bukan hanya tepat sasaran atau tidak, namun dugaan penyalahgunaan anggaran untuk kepentingan kampanye juga harus di waspadai," tutup Jajat yang juga direktur eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID). [wah] 

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya