Berita

Sudarnoto Abdul Hakim/Net

Politik

9 Mei, Pemilu Panas Runtuhkan UMNO

RABU, 16 MEI 2018 | 09:29 WIB | OLEH: SUDARNOTO A HAKIM

SEPANJANG sejarahnya, sejak kemerdekaan Malaysia, Pemilu ke-14 merupakan Pemilu yang paling heboh dan mungkin mendebarkan. Tidak seperti biasanya, Najib calon PM dari UMNO dan BN berhadapan secara panas dengan mentornya, Mahathir, yang telah sah menjadi calon PM dari kubu oposisi. Belum pernah terjadi dalam sejarah politik Malaysia, pertentangan tajam guru-murid.

Pra Pemilu: Harap dan Cemas


Masa kampanye yang sangat singkat benar-benar dimanfaatkan oleh dua tokoh ini. Bagi Najib tentu saja hari Rabu 9 Mei menjadi hari-hari yang sangat menentukan masa depan dirinya dan UMNO, masihkah waktu bagi Najib dan UMNO untuk berkuasa memimpin kembali Malaysia.

Dua pemilu terakhir (2008 dan 2013) pastilah menjadi pengingat atau a political warning bagi Najib dan UMNO/BN bahwa kursi yang diperoleh UMNO/BN mengalami kemerosotan yang cukup signifikan. Melemahnya kepemimpinan UMNO dan menguatnya oposisi yang pada waktu itu dipimpin oleh Anwar Ibrahim sebelum dia dipenjarakan kembali oleh rezim menjadi pecut bagi Najib untuk bekerja lebih keras membangun leadership yang lebih meyakinkan, menjanjikan dan efektif.

Untuk Pemilu tanggal 9 Mei ini, UMNO/BN menghadapi rival yang sama sekali tidak bisa disepelekan di bawah kharisma Mahathir, seorang tokoh/pemimpin yang paling berpengalaman memimpin Malaysia. Secara psikologis, Najib semula memang rikuh dengan kehadiran Mahathir sebagai pelanjut Anwar memimpin oposisi.

Bagaimanapun juga, Mahathir adalah seniornya, mentornya dan Perdana Menteri terlama Malaysia; Mahathir adalah bapak modernisasi Malaysia yang pengaruhnya masih sangat luas. Akan tetapi, serangan bertubi-tubi Mahathir terutama terkait dengan tuduhan mega korupsi 700 juta dolar US yang disampaikan di mana-mana, telah benar-benar menyudutkan Najib. Karena itulah, mendekati hari Pemilu Najib semakin menampakkan perlawanan yang gigih nenghadapi tekanan Mahathir.

Sementara bagi Mahathir, meskipun pernah memimpin UMNO dan sekaligus Malaysia sebagai PM secara otoritarian, apa yang dilakukan oleh Najib diyakini tidak saja merusak demokrasi akan tetapi juga Malaysia secara keseluruhan. UMNO bertanggung jawab karena kecenderungan Kleptokratik yang tak terbantahkan.

Tidak saja kemudian Mahathir keluar dari UMNO, akan tetapi justru ingin meruntuhkan UMNO dan BN melalui Pemilu. Baginya, kepemimpinan Najib dan dominasi UMNO sebagai the ruling party harus dihentikan agar Malaysia kembali bangkit menjadi negara yang maju dan kuat sebagaimana yang pernah diwujudkan selama 22 tahun kepemimpinannya.

Tidak seperti Najib, Mahathir tentu saja tidak mempunyai beban psikologis apa-apa untuk menyerang dan menjatuhkan Najib dan UMNO. Meskipun Najib pernah menyatakan bahwa Mahathir telah menghianati UMNO karena menggembosi UMNO partai yang lama dia pimpin dan bekerjasama dengan DAP (partai oposisi etnis Cina yang cukup besar), namun Mahathir tetap tidak bergeming.

Toh Mahathir telah menyatakan "penyesalannya" kerena memberikan kesempatan kepada Najib untuk memimpin UMNO. Bahkan Mahathir juga menyampaikan permintaan maaf atas dua kesalahan masa lalunya yaitu "menjebloskan Anwar ke penjara" dan "mempercayai Najib memimpin UMNO dan Malaysia."

Sikap rendah hati inilah yang nampaknya memperkuat simpati dan memperbesar dukungan publik kepada Mahathir agar ia turun gunung untuk kembali memimpin dan menyelamatkan Malaysia. Apalagi, reputasi politik dan leadershipnya selama 22 tahun tak terbantahkan oleh siapapun. Tentu saja, ini kekuatan atau modal penting yang tidak dimiliki oleh Najib.

Konfidensi Mahathir cukup kuat meskipun tentu saja dia tetap harus memperhitungkan faktor faktor lain yang bisa menjadi penentu kemungkinan Najib memenangkan pertarungan melawan Mahathir.

Sejumlah pengamat memang memperkirakan Najib akan sedikit unggul dan memenangkan pemilu. Sebagai inkamben, dia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh oposisi dan Mahathir mengetahui secara persis soal ini yaitu mengendalikan dan memanfaatkan mesin birokrasi (antara lain pegawai negeri, polisi,  tentara) dan sumber-sumber lainnya untuk memenangkan pemilu.

Beberapa hari yang lalu, polisi dan tentara (hampir 300.000 personil) telah menggunakan hak suaranya. Keikut sertaan polisi dan tentara menjadi sangat penting dalam pemilu di Malaysia. Meskipun dinyatakan tidak diarahkan kepada partai dan tokoh tertentu, akan tetapi banyak kalangan yang ragu netralitas tentara dan polisi. Mereka tetap akan memberikan dukungan kepada pemimpin mereka karena mereka harus loyal dan berdedikasi kepada pemimpin. Yang akan memperoleh keuntungan tentu saja Najib dengan UMNO-nya karena Najib adalah pemimpin mereka saat ini.

Jika tidak loyal dan tidak mendukung mereka akan terancam kehilangan pekerjaan. Meskipun demikian, penulis sendiri berpandangan bahwa ternyata tidak sedikit polisi, tentara dan para pensiunan yang kecewa terhadap kepemimpinan Najib dengan UMNOnya terutama terkait dengan kesejahteraan ekonomi. Mereka tidak berharap gaji/pendapatan naik akan tetapi harga dan pajak jangan dinaikkan. Jadi, memang suara mereka bisa saja diberikan kepada Mahathir dan oposisi.

Langkah lain yang dilakukan oleh Najib dan para pendukungnya antara ialah janji janji finansial bahkan memberikan uang kepada siapa saja yang mendukung Najib dan UMNO (money politics) dan menggerakkan mesin lainnya untuk mengontrol media massa dan melakukan kecurangan dengan mendatangkan ghost voters.

Beberapa hari yang lalu beredar berita banyak pendaftar yang ternyata sudah meninggal dan bahkan dalam jumlah yang sangat signifikan ditemui nama dengan alamat yang sama. Penggelembungan nama dan pendaftar pemilu secara sangat masiv ini memang nampak sudah dilakukan di hampir banyak pemilu di Malaysia.

Unfair play ini akan menjadi ancaman bagi oposisi. Dan cara seperti ini tidak akan bisa dilakukan oleh partai apapun kecuali oleh the ruling party dan mesin politiknya. Atas kenyataan ini, maka Mahathir dan kekuatan aliansinya haruslah lebih ketat dan efektif menjelang pemilu tempo hari untuk nemperbesar dukungan publik antara lain dari pemuda yang selama ini skeptikal terhadap masa depan politik di Malaysia.

Masih belum terlalu jelas, apakah pemuda dan pemilih pemula yang jumlahnya cukup besar ini di hari Rabu 9 Mei benar-benar akan menggunakan hak pilihnya atau tidak, memilih Najib atau Mahathir. Dan  Rabu 9 Mei Pemilu sangat menentukan apakah Malaysia benar-benar akan mengalami perubahan atau tidak;  harapan dan kecemasan menyelimuti dua kekuatan Najib dan Mahathir.

Tsunami UMNO/BN


Pada akhirnya hitungan akhir secara tak terbantahkan oposisi (Pekatan Harapan)  di bawah pimpinan Mahathir berhasil merontokkan UMNO. Dari kursi yang diperebutkan berjumlah 222, PH berhasil meraih 117. Dengan demikian sudah bisa dipastikan Malaysia akan dipimpin oleh koalisi oposisi dengan Mahathir sebagai Perdana Menteri dan istri Anwar Ibrahim sebagai wakilnya.

Tidak bisa dipungkiri ini kerja politik yang cukup panjang dan efektif dari kepemimpinan oposisi paling tidak sejak dua pemilu terakhir. Diawali oleh Anwar Ibrahim,  sejak dia keluar dari penjara, UMNO mengalami kerontokan sejak dua pemilu terakhir karena tidak berhasil menguasai 2/3 kursi parlemen. Dan oposisi mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Inilah  sejarah pertama kalinya UMNO/BN mengalami penurunan.

Pemilu kemarin menyempurnakan political victory opisisi karena benar benar mendulang kemenangan. Seperti pendahulunya (Anwar Ibrahim) Mahathir memimpin gerakan perlawanan secara sangat efektif. Tidak sekedar harisma yang dimiliki Mahathir, akan tetapi kematangan,  kepiawaian dan ketenangannya dalam mengemas argumentasi selama berkampanye menjadi faktor penting kemenangan yang diraih.

Tentu saja trust yang diberikan oleh kekuatan-kekuatan oposisi (kecuali PAS) dan oleh masyarakat luas menjadi bagian penting. Faktor usianya yang sangat senja dan pandangan banyak orang bahwa Mahathir telah menciptakan ”a draconian law” selama dia berkuasa sama sekali tidak berpengaruh.

Ia berhasil secara sangat efektif meruntuhkan Najib dan UMNO/BN. Mahathir telah membesarkan UMNO dan Mahathir juga yang pada akhirnya memimpin meruntuhkan UMNO, sebuah peristiwa besar terjadi kemarin, tsunami politik UMNO. [***]

Penulis adalah pakar politik Malaysia dan Asia Tenggara

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya