SETELAH Buya baca tulisan tersebut Buya sependapat dengan isi tulisan.
Memang benar bahwa seluruh kegiatan dan bentuk Aksi Bela Islam tersebut tidak bisa diklaim dengan dalil apapun (demi persatuan dan atau diklaim sebagai alumni atau apapun. Apalagi ada pengurusnya dan sekarang diarahkan di luar tujuan semula).
Buya dan kawan-kawan melakukan kegiatan dan menggalang segala sesuatunya sejak pra 14 Oktober 2016 dan seterusnya semata-mata hanya karena kasus penistaan agama, bukan selain itu.
Bahkan ketika Prof. DR. Musni Umar, aktifis mahasiswa 77/78, mengajak Buya untuk ikut menghadiri dan mendukung kampanye Sandiaga Uno di Pancoran, Jakarta Selatan dan lain-lain. Buya menolak.
Musni saat itu berkata, “Buya kenapa tidak mau hadir? Kan Sandiaga Uno itu orang Syarikat Islam ?†Buya jawab, "Sandiaga Uno itu bukan hanya kaum SI tapi juga dia pengurus SI. Jika Buya ikut menghadiri kampanye Sandi dan Anies nanti akan muncul tuduhan bahwa Buya melakukan kegiatan Aksi Bela Islam ini karena ingin memuluskan Anies - Sandi menjadi Gubernur dan Wagub DKI".
Akhirnya, Prof. Musni mengerti alasan Buya bahkan dia memuji sikap Buya.
Buya lakukan itu karena pada awal Aksi Bela Islam di tahun 2016 tersebut Buya ikut mengawalinya. Bahkan ketika Buya pertama kali berjumpa dengan Kabaresrim di kantornya di Gambir juga ketika pertengahan Oktober berjumpa dengan Kapolri di kantornya di Mabes Polri, Buya dan kawan-kawan sampaikan bahwa urusan kami hanya tentang penistaan agama, bukan anti-etnis Cina dan bukan kegiatan politik.
Begitu juga ketika bulan Februari 2018 kemarin Buya bertemu Kapolri Jenderal Tito di rumah dinasnya, Buya juga mengulangi hal yang sama. Jadi artinya, pisahkan kegiatan aksi itu di luar dengan urusan penistaan agama.
Buya tidak mau bicara dan tidak berselera bicara urusan lain yang terjadi sesudah itu karena Buya melihat banyak anomalinya.
Bagi Buya 212 sudah selesai.
Tidak perlu diberi konotasi tambahan yang akan merusak niat awal dan perjuangan semula.
Tegasnya biarkan segala bentuk aksi terhadap penistaan agama itu selesai sampai di sana dan jangan dirusak dengan issue lain. Jangan lagi bawa-bawa nama 212. Cukup sudah dan selesai. Billahi Fii Sabilil Haq.
[***]
Buya Muhammad E IrmansyahExevutive Director Institute for Studies and Development of Thought (ISDT), Wakil Ketua Dewan Pusat Syarikat Islam, dan
Ketua MPJ