Berita

Foto/Net

Politik

Ahok Berkah Apa Musibah

Jadi Jurkam Jokowi
SENIN, 13 AGUSTUS 2018 | 10:35 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Jika bebas nanti, bekas gubernur Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok ingin jadi juru kampanye Jokowi di Pilpres 2019. Pertanyaannya, Ahok akan jadi berkah atau musibah buat Jokowi?

Keinginan Ahok itu disampaikan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, saat menghadiri deklarasi dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf Amin, yang dilakukan oleh purnawirawan TNI, di Hotel Borobudur, Jakarta, kemarin.

Kepada awak media, Luhut mengklarifikasi kabar yang menyatakan Ahok kecewa terhadap Jokowi yang meminang Kiai Ma'ruf sebagai cawapres. Menilik sejarah, Ahok dibui karena terbukti di pengadilan melakukan penistaan agama Islam, saat berpidato di Kepulauan Seribu, akhir tahun lalu.


Nah, dalam proses persidangan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diketuai oleh Kiai Ma'ruf mengeluarkan fatwa jika Ahok menista Agama Islam. Sang Kiai, menjadi salah satu saksi memberatkan Ahok.

Singkat cerita, Ahok divonis dua tahun penjara pada 9 Mei 2017. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang Andika D Prasetya sudah berhitung, Ahok akan bebas murni pada 23 April 2019. Itu, termasuk remisi 15 hari pada Natal 2017. Belum dengan remisi 17 Agustus dan Natal 2018.

Menilik peristiwa yang dialami Ahok, Luhut menampik kabar jika eks Gubernur DKI itu marah kepada Jokowi soal terpilihnya Kiai Ma'ruf. Melalui surat yang diterima Luhut, disampaikan bahwa Ahok justru senang dan ingin menjadi bagian dari tim pemenangan.

"Ada yang bilang Pak Ahok marah katanya. Kemarin Ahok tulis surat ke saya, bilang, 'Saya senang', Pak. Kalau saya keluar dari penjara, saya pengin juga ikut kampanye nanti di tim pemenangan," ujar Luhut.

Luhut, justru menyampaikan, pentolan Ahokers sudah mengunjungi Ahok dan siap memenangkan Jokowi di Pilpres 2019. "Saya pastikan seribu persen dia (Ahok) tidak marah," imbuh Luhut.

Luhut juga menyampaikan, berdasarkan informasi yang didapat dari seorang kawan, Ahok juga berpesan kepada para generasi muda untuk tetap mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. "Jadi kita lihat dari positifnya. Semua kita bisa berbeda waktu yang lalu, tapi semua kalau melihat untuk kebaikan NKRI kita buang perbedaan-perbedaan kita untuk kepentingan nasional untuk NKRI. Jadi NKRI itu harga mati," pungkasnya.

Menanggapi ini, Guru besar UIN Jakarta, Prof Andi Faisal Bakti berpendapat, jika benar Jokowi menjadikan Ahok sebagai juru kampanye, akan menjadi bumerang bagi elektabilitas Jokowi-Mar'ruf. Soalnya kehadiran Ahok bisa bisa dijadikan peluru pihak tertentu untuk menggunakan isu agama.

"Ini bisa menggerakkan sesuatu yang mulai dilupakan orang. Apalagi dulu kata-kata Ahok tidak pantas, termasuk kepada Ma'ruf Amin. Ini blunder namanya," ujar Andi kepada Rakyat Merdeka.

Andi menyebut, bukan strategi yang baik menjadikan Ahok sebagai juru kampanye. Selain bisa menggerus elektabilitas, juga tidak singkron dengan posisi Ma'ruf yang hadir untuk melengkapi Jokowi di sektor keislaman.

"Ini lebih banyak musibahnya, dari pada berkahnya. Apalagi lawannya (Prabowo-Sandi) tidak jadi pakai isu agama. Arahnya, ke ekonomi, militer, non jawa dan tradisional muslim," katanya.

Musibahnya, kata Andi, akan terjadi tarik menarik antara Ahokers (pendukung Ahok) dengan Ma'rufers yang bisa saja berkembang negatif. Menurutnya, pendukung Ma'ruf kebanyakan dari kalangan Nahdlatul Ulama berdaya kritis tinggi dan tegak terhadap agama. "Jadinya lucu, Ma’ruf untuk menangkal isu agama tapi memasukkan penista agama," kelakarnya.

Berkahnya, kata Andi, Ahok bisa menjadi penjelas keberhasilan pemerintah. Misalnya di bidang infrastruktur, termasuk apa dilakukan di Jakarta semasa Ahok memimpin. Kemudian, suara Ahokers bisa kembali ke Jokowi. "Tapi itu tidak sebanding dengan dampak buruknya," pungkasnya.

Sementara, Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno menegaskan nama Ahok secara resmi tidak termasuk di dalam tim kampanye Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Namun, secara informal, siapapun bebas mengutarakan pendapatnya. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya