Berita

Foto/Net

Bisnis

Awas, Bunga Kredit Makin Mahal

Pasca Kenaikan Repo Rate
SELASA, 22 MEI 2018 | 11:20 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia 7-day reverse repo rate (repo rate) menjadi 4,5 persen membuat upaya kredit tumbuh dobel digit makin jauh dari kenyataan.

Karena kenaikan repo rate, su­dah pasti akan segera direspons perbankan dengan menaikkan suku bunga kredit. Ini berbuntut pada permintaan kredit, calon debitur akan berpikir ulang untuk ngutang ke bank.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yu­dhistira, kenaikan bunga acuan BI bisa berdampak terhadap naiknya bunga kredit perbankan dalam 2-3 bulan ke depan.


Saat ini rata-rata bunga kredit perbankan tercatat 11,20 persen per Maret 2018. Jadi, dengan suku bunga acuan BI yang sudah naik 25 bps ini, maka bunga kredit perbankan makin mahal, bisa naik menjadi kisaran 11,45 persen.

"Ditambah, Bank Sentral tidak menutup kemungkinan kem­bali menaikkan bunga acuannya hingga 50 bps lagi hingga akhir tahun ini. Tentu, bunga kredit perbankan juga bakal ikut ter­dongkrak lagi," katanya kepada Rakyat Merdeka.

Kondisi tersebut, lanjut Bhima, bakal menahan laju pertumbuhan kredit perbankan, di mana tahun ini dipatok dobel digit atau berkisar 10-12 persen. Dengan bunga kredit 11,2 persen saja, pertumbuhan kredit perbankan hanya tercatat 8,5 persen per Maret 2018.

"Semakin tinggi bunga kredit, maka tekanan ke pertumbuhan kredit makin besar. Target pertum­buhan kredit tahun ini diperkira­kan hanya 8-9 persen saja, sulit untuk dobel digit," ucapnya.

Bhima kemudian mencermati, di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, secara langsung akan berdampak ke daya beli masyarakat. Tingkat kon­sumsi yang lemah, juga berefek kepada pelaku usaha yang menga­lami penurunan permintaan.

Di sisi lain, suku bunga kredit yang tinggi juga memicu pelaku usaha enggan melakukan pinja­man atau bahkan melunasi utang­nya. Hal ini dikhawatirkan akan mengerek kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank.

Pelaku usaha dengan kondisi permintaan yang melambat, lanjut Bhima, akan sulit melunasi pinjaman yang mahal. Cost of fund atau biaya pinjaman jadi mem­bengkak dan menggerus pendapa­tan usaha. Otomatis risiko kredit macetnya akan naik.

"NPL per Maret masih 2,75 persen, meskipun menurun tapi ada indikator, agar bank lebih ha­ti-hati salurkan kredit," ujarnya.

Sementara untuk kredit konsum­si, seperti kredit kendaraan bermo­tor dan properti pun nasibnya akan sama. Ada tren masyarakat untuk menahan belanja, lantaran bunga kredit yang mahal. Ia mengibarat­kan seperti lingkaran, kalau satu proses bisnisnya melambat, maka akan merembet ke sektor lain mu­lai dari industri pengolahan, bahan baku dan ritel.

"Tekanan untuk menaikkan bunga kredit bank, juga perlu dicermati. Hal ini seiring dengan perpindahan deposan ke pembelian surat utang, dengan alasan bunganya lebih menarik," imbuh Bhima.

Bunga deposito rata-rata saat ini tercatat hanya sebesar 5,8 persen, sedangkan bunga surat utang pemerintah dengan tenor yang sama bisa mencapai 6,8-7,2 persen. Perpindahan dana ini dikhawatirkan bisa menguras likuiditas perbankan.

"Untuk menahan dana deposito tidak pindah ke obligasi, maka bank akan menaikkan bunga deposito. Rentetannya nanti ke bunga kredit juga. Efek bergandanya bisa ke target per­tumbuhan kredit tahun ini yang hanya 8-9 persen dan sulit untuk double digit," jelasnya lagi.

Menanggapi ini, Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Vera Eve Lim mengaku tak khawatir. Pihaknya optimistis pertumbuhan kredit pada kuartal II-2018 bisa lebih baik. Hal ini salah satunya tercermin dari realisasi pada kuartal pertama tahun ini.

"Pertumbuhan kredit pada kuartal II-2018 cukup bagus. Secara year to date (ytd) sudah jauh lebih positif. Tahun ini BCA memperkirakan pertumbuhan kredit bisa lebih positif atau men­capai 15 persenan," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo menga­takan, langkah BI yang menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps bukan tanpa alasan. Nilai tukar rupiah yang tengah tertekan ter­hadap dolar AS menjadi alasan utama BI agar mata uang rupiah tidak melemah terlalu dalam.

Kendati demikian, sentimen positif pasar terhadap kebijakan moneter BI ini hanya bersifat sementara. Pasca bunga acuan dinaikkan, rupiah justru sempat melemah hingga mendekati level Rp 14.200 per dolar AS.

"Bank Sentral juga siap menerapkan langkah kebijakan moneter yang lebih ketat, termasuk penyesuaian kembali suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," katanya. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

DAMRI dan Mantan Jaksa KPK Berhasil Selamatkan Piutang dari BUMD Bekasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:12

Oggy Kosasih Tersangka Baru Korupsi Aluminium Alloy Inalum

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:09

Gotong Royong Penting untuk Bangkitkan Wilayah Terdampak Bencana

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:08

Wamenkum: Restorative Justice Bisa Diterapkan Sejak Penyelidikan hingga Penuntutan

Selasa, 23 Desember 2025 | 14:04

BNI Siapkan Rp19,51 Triliun Tunai Hadapi Libur Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:58

Gus Dur Pernah Menangis Melihat Kerusakan Moral PBNU

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:57

Sinergi Lintas Institusi Perkuat Ekosistem Koperasi

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:38

Wamenkum: Pengaturan SKCK dalam KUHP dan KUHAP Baru Tak Halangi Eks Napi Kembali ke Masyarakat

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Baret ICMI Serahkan Starlink ke TNI di Bener Meriah Setelah 15 Jam Tempuh Medan Ekstrim

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:33

Pemerintah Siapkan Paket Diskon Transportasi Nataru

Selasa, 23 Desember 2025 | 13:31

Selengkapnya