Berita

Haris Rusly Moti/Net

Politik

Demokrat Sebaiknya Tidak Bersikap Merengek Dan Meraung-raung

KAMIS, 09 AGUSTUS 2018 | 11:13 WIB | OLEH: HARIS RUSLY MOTI

DI dalam politik, sering kali kita dihadapkan pada resiko pahit yang tidak kita kehendaki, sebut saja resiko 3D. Dikalahkan (failed), dijebak (trapped) dan dibajak (hijacked). Kadang seluruh design dan skenario yang kita rencanakan failed karena di-hijack di tengah perjalanan.

Jika semata di-hijacked, kita mungkin hanya dikalahkan di dalam sebuah pertarungan politik, atau kehilangan harta karena dirampas secara paksa. Sering kali pembajakan memang didahului oleh penjebakan. Persis seperti bajak laut yang bekerjasama dengan anak buah kapal menjebak dengan rute palsu, lalu kapalnya dibajak di tengah perjalanan.

Hidup di alam politik dan ekonomi liberal itu persis seperti hidup di hutan rimba. Kita harus waspada jika diintai, dijebak, lalu dibajak atau dimangsa. Pedihnya pertarungan di alam politik liberal itu jika di-trapp atau kena jebakan. Nasib kita bisa berubah 190 derajat.

Sebagai contohnya adalah nasib tidak beruntung Anas Urbaningrum yang dipenjara karena diduga dijebak tuduhan korupsi. Demikian juga nasib tidak beruntung Antasari Azhar yang dipenjara karena diduga kena jebakan kasus pembunuhan terhadap Nasrudin.

Demikian juga sangat lumrah jika di dalam alam politik yang liberal itu terjadi aksi rebut momentum politik. Dalam bahasa di pasar modal disebut profit taking, aksi ambil untung atau aksi membajak keuntungan. Aksi profit taking atau membajak keuntungan membutuhkan kecerdikan, keberanian dan kecepatan. Aksi profit taking memang sering kali mengguncangkan pasar dan merugikan pihak tertentu.

Karena itu, kecerdikan, kecepatan dan keberanian pihak tertentu melakukan aksi profit taking untuk menjadi Cawapres sangat lumrah di dalam alam politik yang liberal. Tidak ada yang aneh di dalam peristiwa profit taking Cawapres tersebut.

Untuk itu, sangat tidak pantas dengan sikap primitif dan kekanak-kanakan yang ditunjukan oleh pimpinan Partai Demokrat yang merengek dan meraung-raung ketika kalah cepat, kalah cerdik dan kalah berani dalam aksi perebutan jatah kursi Cawapres.

Hinaan "Jenderal Kardus" hingga tuduhan transaksional sangat tidak pantas dipertontonkan di dalam dunia politik yang liberal saat ini. Sikap tidak sopan dengan kata-kata tidak santun seperti itu tidak pantas ditunjukkan oleh pimpinan Partai Demokrat yang dikenal dengan semboyan "berpolitik dengan santun".

Sikap merengek dan meraung-raung seperti itu tanda tidak adanya kedewasaan di dalam menerima sebuah resiko berpolitik. Sikap seperti itu persis seperti sikap anak kecil yang merengek dan meraung-raung ketika kehilangan mainannya. Apa bedanya dengan Nobita yang digambarkan sebagai anak manja yang sering kali merengek dan meraung-raung di hadapan Doraemon?

Jika ikhlas membangun koalisi tanpa syarat mendapatkan jatah kursi Cawapres, kenapa mesti kecewa? Kenapa bersikap merengek dan meraung di saat jatah kursi Cawapres tersebut di-hijack secara cepat, cerdik dan berani oleh pihak lain?

Karena itu, demi tegaknya politik santun yang menjadi semboyan Partai Demokrat, alangkah baiknya pimpinan Partai Demokrat menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas penghinaan dan pernyataan yang primitif dan tidak sopan tersebut.

Tidak usah merengek, meraung raung, menghina "Jenderal Kardus" dan menuduh partai lain transaksional, ketika "kantong ajaib Doraemon-nya" gagal menyulap tokoh idolanya menjadi Cawapres. [***]

Penulis adalah Petisi 28 dan kepala Pusat Pengkajian Nusantara Pasifik (PPNP)

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya