Berita

Politik

Aksi Mogok Karyawan Garuda Dinilai Bermuatan Politik Dan Ekonomi

KAMIS, 05 JULI 2018 | 06:48 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Ada motif politik dan ekonomi di balik rencana mogok kerja karyawan maskapai Garuda yang tergabung dalam Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG).

Pengamat intelijen, Ngasiman Djoyonegoro menjelaskan, jika dirunut dari ancaman mogok ini keluar, maka bisa disebut rencana itu penuh dengan muatan ekonomi dan politik.

Sebab sebelumnya, ancaman mogok dikeluarkan jelang Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara saat ini, ancaman itu keluar jelang keberangkatan jamaah haji Indonesia.


“Jika dirunut ada strategi besar di balik rencana mogok yaitu dari pemilihan waktu. Awalnya, saat Ramadan dan Idul  Fitri yang berbarengan dengan mudik Lebaran 2018. Kini, mengancam lagi berdekatan dengan jadwal keberangkat jamaah haji Indonesia dan Idul Adha. Ini ada apa?" ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/7).

Direktur Eksekutif Center of Intelligence and Strategic Studies (CISS) itu menilai aksi mogok kerja yang akan dilakukan Sekarga dan APG tidak ada kaitannya dengan hubungan industrial antara karyawan dengan perusahaan. Sebaliknya, aksi mogok ini kental dengan nuansa politik dan ekonomi.

Menurutnya, aktor politik dalam aksi ini ingin menciptakan kegaduhan dalam tubuh pemerintah Joko Widodo, dengan menggunakan BUMN sebagai sasaran. Sebab, keberhasilan mogok kerja ini akan serta merta membuat citra pemerintah tercoreng karena gagal dalam menciptakan kondisi aman di tahun politik.

Sementara dari sisi ekonomi, Ngasiman melihat ada upaya sistematis untuk membuat kesan manajemen Garuda Indonesia gagal mengelola bisnis. Situasi ini ditujukan untuk membuat karut-marut yang mengarah pada opini bahwa Garuda Indonesia diambang kebangkrutan.

“Semua tuntutan karyawan dan pilot sudah dipenuhi manajemen. Kinerja manajemen mengalami tren positif, semua dapat dilihat dalam laporan keuangan Garuda. Jadi, apalagi alasan mereka?” sambungnya.

Dia pun meminta pemerintah tegas dalam menyelamatkan perusahaan plat merah tersebut. Para provokator aksi harus diidentifikasi, termasuk aktor-aktor intelektual di luar yang bermain.

“Tapi juga harus menyiapkan upaya penyelamatan ketika mogok benar terjadi, pemerintah dan manajemen dapat menjatuhkan sanksi tegas kepada karyawan yang berniat merongrong aset nasional,” tukasnya. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya