Berita

Foto/Net

Bisnis

Dolar AS Makin Perkasa, Pekerja Rentan Kena PHK

Daya Beli Lesu, Pengusaha Bakal Pilih Efisiensi
SENIN, 02 JULI 2018 | 09:17 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Rupiah masih rentan melemah hingga ke level Rp 15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Pemerintah disarankan mengeluarkan paket kebijakan untuk mengerem pelemahan.

Ekonom Institute for De­velopment of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhis­tira Adinegara menilai, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen dari sebelumnya 4,75 persen, belum cukup menahan sentimen global.

"Efek kenaikan suku bunga (menguatkan rupiah) bersifat temporer. Sementara sentimen global (tekanannya) jauh lebih besar. Melihat perkembangan ekonomi dunia, bukan hal yang tidak mungkin rupiah terus me­lemah ke level Rp 15 ribu," kata Bhima kepada Rakyat Merdeka, kemarin.


Bhima menuturkan, pasca BI menaikkan suku bunga, penguatan rupiah masih dibawah ekspektasi. Pada Jumat (29/06), nilai tukar rupiah masih nang­kring di level 14.325. Menurut Bhima, kecilnya penguatan terse­but tidak memberikan banyak pengaruh terhadap kinerja dunia usaha. Sebaliknya, Bhima kha­watir kenaikan suku bunga tersebut malah akan memicu kontraksi pada sektor riil.

"Kalau cost of borrowing alias biaya pinjaman naik, pengusaha semua sektor akan lebih memilih melakukan aneka efisiensi untuk tekan biaya produksi. Karena, saat ini mereka tidak mungkin menaikan harga jual (produk) karena daya beli sedang lesu," papar Bhima.

Bhima mewanti-wanti po­tensi pelaku usaha mengambil langkah efisiensi dalam bentu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Hal itu rentan dilakukan pengusaha bila nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan.

Saat ditanya mengenai pro­gram pemerintah mengembang­kan industri subtitusi bahan baku impor, Bhima melihat, belum berjalan efektif. Hal itu bisa dilihat dari ketergntungan impor bahan baku industri farmasi.

Dia menjelaskan, Indonesia memiliki beragam tumbuhan obat. Tetapi sampai saat ini, in­dustri farmasi masih mengandal­kan bahan baku impor. "Dengan struktur industri kita yang masih bergantung impor, pelemahan rupiah akan memukul ekonomi." Kata Bhima.

Bhima menyarankan, pemerintah untuk membuat paket kebijakan untuk menjaga stabili­tas rupiah. Menurutnya, saat ini diperlukan kombinasi kebijakan. Tidak hanya kebijakan moneter tetapi juga fiskal.

Misalnya, membuat paket tentang stabilisasi kurs dengan perbanyak insentif bagi sektory­ang bisa menguatan devisa. "Jadi bentuknya harus lintas sektoral sehingga dampak ke penguatan rupiah bisa langsung terasa," imbuhnya.

Apindo Apresiasi BI


Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Industri Johnny Darmawan mengapresiasi langkah BI me­naikkan suku bunga meskipun dampaknya belum bisa dirasa­kan dalam waktu dekat ini.

"Apakah keputusan BI telat? Saya kira tidak. Itu (suku bunga) dapat mencegah agar rupiah menyentuh Rp 15 ribu. Karena kalau sampai ke posisi itu (15 ribu), akan mengancam industri kita,"  kata Johnny.

Johnny berharap, pemerintah juga mengambil langkah-lang­kah untuk menguatkan funda­mental perekonomian. Antara lain, meningkatkan insentif untuk para investor.

Jhonny mengakui, fluktuasi rupiah mempengaruhi kinerja in­dustri. Para pengusaha wait and see, tidak menggenjot produksi karena bahan baku berasal dari impor. Kehati-hatian juga di­lakukan pelaku usaha mempertimbangkan masalah daya beli di dalam negeri yang masih lemah. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Pramono Putus Rantai Kemiskinan Lewat Pemutihan Ijazah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:44

Jangan Dibenturkan, Mendes Yandri: BUM Desa dan Kopdes Harus Saling Membesarkan

Senin, 22 Desember 2025 | 17:42

ASPEK Datangi Satgas PKH Kejagung, Teriakkan Ancaman Bencana di Kepri

Senin, 22 Desember 2025 | 17:38

Menlu Sugiono Hadiri Pertemuan Khusus ASEAN Bahas Konflik Thailand-Kamboja

Senin, 22 Desember 2025 | 17:26

Sejak Lama PKB Usul Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:24

Ketua KPK: Memberantas Korupsi Tidak Pernah Mudah

Senin, 22 Desember 2025 | 17:10

Ekspansi Pemukiman Israel Meluas di Tepi Barat

Senin, 22 Desember 2025 | 17:09

Menkop Dorong Koperasi Peternak Pangalengan Berbasis Teknologi Terintegrasi

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

PKS Kaji Usulan Pilkada Dipilih DPRD

Senin, 22 Desember 2025 | 17:02

Selengkapnya