Berita

Jaya Suprana/Net

Jaya Suprana

Skopofobia

SELASA, 22 MEI 2018 | 07:28 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

DALAM proses penelitian malumologi, tertemukan sebuah istilah untuk gejala gangguan mental terkait perasaan malu yang disebut sebagai skopofobia.

Skopofobia

Skopofobia berasal dari bahasa Yunani  â€œskopeō” yang bermakna "lihat" dan “phobos” yang bermakna “ketakutan”. Skopofobia merupakan  gangguan mental dengan gejala kecemasan berlebihan dalam hal melihat atau dilihat oleh orang lain.


Skopofobia dapat dikaitkan dengan egosentrisme berlebihan sehingga menimbulkan dampak kecemasan patologis alias paranoida untuk menarik perhatian orang lain pada diri sendiri.

Akibat skopofobia terkait rasa malu, maka perasaan GR secara berlebihan juga dapat menimbulkan rasa malu akibat anggapan diperhatikan oleh orang lain

Pemalu


Skopofobia tergolong fobia sosial yang sudah hadir ketika manusia mulai membentuk jalinan sosial terhadap dirinya.

Konsep fobia sosial telah disebut sejak 400 SM. Salah satu referensi pertama fobia sosial seperti skopofobia, terletak pada pernyataan Hippocrates tentang individu yang terlalu pemalu. Hippocrates menjelaskan bahwa orang yang pemalu, "menyukai kegelapan seketika" dan "mengira setiap orang mengamatinya".

Istilah "Fobia Sosial" pertama kali diciptakan oleh psikiater Prancis Pierre Janet pada tahun 1903. Janet menggunakan istilah ini untuk menggambarkan para pasiennya yang menunjukkan rasa takut diamati saat mereka berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari seperti berbicara di depan umum.

Dalam jurnal psikiatrik “The Alienist and Neurologist” 1906, skopofobia digambarkan sebagai berikut “ada ketakutan untuk dilihat dan malu, yang dilihat orang di rumah sakit jiwa. Kami menyebutnya skopofobia, ketakutan yang mengerikan untuk dilihat. Sedikitnya, ini adalah rasa malu yang mengerikan, dan pasien menutupi wajah dengan kedua tangannya. Pada tingkat yang lebih tinggi, pasien akan menghindari pengunjung dan melarikan diri dari penglihatannya dimana hal ini mungkin terjadi. Skopofobia lebih sering bermanifestasi di kalangan wanita daripada di kalangan pria“.

Skopofobia juga didefinisikan sebagai "ketakutan melihat orang lain atau terlihat oleh orang lain terutama yang terkesan asing” maka kerap pula tampil dengan wajah xenofobia.

Sosial dan Spesifik


Skopofobia unik di antara para fobia karena ketakutan untuk dilihat dianggap sebagai fobia sosial namun sekaligus juga fobia spesifik, karena merupakan kejadian spesifik yang terjadi dalam lingkungan sosial.

Lazimnya fobia tergolong ke dalam satu kategori saja atau namun skopofobia dapat ditempatkan pada dua kategori. Namun seperti kelaziman fobia lainnya, Skopofobia umumnya muncul dari peristiwa traumatis dalam kehidupan seseorang.

Kemungkinan sang penderita menjadi sasaran ejekan publik sewaktu kecil. Ada kemungkinan juga bahwa seseorang yang menghadapi skopofobia sering dikenai tatapan publik, mungkin karena kelainan bentuk atau penyakit fisik.

Menurut data departemen kesehatan A.S. kecemasan sosial mempengaruhi lebih dari 7 persen populasi pada suatu waktu tertentu. Dibentang selama seumur hidup, persentase meningkat menjadi 13 persen.

Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa kecemasan sosial adalah masalah kesehatan mental terbesar ketiga di dunia.

Sindrom


Meskipun spasiekopofobia adalah kelainan soliter, banyak individu dengan skopofobia biasanya mengalami gangguan kecemasan lainnya.

Skopofobia telah dikaitkan dengan banyak ketakutan dan fobia irasional lainnya. Fobia dan sindrom spesifik yang serupa skopofobia adalah erythrophobia, rasa takut tersipu-sipu yang terutama ditemukan pada kaum remaja.

Skopofobia dapat memicu serangan epilepsi. Skopofobia juga umumnya terkait dengan skizofrenia dan penyakit psikologis lainnya namun dianggap sebagai masalah gangguan psikologis yang bisa disembuhkan oleh diri sendiri.

Erving Goffman menyarankan agar pasein menghindari tatapan mata langsung dengan publik di jalan yang tetap merupakan salah satu ciri gejala psikosis sosial.

Banyak pasien skophofoobia mengembangkan kebiasaan voyeurisme atau ekshibisionisme. Lawan istilah Skopofobia adalah Skopofilia yang bukan merupakan gejala ketakutan untuk dilihat orang lain, namun justru gejala kenikmatan dilihat orang lain. [***]

Penulis adalah pendiri Pusat Studi Malumologi

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Kuasa Hukum: Nadiem Makarim Tidak Terima Sepeserpun

Minggu, 21 Desember 2025 | 22:09

China-AS Intervensi Konflik Kamboja-Thailand

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:51

Prabowo Setuju Terbitkan PP agar Perpol 10/2025 Tidak Melebar

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:35

Kejagung Tegaskan Tidak Ada Ruang bagi Pelanggar Hukum

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:12

Kapolri Komitmen Hadirkan Layanan Terbaik selama Nataru

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:54

Kasus WN China Vs TNI Ketapang Butuh Atensi Prabowo

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:25

Dino Patti Djalal Kritik Kinerja Menlu Sugiono Selama Setahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:45

Alarm-Alam dan Kekacauan Sistemik

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:39

Musyawarah Kubro Alim Ulama NU Sepakati MLB

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:09

Kepala BRIN Tinjau Korban Bencana di Aceh Tamiang

Minggu, 21 Desember 2025 | 19:00

Selengkapnya