Presiden Jokowi sepertinya tak keliru merekrut Ali Mochtar Ngabalin sebagai pejabat Istana. Pria kelahiran Fakfak, Papua ini begitu cepat beradaptasi. Belum genap dua bulan menjadi pejabat, Ngabalin sudah bertransformasi jadi juru bela Istana yang paling "licin". Bisa menangkis berbagai serangan yang diarahkan ke Istana, sambil melayangkan serangan balik. Dengan cepat, pamor Ngabalin bersinar. Sementara, pamor Jubir Presiden Johan Budi SP mulai meredup.
Ngabalin dilantik sebagai pejabat pada 1 Mei lalu. Jabatannya adalah Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Informasi di Kantor Staf Kepresidenan (KSP). Posisinya berada di bawah komando Kepala Staf Presiden Moeldoko.
Pelantikan Ngabalin tersebut mengejutkan dan sempat jadi kontroversi. Maklum, sebelumnya ia lebih dikenal sebagai tim sukses dan jubir Prabowo-Hatta di Pilpres 2014. Yang kerap mengritik Jokowi. Dengan kata-kata yang bisa mengiris kuping. Karena itu, tak sedikit kalangan pemerintah yang menyayangkan keputusan tersebut. Meski banyak juga yang mendukung. Sementara bagi pihak oposisi, pelantikan itu dianggap sebagai "buku cerai". Amien Rais sempat mengungkapkan sosok "teman balik kanan". Yang kemudian dikaitkan kepada sosok Ngabalin. Meski Amien tak pernah menyebut siapa sosok yang dimaksud.
Dalam politik ada adagium tak ada kawan atau lawan abadi. Begitu juga yang dikatakan Moeldoko saat menjelaskan kenapa merekrut Ngabalin. Dia bilang Istana membutuhkan jaringan dan pengalaman Ngabalin. Politikus yang kini bernaung di Partai Golkar itu dinilai cocok untuk menghadapi serangan-serangan dari kubu oposisi. Juga menyampaikan keberhasilan kerja pemerintah. Hanya saja, Moeldoko menegaskan, tugas Ngabalin di KSP bukan sebagi jubir presiden atau juru bicara pemerintah.
Meski begitu, Ngabalin kini sudah bertransformasi menjadi jubir Istana. Yang bisa menghadapi tiap serangan yang diarahkan kepada Jokowi. Menangkis, melawan seraya menyerang balik. Tengoklah dalam sebulan ke belakang, berbagai isu sensitif dihadapi Ngabalin. Soal polemik gaji Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP), soal pengangkatan M Iriawan sebagai Pj Gubernur Jawa Barat, begitu juga soal kritikan Prabowo Subianto. Dan Yang teranyar bagaimana Ngabalin menghadapi tudingan Ketum Demokrat SBY yang menyebut ada oknum BIN, TNI dan Polri yang tidak netral dalam Pilkada.
Begini komentarnya. "Siapapun, para politisi dari partai mana dan siapapun Anda, jangan menjadi pengadilan dengan kehendaknya sendiri. Sabar dan tetap teduh, wahai para tokoh," kata Ngabalin. Soal netralitas aparat, Ngabalin menyatakan rakyatlah yang akan menilainya. Yang perlu dilakukan para elite politik, menurut Ngabalin, adalah menjaga agar suasana negara tetap damai. Dia juga mengajak agar semua elemen saling menghargai, termasuk menghargai aparat yang menjaga Pilkada serentak 2018.
"Saya percaya dengan tenangnya para tokoh dan opinion leader, akan memberikan dampak yang sangat positif dalam tugas-tugas mulia menghadapi Pilkada yang siap digelar," tuntasnya.
Kemampuan Ngabalin "bersilat lidah" tak diragukan. ditambah tak pelit berkomentar saat diminta. Mungkin hasil dari gemblengan berkiprah di dunia politik sejak lama. Pada 2004- 2009, Ngabalin pernah menjadi anggota DPR dari Partai Bulan Bintan (PBB). Pada pemilu 2009, dia semestinya kembali masuk parlemen. Tapi sayang, PBB tak lolos Parliament Treshold. Setahun kemudian ia hengkang dari PBB dan bernaung di Beringin. Di Golkar, Ngabalin kini menjabat Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Sulteng dan Sultra.
Sebaliknya, Jubir Presiden Johan Budi SP memang sangat jarang mengomentari berbagai isu sensitif. Yang terkait politik. Gaya Johan memang seperti saat menjabat jubir KPK. Datar. Hanya sebatas menyampaikan informasi. Enggan bermanuver.
Mungkin karena itu, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily begitu gembira saat mengetahui Ngabalin jadi pembantu Jokowi. Menurut dia, keputusan tersebut sudah tepat. Apalagi Ngabalin juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Badan Koordinasi Mubaligh se-Indonesia (Bakomubin). Ace yakin kelebihan Ali sebagai mubalig bisa berguna bagi pemerintah.
"Beliau selain kader Golkar juga pemuka agama Islam, sehingga dapat memperkuat hubungan pemerintahan Jokowi dengan kalangan muslim," kata Ace. ***