Berita

Politik

Pengurangan Kemiskinan: GusDurnomics (Rizalnomics) Tercepat, Jokowinomics Terlambat

SENIN, 06 AGUSTUS 2018 | 17:45 WIB | OLEH: GEDE SANDRA

SETELAH mencermati kembali data persentase dan jumlah kemiskinan versi BPS pasca Reformasi, kami menemukan hal-hal yang menarik yang ditampilkan di tabel "Laju Pengurangan Kemiskinan Pemerintah Indonesia 1998-2018" di atas.  Sumber data dapat diunduh dari website resmi BPS (www.bps.go.id).

Dari 20 tahun lamanya Reformasi berjalan (1998-2008), di bawah kepemimpinan lima orang Presiden (Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi), kemiskinan penduduk Indonesia telah berkurang sebesar 23,5 juta jiwa.
Pemerintahan Habibie, selama 1 tahun, telah berhasil menurunkan kemiskinan penduduk sebesar 1,53 juta jiwa. Jadi, laju pengurangan kemiskinan Habibienomics (model ekonomi pemerintahan Habibie)  adalah sebesar 1,53 juta jiwa/tahun.

Pemerintahan Gus Dur, selama 2 tahun (tepatnya 21 bulan), telah berhasil menurunkan kemiskinan sebesar 10,1 juta jiwa. Jadi, laju pengurangan kemiskinan GusDurnomics atau Rizalnomics (merujuk kepada Rizal Ramli sebagai komandan tim ekonomi Gus Dur) adalah sebesar 5,05 juta jiwa/tahun.

Pemerintahan Gus Dur, selama 2 tahun (tepatnya 21 bulan), telah berhasil menurunkan kemiskinan sebesar 10,1 juta jiwa. Jadi, laju pengurangan kemiskinan GusDurnomics atau Rizalnomics (merujuk kepada Rizal Ramli sebagai komandan tim ekonomi Gus Dur) adalah sebesar 5,05 juta jiwa/tahun.

Pemerintahan Megawati, selama 3 tahun, telah berhasil menurunkan kemiskinan sebesar 1,72 juta jiwa. Jadi laju pengurangan kemiskinan Megawatinomics adalah sebesar 570 ribu jiwa/tahun.

Pemerintahan SBY, selama 10 tahun, telah berhasil menurunkan kemiskinan sebesar 8,42 juta jiwa. Jadi laju pengurangan kemiskinan SBYnomics adalah sebesar 840 ribu jiwa/tahun.

Pemerintahan Jokowi, selama 4 tahun, telah berhasil menurunkan kemiskinan sebesar 1,78 juta jiwa. Jadi laju pengurangan kemiskinan Jokowinomics adalah sebesar 450 ribu jiwa/tahun.

Artinya, dari lima pemerintahan pasca Reformasi, model ekonomi yang tercepat lajunya mengurangi angka kemiskinan adalah GusDurnomics/Rizalnomics. Laju pengurangan kemiskinannya tiga kali lebih cepat dari Habibienomics, 9 kali lebih cepat dari Megawatinomics, 6 kali lebih cepat dari SBYnomics, dan 11 kali lebih cepat dari Jokowinomics.

Kesuksesan GusDurnomics/Rizalnomics disebabkan oleh model ekonomi yang digunakan tidak mengikuti garis kebijakan neoliberal ala IMF-Bank Dunia, melainkan mengikuti pendekatan alternatif yang berciri: memacu pertumbuhan ekonomi dengan sambil mengurangi utang luar negeri (pemerintahan Gus Dur satu-satunya yang mengurangi utang luar negeri); tidak menggunakan austerity policy (pengetatan anggaran); menaikkan gaji pegawai negeri hingga 2-3 kali lipat; menjaga kestabilan harga pangan; dan melakukan berbagai restrukturisasi korporat.

Megawatinomics, SBYnomics, dan Jokowinomics memiliki laju pengurangan kemiskinan di bawah 1 juta jiwa/tahun karena menjalankan model ekonomi neoliberal, yang berciri: memacu pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan utang luar negeri, menggunakan austerity policy, melakukan privatisasi BUMN, dan liberalisasi.

Pemerintahan Jokowi, Jokowinomics yang berslogan "kerja, kerja, kerja" ternyata memiliki laju pengurangan kemiskinan yang terlambat, hanya 450 ribu jiwa/tahun. Jadi, narasi bahwa secara persentase kemiskinan di era Jokowi adalah yang terendah sepanjang sejarah, menjadi kosong belaka. Karena faktanya semua pemerintahan akan selalu mengurangi kemiskinan, hanya masalahnya: seberapa cepat lajunya? [***]

Penulis adalah peneliti Lingkar Studi Perjuangan

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya