Berita

Foto/Net

Politik

Jawa Milik Jokowi Apa Prabowo?

Perang Dimulai Hari Ini
RABU, 27 JUNI 2018 | 09:28 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pilkada rasa pilpres. Begitu sebutan pilkada yang digelar serentak di 171 daerah hari ini. Anggapan yang tak sepenuhnya keliru. Pasalnya, hasil "peperangan" hari ini, terutama di Pulau Jawa, akan menentukan peta Pilpres 2019. Parpol pendukung Jokowi dan Prabowo bisa menghitung kekuatan, dan menyusun strategi koalisi. Pertanyaannya, jadi milik siapa suara di Jawa. Jokowi atau Prabowo?

Pilkada rasa pilpres ini sudah terasa sejak awal pendaftaran. Saat partai memilih calon kepala daerah yang akan diusungnya. Makin terasa ketika memasuki masa kampanye. Tengok saja, semua ketum partai turun gunung. Termasuk tiga bos parpol terbesar, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketum Demokrat SBY. Ketiganya berkeliling daerah memenangkan calon jagoannya.

Besarnya pengaruh hasil Pilkada ini terlihat dari belum solidnya peta koalisi saat ini. Demokrat, PKB dan PAN belum menentukan arah politiknya di pilpres nanti. Mendukung Jokowi atau Prabowo. Dua capres yang ada, kubu Jokowi dan Prabowo juga belum solid menentukan siapa cawapresnya. Padahal pendaftaran capres tinggal sebulan lagi.


Pembicaraan para elite soal ini kebanyakan digelar sesuai Pilkada. Sebut saja pertemuan Prabowo dengan AHY. Atau Prabowo dengan Puan Maharani. Atau bagaimana sikap Demokrat, PAN dan PKB. Atau penentuan apakah kader PKS akan jadi cawapres Prabowo atau tidak. Semuanya menunggu hasil pilkada. Karena hasilnya akan dijadikan modal tawar-menawar posisi.

Ketum PAN Zulkifli Hasan sadar betul pengaruh hasil Pilkada bagi arah politik partainya. Karena pilkada digelar di kantong-kantong suara besar yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah pemilih di tiga provinsi itu hampir separuh suara di Pilpres. Apalagi jika ditambah di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. "Kalau Sumut dan Sulsel masuk, suara yang masuk lebih 75 persen. Makanya itu sangat menentukan," kata Zulkifli, di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Meski kata dia, hasil pilkada bukan satu-satunya faktor untuk menentukan koalisi. Karena dalam pilkada yang dipilih adalah sosok, bukan partai. Bisa jadi orang memilih gubernur dari partai A, tapi milih presidenya yang lain. "Ada pengaruh, iya. Tapi tak satu-satunya," ujarnya.

Jumlah pemilih dalam pilkada serentak kali ini memang besar, 152 juta. Tersebar di 171 daerah. 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota. Pilkada terbesar di antara tiga pilkada serentak sebelumnya. Jumlah suaranya hampir mendekati pemilih Pileg dan Pilpres. Yang jumlahnya 186 juta. Jumlah pemilih terbesar ada di Jawa Barat. Hampir 32 juta. Kedua adalah Jawa Timur dengan 30 juta dan ketiga adalah Jawa Tengah dengan 27 juta. Sumut 9 juta dan Sulsel sebanyak 6 juta. Di lima provinsi itu, parpol pendukung Jokowi dan Prabowo bersaing memperebutkan suara.

Persaingan paling terasa di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Jabar, partai oposisi Gerindra dan PKS berkoalisi mengusung Sudrajat-Syaikhu. Adapun PDIP mengusung calon sendiri. Yaitu TB Hasanudin-Anton Charliyan. Demokrat dan Golkar mengusung Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Sementara Nasdem, PKB dan PPP mengusung Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.

Bagi Gerindra, Pilgub Jabar memang jadi taruhan. Prabowo memilih sendiri cagub jagoannya. Yang merupakan orang dekatnya. Tampak sekali eks Danjen Kopassus ingin mengetes suara. Maklum di Pilpres 2014, Prabowo-Hatta menang telak.

Mendapat 59 persen atau sekitar 14 juta suara dari jumlah pemilih sebesar 23,9 juta. Prabowo menang di 22 kabupaten/kota. Sementara Jokowi-JK hanya 9 juta. Hanya unggul di 4 kabupaten/kota.

Hanya saja, mayoritas hasil survei menunjukkan pasangan Sudrajat-Syaikhu justru tertinggal. Persaingan ketat terjadi antara Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil.

Di Jawa Tengah, Gerindra, PKS, PKB dan PAN berkoalisi mengusung Sudirman Said dan Ida Fauziyah. Sementara PDIP, Demokrat, Golkar, Nasdem dan PPP mengusung Ganjar Pranowo-Taj Yasin. Di Pilpres lalu, Prabowo-Hatta kalah telak di provinsi ini. hanya meraih 6,4 juta. Sementara Jokowi-JK mendapat 12,9 juta suara atau sekitar 66 persen.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan tak keliru jika pilkada hari ini disebut rasa pilpres. Alasan pertama, gelaran Pilkada tahun ini tak jauh dari pilpres. Yang akan dimulai Agustus nanti. Karena itu kubu Prabowo dan Jokowi akan melakukan kalkulasi dari hasil Pilkada. Tiga provinsi di Pulau Jawa akan menjadi kunci kemenangan di Pilpres nanti.

"Suara terbesar ada di sana. Karena itu, kekalahan atau kemenangan Gerindra akan menjadi pertimbangan Prabowo untuk maju jadi capres," kata Pangi, kemarin.

Senada disampaikan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno. Dia bilang, pilkada saat ini memang terasa pilpres. Terlihat dari bos parpol yang turun berkampanye. Dia bilang, ada tiga wilayah yang merupakan lumbung suara yang diperebutkan hidup mati para capres. Yaitu Jabar, Jatim dan Jateng. Sementara, wilayah lain di luar Jawa seperti Sumut, Kaltim, NTB, NTT, dan Papua juga menjadi wilayah kunci untuk kekuatan Pilpres 2019. "Pilkada saat ini semacam golden ticket menuju Pilpres 2019. Siapa yang menang pilkada di wilayah kunci itu kemungkinan besar akan menang mudah Pilpres," kata Adi, kemarin.

Dia bilang, pertarungan hari ini adalah perang pendahuluan bagi parpol. Sebab mereka akan menghitung potensi konstituen mereka. Parpol juga akan bisa memastikan mesin pemenangan mereka. Lewat pilkada kali ini, parpol yang masih galau juga bisa menentukan arah dukungannya. Parpol akan menunggu hasil pilkada untuk memastikan apakah 2 atau 3 poros. Siapa cawapres Jokowi, cawapres Prabowo, atau ada poros ketiga. ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya