Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan diminta membujuk PA 212 untuk tidak menggelar Aksi 67 Tegakkan Keadilan.
Permintaan itu diutarakan Aliansi Peduli Ulama Indonesia (APUI) yang didukung Front Penegakan Keadilan Sosial (F-PKS).
Koordinator aksi Aliansi Peduli Ulama Indonesia, Ustadz Dullah menyampaikan permintaan itu penting disampaikan karena pihaknya mendengar kabar bahwa Aksi 67 Tegakkan Keadilan akan digelar pada puncak acara pertemuan Da'i dan Ulama Internasional.
"Apabila aksi demonstrasi 67 tetap dilakukan maka mereka tidak menghormati para Da'i dan ulama yang sedang menggelar pertemuan di Jakarta," kata Ustadz Dullah dalam pers di Hotel Ibis, Cikini Menteng Jakpus, Rabu (4/7).
Langkah pencegahan itu ditegaskannya harus dilakukan agar menjaga harkat dan martabat para ulama dalam negeri di mata ulama dari manca negara.
Sebab acara pertemuan Da'i dan Ulama Internasional dengan tema "Sinergi Untuk Harmoni" akan digelar pada tanggal 3 sampai 6 Juli 2018 di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat.
"Apalagi Ketua MUI KH Maruf Amin sendiri selalu menekankan tidak sepakat dengan demo-demo dijalanan karena justru memicu kegaduhan. Dan disarankan untuk menyalurkan pada mekanisme yang ada tanpa perlu pengerahan massa," ujarnya.
Namun demikian, dipastikan kalau Aksi 67 Tegakkan Keadilan tetap digelar, maka pihaknya juga akan menggelar aksi demonstrasi simpatik. Baik itu di Hotel Grand Cempaka lokasi pertemuan para Da'i dan ulama, Balaikota DKI dan Polda Metro Jaya.
"Di Hotel Grand Cempaka, kita akan beri dukungan ulama ikut menjaga persatuan dan ketenangan serta menjaga nama baik ulama di Indonesia," kata dia.
Lalu di Balaikota untuk meminta kesediaan Anies memberikan pengertian kepada peserta aksi 67 yang menurut Dullah mayoritas merupakan pendukungnya agar bisa menghormati pertemuan ulama dan Da'i Internasional.
"Kemudian Polda Metro Jaya, kami mendesak agar mencabut izin aksi atau tidak memberikan izin soal aksi tersebut. Hormati pertemuan ulama di Indonesia, jangan coreng nama baik ulama Indonesia dengan demo-demo," pungkasya.
[nes]