Berita

Publika

Menimbang Kekuatan Gus Yusuf Pasca Pilkada Jateng

SENIN, 09 JULI 2018 | 13:50 WIB

MASSA yang luar biasa banyak. Saya Sabtu malam, 7 Juli 2018, berada di tengah massa Nahdlatul Ulama dalam jumlah ribuan pada acara Halal Bi Halal P4SK Pusat di Ponpes AL Mubarok, Manggisan, Wonosobo, Jawa Tengah. Menurut keterangan panitia, diperkirakan sekitar sepuluh ribu undangan yang hadir dalam acara tersebut.

Menariknya, audiens yang hadir bukan orang biasa, tapi mereka adalah para kyai pengelola pesantren untuk wilayah Kedu dan Jawa Tengah. P4SK sendiri punya singkatan Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kafah. Menurut data yang ada, sekitar 4.847 pesantren bertebaran di seluruh Jawa Tengah. Hampir semua perwakilan dari ponpes Jateng hadir pada acara tersebut.

Para kyai besar dari keluarga besaren Pendiri Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Almarhum KH Chudlori seperti Gus Yusuf  pun hadir di acara tersebut. Biasanya acara Halal Bi Halal P4SK digelar di Ponpes API, Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Tapi kali ini digelar di Ponpes Al Mubarok, Wonosobo, Jateng.


Konsolidasi para kyai dari kalangan Nahdlatul Ulama se Kedu-Jateng ini menunjukkan eksistensi organisasi Islam tertua di Indonesia yang digagas Almarhum KH Hasyim Asy'ari. "Ternyata NU itu masih ada," kata pendakwah kondang, Habib Umar Al Muthohar setelah melihat ribuan kyai di hadapannya pada acara  Halal Bi Halal P4SK.

Dalam acara itu Gus Yusuf, tokoh muda berpengaruh dari kalangan NU, menekankan pendidikan sebagai tonggak umat Islam. Beliau dalam pidatonya berbahasa Jawa, meminta jangan sampai ada santri tak melanjutkan pendidikannya hanya karena alasan finansial. Menurut Gus Yusuf, alasan itu sangat naif dan tidak boleh ada dalam dunia santri.

Tak dapat dipungkiri, Gus Yusuf memiliki perhatian luar biasa pada dunia pendidikan pesantren. Hal itu terbukti pada Pesantren Tegalrejo yang merupakan warisan orang tuanya, tetap eksis, bahkan kian besar dan berkembang. Tidak hanya di lingkungan pesantren, Gus Yusuf mengembangkan dakwahnya melalui radio miliknya, Fast FM Magelang yang mengudara di gelombang  96.4 FM.

Pesantren Tegalrejo yang berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia, mempunyai sejarah panjang di negeri ini. Dari mulai melawan penjajahan Belanda hingga mengisi kemerdekaan. Lulusan Pesantren Tegalrejo tersebar di berbagai penjuru Indonesia berkiprah di lingkungan masing-masing. Hingga kini, Gus Yusuf dan keluarga besar Almarhum KH. Chudlori, secara rutin melakukan konsolidasi lulusan pesantrennya semenjak awal berdiri hingga sekarang.

Sisi lain Gus Yusuf, beliau adalah seorang politisi muda yang piawai. Hal itu begitu tampak ketika Gus Yusuf dalam kontestasi pilgub Jateng dilamar PDIP untuk menjadi calon wakil gubernur mendampingi Ganjar. Tapi karena alasan pesantren, Gus Yusuf menjelaskan posisinya sebagai keluarga kyai besar KH. Chudlori memahami apa yang harus dilakukan (baca taklif). Tanpa potitioning itu, beliau mudah saja menerima tawaran Bu Mega sebagai cawagub yang diusung PDIP.

Bukan jadi rahasia umum, Gus Yusuf punya basis cukup kuat di Jateng sehingga sangat wajar bahwa PDIP merasa khawatir pada kekuatan PKB di Jateng. Gus Yusuf sebagai Ketua DPW PKB Jateng, akhirnya memilih mendukung paslon Sudirman Said. Pertarungan pilgub di Jateng pun seru. Minus basis Gus Yusuf, PDIP tidak merasa di atas angin.

Tak pelak, dukungan Gus Yusuf pada Sudirman Said mengundang reaksi Cak Imin selaku Ketua Umum PKB. Apalagi selama ini, PKB pusat memposisikan diri sebagai koalisi PDIP. Meski demikian, Cak Imin pada akhirnya mendukung pilihan Gus Yusuf yang lebih tahu kondisi wilayahnya di Jateng. Bisa dikatakan bahwa basis PKB terkuat di bawah konsolidasi Gus Yusuf.

Tidak mau kehilangan akal, PDIP melamar putra kyai karismatik, Mbah Maimoen Zubair, Gus Yasin, untuk menyeimbangkan basis Gus Yusuf. Untuk pertama kalinya, PDIP kewalahan menghadapi rivalnya yang didukung penuh oleh Gus Yusuf. Secara hasil pilgub terbukti bahwa paslon Sudirman Said-Ida tidak berbeda jauh dengan paslon Ganjar-Gus Yasin.

Terkait politik internasional, Gus Yusuf mempunyai sikap independen tanpa tedeng aling-aling. Ketika ditanya terkait Zionis Israel, Gus Yusuf menyebutnya sebagai rezim "bajingan." Kemudian beliau menceritakan pengalamannya saat berziarah ke Masjid Al Aqsa, dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Zionis Israel memperlakukan umat Islam tidak wajar. [***]

Alireza Alatas
Pembela ulama dan NKRI/aktivis Silaturahmi Anak Bangsa Nusantara (Silabna)

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya