Berita

Foto: Net

Politik

Perluasan Ganjil Genap Kebijakan Ngawur

SENIN, 02 JULI 2018 | 12:27 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Perluasan pembatasan kendaraan bermotor dengan sistem ganjil genap untuk Asian Games 2018 mulai diujicobakan hari ini.

Uji coba akan diberlakukan setiap hari senin hingga minggu pada pukul 06.00 sampai dengan 21.00. Dalam aturan tersebut, kendaraan plat ganjil beroperasi pada tanggal ganjil, sementara kendaraan plat nomor genap beroperasi pada tanggal genap.

Sedianya, setelah uji coba pada 31 Juli 2018, sistem ini akan resmi diberlakukan mulai 1 Agustus 2018.


Namun demikian, wartawan senior, Wina Armada Sukardi menilai bahwa kebijakan ini ngawur dan merugikan negara. Dia menjabarkan bahwa kebijakan ini akan memperlambat pertumbuhan perekonomian nasional Indonesia.

Hal ini karena akses ke pusat-pusat bisnis, perbelanjaan, dan hiburan menjadi sangat sulit, sehingga perputaran uang bakal jauh berkurang.

“Padahal Indonesia saat ini justru sedang membutuhkan percepatan perekonomian untuk mempertahankan atau meningkatkan pertumbuhan perekonomian terutama dalam  mengatasi tekanan perekonomian dunia yang melambat dan efek menguatnya dolar AS di seluruh dunia,” jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (2/7).

Peluasan ganjil genap dan batasan waktu yang juga diperpanjang juga akan menghambat aktivitas masyarakat. Kebijakan yang diambil tanpa memikirkan alternatif jalan itu juga akan membuat mati suri sebagian aktivitas (bisnis) masyarakat.

“Sekadar contoh, warga Bintaro yang mau ke Kebon Sirih, harus cari jalan alternatif mana, sulit menemukan alternatif jalan. Contoh lain, warga Kelapa Gading yang berkantor di Jalan Sudirman,  juga susah cari jalan alternatif. Mau kemana?” tanyanya.

Wina menjelaskan, dengan sarana jalan yang serba susah dan harus berputar-putar menempuh jalan yang jauh dan lama selama waktu kerja dari pagi sampai malam, ini turut menimbulkan ekonomi berbiaya tinggi.

“Dalam perlambatan  perekonomian dan persaingan global yang tajam, tentu biaya ekonomi tinggi di Indonesia ini menyebabkan daya saing ekonomi  Indonesia juga bakal tersudut,” lanjutnya.

Selain itu, Wina memprediksi perluasan kebijakan ganjil genap juga akan menimbulkan oppotunity lost atau kehilangan kemungkinan mendapat keuntungan. Maksudnya, dengan adanya agenda Asian Games, maka akan datang puluhan ribuan turis peserta Asia Games dengan para offial dan pendukungnya  ke Jakarta dan Indonesia umumnya.

Mereka ini potensial buyer terhadap produk dan barang-barang Indonesian dan memberikan masukan devisa.  Nah, seharusnya akses mereka ke pasar dan sentra perjualan serta tempat wisata dipermudah.

“Sebaliknya  dengan adanya perluasan zone ganjil genap selama jam kerja, malah mempersempit dan mempersulit akses para turis berbelanja dan memberikan devisa kepada kita, sehingga peluang menggaet keutungan jadi menipis atau hilang. Itu pun belum  terhitung keuntungan valas yang tidak jadi terima alias sirna yang seharusnya Indonesia terima,” masih lanjut Wina.

Gelaran Asian Games juga akan sepi. Sebab, akses warga menuju venue semakin sulit dan berputar-putar. Mereka yang tadinya berniat menonton pertandingan-pertandingan Asian Games menjadi malas menontonnya, setidaknya akan mengurangi jumlah mengunjungi pertandingan.

“Para atlit Indonesia yang membutuhkan full dukungan penonton nasiobal pun, kemungkinan jumlah dukungan itu menciut. Padahal mereka dituntut untuk berprestasi yang mengharumkan bangsa,” kata Wina.

Lebih jauh, dia menilai bahwa citra Asian Games di mata warga jadi buruk, lantaran Asian Games dinilai menyengsarakan warga.

“Ngapain ada Asian Games kalau cuma jadi kosmetik yang menyenangkan asing, tapi justru menyengsarakan anak bangsa sendiri?” sambungnya.

Citra pemerintah, khususnya, dalam kaitan dengan perpajakan juga akan menjadi buruk. Sebab, pembangunan yang dihasilkan dari uang masyarakat lewat perpajakan, hasilnya malah tidak  dapat dinikmati warga sendiri.

“Buat apa dong  bayar pajak yang semakin tinggi, setidaknya pikiran semacam itu normal saja muncul di banyak benak masyarakat dan tentu ini merugikan citra pemerintah yang sangat getol-getolnya menanggok pajak,” tutupnya. [ian]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya