HANYA sekali setahun. Sekali sepekan setiap Rabu malam selama dua bulan. Selama musim dingin. Winter Night Market atau di Queen Victoria Market.
Nama Ratu
Nama pasar memang mengabadikan Ratu Inggris yang bertahta pada 1837-1901. Merupakan pasar pertama dan terbesar di Melbourne.
Dibangun pada tahun 1878. Terletak di kawasan Elizabeth St, Melbourne, Victoria, sekitar dua blok dari Hostel Nomads Melbourne.
Gedung yang berumur lebih dari 140 tahun itu merupakan bangunan bersejarah, obyek wisata dan lembaga untuk semua Melburnians (para pecinta produk asli melbourne).
Pasar menjadi bagian dari pengawetan warisan budaya Melbourne. Terdaftar di Daftar Warisan Victoria.
Sebenarnya, ada tiga pasar utama di CBD Melbourne, tapi dua lainnya Pasar Timur dan Pasar Barat, keduanya dibuka sebelum Ratu Victoria memerintah kemudian ditutup pada tahun 1960.
Pasar Ratu Victoria pusat penjualan pelbagai aneka macam kebutuhan warga masyarakat. Itu sebabnya sudah sejak lama pasar ini menjadi tujuan wisata di Melbourne.
Seperti tak sah ke Melbourne tanpa mengunjungi Queen Victoria Market.
Bekas kuburanLuas pasar bekas pekuburan aborigin ini menurut data mencapai 16 hektare. Sampai sekarang masih ada cerita burung tentang gangguan arwah. Mengenai kebenarannya,
wallahualam
Berkeliling menyusuri pasar ada banyak hal bisa ditemukan pengunjung di sini. Banyak sekali barang – barang yang di jual di pasar ini termasuk
seafood segar, buah-buahan segar ada pula macam – macam pakaian, bagasi, mainan, perhiasan, era baru produk dan suvenir dengan harga murah.
Pasar terbagi beberapa bagian dengan sekat yang terlihat yaitu area Hall Deli, Elizabeth Street Shops, F laneway, Vic Market Place Food Court, The Meat Hall, Organik, Merchandise Umum, Victoria Street Toko dan masih ada yang lainnya.
Sebagian besar pasar dalam keadaan terbuka bukan merupakan ruko dengan pintu tetapi para pedagang menggelar dagangannya di atas meja.
Pedagang menata dengan rapi dalam satu atap yang panjang. Tetapi ada juga ruang tertutup untuk barang-barang yang membutuhkan perlakuan agar tetap terjaga kualitasnya dan tak mudah seperti ikan dan daging.
Meat Hall yang menyediakan ruangan khusus untuk para penjual ikan dan daging, menurut sejarah dibangun pada tahun 1868.
Yang menarik lainnya adalah The Hall Deli yang berdiri sejak tahun 1927. Pengunjung dapat menikmati berbagai macam hidangan lezat dari seluruh dunia.
Ada pula pasar wine yang menyediakan berbagai wine yang bercita rasa fantastis.
Buah-buahan dan sayuran merupakan ikon terbesar pasar bersejarah ini sehingga 50% bagian pasar didedikasikan untuk produk segar.
Dengan luas 16 hektare, pasar ini masih juga belum cukup untuk menampung para pengunjungnya, sehingga mereka menutup salah satu jalan yang berbatasan dengan Queen Victoria Market pada hari Minggu (Queen Street) dan diubah menjadi daerah kafe
outdoor dengan wahana anak-anak dan kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga pengunjung dapat berlama-lama di pasar yang dinamis dan unik ini.
Queen Victoria Market adalah tempat berkembangnya aset kota Melbourne dan tempat terpenting di Melbourne serta jantung bagi para pedagang. Namun para pedagang tetap bersahabat dan bersaing hingga membuat pasar memiliki pesona dan daya adiktif untuk menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya.
Pasar malam musim dingin
Pasar ini cuma beroperasi lima hari dalam seminggu. Hari Senin dan Rabu tutup. Begitu pun pada hari-hari libur Australia.
Saya sudah beberapa kali ke pasar ini. Tiap ke Melbourne pasti mampir cari suvenir buat oleh-oleh.
Tapi berkunjung ke pasar malamnya memang baru pertama kali.
Pasar Kuliner
Rabu (8/8) malam lalu penuh sesak oleh ribuan pengunjung.
Pasar didominasi oleh kios makanan yang menjajakan makanan favorit dunia. Ada Spagetty Italia, Paela Spanyol, Sashimi Jepang, Bimbibap Korea, China, Brazil, Mexico, dan sebagainya.
Sayang makanan Indonesia dan Malaysia tidak ada. Padahal, resto Indonesia dan Malaysia sudah dikenal di beberapa kota dunia.
Mestinya konjen RI bisa berperan memanfaatkan pasar malam itu untuk mempromosikan kuliner kita. Bisa kerjasama dengan banyak rumah makan Indonesia di Melbourne. Termasuk resto Es Teler 77 yang sudah 15 tahun beroperasi di Melbourne.
Pemerintah bisa mengenalkan makanan khas seperti rendang, sate, nasi goreng, pecel dan ikan goreng gurame plus terasi. Saya kira tak akan kalah sensasinya dengan Paela Spayol, misalnya.
Pasar malam musim dingin juga menampilkan juga pelbagai atraksi : musik dan tari. Pokoknya heboh.
Suasana pasar malam itu seperti festival. Pengunjung kebanyakan keluarga dan pasangan yang tujuannya bersantap makanan favorit.
Selesai bersantap mereka menyerbu panggung pertunjukan. Malam itu yang tampil menghibur band dari Spanyol.
Di bagian lain ada atraksi senam massal yang diikuti sebagian pengunjung. Yang tampak mendapat perhatian juga kios pelukis wajah. Ada pula atraksi Engrang.
Suasana pasar siang hari lebih ramai lagi. Selain berbelanja kebutuhan dapur dan suvenir bagi turis, tak lupa mengasyikkan menikmati kuliner di area terbuka.
Dalam suhu 10-12 derajat suatu kenikmatan bersantap di arena
open air. Sambil memperhatikan pengunjung berbagai bangsa berseliweran di area pasar sambil mengayun kantong plastik belanjannnya.
Ini yang mungkin bilang kebahagiaan itu lebih banyak berada di wilayah publik ini, bukan di dalam ruang- ruang tertutup dan eksklusif.
[***]Penulis adalah Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)