Berita

Ilustrasi/Net

Pertahanan

Eks Napiter Ceritakan Perbedaan Pola Terorisme Jaman Dulu Dan Sekarang

SABTU, 19 MEI 2018 | 20:42 WIB | LAPORAN:

Mantan narapidana kasus terorisme, Haris Amir Falah menegaskan ada perbedaan yang sangat signifikan yang terjadi dengan kasus pidana yang menimpanya dengan kasus-kasus terorisme yang terjadi belakangan ini.

Haris menceritakan, semasa masih menjabat sebagai Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) wilayah Jakarta beberapa tahun silam, dia hanya berlatih perang untuk berjihad di luar negeri, tempat dimana para Umat Muslim ditindas.

"Waktu itu tidak ada orang yang terteror sebetulnya. Karena kita melakukannya di gunung, tidak ada masyarakat. Kita sedang lakukan latihan, kemudian kita turun gunung dan dihadang aparat," jelasnya dalam diskusi bertajuk 'Mengurai Benang Kusut Terorisme' di kawasan Jalan Juanda, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5).

Namun, kata dia, saat ini para pelaku teror bukannya berperang melawan penindasan terhadap kaum muslimin, mereka malah menyerang masyarakat Indonesia sendiri.

Parahnya lagi, Umat Muslim yang notabene seagama dengan mereka juga malah ikut-ikutan dihalalkan darah dan hartanya sebagaimana yang terjadi pada bom Cirebon beberapa waktu lalu oleh kelompok Syarif.

"Meskipun orang itu Islam tapi kalau dia tidak sama aqidah yang mereka (teroris) miliki itu dianggap mereka bukan Islam. Artinya kalau orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka saja tidak dianggap Islam, dan ini punya dampak secara hukum, yaitu dihalalkan darahnya. Apalagi kalau kemudian orang yang jelas-jelas kafir," imbuhnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan itu terjadi. Pertama, karena para pelaku teror saat ini memahami agama Islam dengan terlalu berlebihan.

"Kemudian begitu sangat kerasnya dalam memegang prinsip. Bahwa yang terbangun orang di luar mereka adalah orang-orang yang tidak dianggap keislamannya. Pemahaman ini masih berkembang ketika ada deklarasi ISIS di Suriah yang berkembang luas di Indonesia," jelasnya.

Faktor kedua, lanjutnya, yaitu penanganan napi teroris oleh aparat yang sangat represif. Hal itulah yang menyebabkan napi teroris yang sudah keluar dari penjara akhirnya kembali mengulang perbuatan mereka.

"Saya melihat ada beberapa teman-teman yang melakukan pengulangan aksi. Misalnya saudara Afif itu dan lain sebagainya. Saya melihat itu lebih kepada dendam karena penanganan teroris banyak juga yang sangat represif,” jelasnya.

”Di dalam pemahaman teman-teman ini mereka punya prinsip dimana darah dibayar dengan darah. Ini yang bahaya. Kemudian ada kasus ada peristiwa ada kedzaliman yang akhirnya bisa kita lihat seperti sekarang," pungkasnya.[sam]

Populer

Jokowi Kumpulkan Kapolda Hingga Kapolres Jelang Apel Akbar Pasukan Berani Mati, Ada Apa?

Kamis, 12 September 2024 | 11:08

Petunjuk Fufufafa Mengarah ke Gibran Makin Bertebaran

Kamis, 12 September 2024 | 19:48

Jagoan PDIP di Pilkada 2024 Berpeluang Batal, Jika….

Minggu, 08 September 2024 | 09:30

Slank sudah Kembali ke Jalan yang Benar

Sabtu, 07 September 2024 | 00:24

Soal Video Winson Reynaldi, Pemuda Katolik: Maafkan Saja, Dia Tidak Tahu Apa yang Dia Perbuat!

Senin, 09 September 2024 | 22:18

AHY Tuntaskan Ujian Doktoral dengan Nilai Hampir Sempurna

Kamis, 12 September 2024 | 17:12

Ini Kisah di Balik Fufufafa Dikaitkan dengan Gibran

Rabu, 11 September 2024 | 01:15

UPDATE

Amerika Serikat Naikkan Tarif Impor Barang China hingga 100 Persen

Sabtu, 14 September 2024 | 11:54

Hary Tanoe Mau Akuisisi Multivision Plus dengan Kocek Rp309,71 M

Sabtu, 14 September 2024 | 11:39

Brasil Cabut Pembekuan Rekening Starlink dan X

Sabtu, 14 September 2024 | 11:21

Perusahaan Merugi hingga Rp4,8 T, Pendiri Gogoro Mundur sebagai CEO

Sabtu, 14 September 2024 | 10:53

Genjot Produksi Susu, Indonesia Bakal Impor 100 Ribu Ekor Sapi dari Brasil

Sabtu, 14 September 2024 | 10:39

Berkaca Kasus BTS, Kasus PON XXI Harus Libatkan BPK agar Tidak Menguap

Sabtu, 14 September 2024 | 10:38

Gunungkidul Diguncang Gempa Beruntun dari Malam hingga Pagi

Sabtu, 14 September 2024 | 10:25

Aksi Mogok Pekerja Samsung Bergemuruh di India, Saham Anjlok hingga Tiga Persen

Sabtu, 14 September 2024 | 10:13

Muhammadiyah Bicara Pemimpin Sibuk Urusi Keluarga, Sindir Jokowi?

Sabtu, 14 September 2024 | 10:01

Pemerintah Siapkan BBM Bersubsidi Rendah Sulfur Bukan untuk Kelas Atas

Sabtu, 14 September 2024 | 09:53

Selengkapnya