Berita

Yahya Cholil Staquf di Yerusalem/Facebook Alexander Pevzner

Politik

Yang Menghujat Kiai Yahya Staquf Mau Memecah Umat Islam

KAMIS, 14 JUNI 2018 | 16:10 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

Kehadiran tokoh Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf, sebagai pembicara dalam forum American-Jewish Committee di Israel ditanggapi penuh kebencian, yang ironisnya terjadi di penghujung Ramadhan ini.

Pendiri Pusat Kajian Pengembangan Berdikari (PKP Berdikari), Osmar Tanjung, mengajak rakyat Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat untuk "adil dalam pikiran" dalam menyikapi polemik ini.

Menurut dia, publik tidak boleh terus-terusan mengkonsumsi informasi yang menghasut yang didasari pada upaya penyebaran kebencian dan syahwat kekuasaan. Faktanya, kehadiran Kiai Yahya Cholil Stafuq di Israel bukan atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama maupun Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Ia hadir di Israel sebagai pribadi yang memperjuangkan ide-ide keadilan dan perdamaian yang digagas oleh gurunya, almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Bagi Osmar, misi Yahya jelas mendorong upaya dialog perdamaian antar warga atau people to people dialogue. Strategi yang diupayakannya mempengaruhi masyarakat sipil di dunia agar terbangun suatu "dialog perdamaian", khususnya yang berhubungan dengan perjuangan bangsa Palestina.

Sedangkan, jurubicara PKP Berdikari, Abi Rekso, mengatakan, niat luhur Kiai Yahya Cholil Stafuq patut didukung oleh semua pihak. Pendekatan kekerasan, apalagi menggunakan militer, tidak pernah menghasilkan perdamaian yang langgeng. Bahkan hanya menghasilkan lingkaran kekerasan yang tidak ada ujungnya.

Politik luar negeri Indonesia adalah politik "bebas aktif" dalam mendorong terwujudnya perdamaian dunia. Karena itu, tambah Abi, kehadiran Yahya Staquf harus diapresiasi sebagai wujud praktek diplomasi internasional sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.

Pihaknya juga mencatat bahwa isi ceramah Yahya di Israel tak satupun yang membenarkan invasi atau kekerasan oleh Israel. Kiai Yahya malah memaparkan bahwa dunia sedang dilanda krisis beragama. Artinya agama hanya dijadikan alat untuk berkuasa dan mencari keuntungan. Tidak terkecuali di Indonesia yang masyarakatnya hidup dalam kebhinnekaan.

Dalam pidato penutupnya, Yahya menggaungkan pesan "rahmah". Sebuah konsep keadilan yang baik bagi semua umat manusia tanpa terkecuali. Tidak ada jalan lain selain memilih "rahmah" dalam merawat serta menciptakan perdamaian dunia.

"Kami berkeyakinan penuh, bahwa mereka yang menghujat (Kiai Yahya) semata-mata sebagai upaya memecah belah umat Muslim di Indonesia," tutup Abi. [ald]

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya