Berita

Rini Soemarno-Sofyan Basir/Net

Politik

Bebaskan Pertamina Dari Triumvirat Korup

SELASA, 01 MEI 2018 | 14:03 WIB | OLEH: DJOKO EDHI ABDURRAHMAN

LUAR biasa perlawanan Dwi Sutjipto dan Elisa Massa Manik kepada triumvirat Rini Soemarno-Arie Soemarno-Yongki Soemarno.

Rekaman dialog antara Rini Soemarno vs Sofyan Basir itu secara hukum, adalah petunjuk adanya korupsi yang merongrong Pertamina dan PLN oleh triumvirat korup itu.

Basir dan Kementerian BUMN sudah membantah rekaman itu, tapi tak mempan. Menurut Basir, rekaman itu tak lengkap. Menurut Kementerian BUMN, rekaman itu editan untuk menyesatkan publik. Menurut keduanya, percakapan dalam rekaman itu adalah soal saham proyek. Bukan fee.

Rekaman itu menjadi hotkey. Jika itu bukti hukum, memang harus di BAP. Jangan nanti jadi blunder seperti rekaman telepon seks Habib Rizieq. Tak jelas siapa yang rekam, dan yang unggah. Sekonyong-konyong Habib Rizieq jadi tersangka, hukumnya dibengkokkan di-red notice hingga ke Arab.

Tak ada red notice untuk kasus seks kecuali seks anak dan HAM. Pejabat yang bengkokin itu saya dengar sudah dicopot oleh Jenderal Tito Karnavian.

Walau sudah ada bantahan dari JK, bahwa percakapan itu soal kilang gas di Banten di lingkungan Kalla Group, tapi tak ada yang percaya. Yaitu, JK terlalu banyak berdusta. Lagi pula Jaka Sembung, alias nggak nyambung. Secara etimologis, bahasa rekaman itu memang soal fee, bukan saham. Repotnya, proyek itu sudah tak ada. Akibatnya, bantahan itu tak dapat diklarifikasi.

Rekaman itu jelas perlawanan pro Dwi Manik yang didzolimi oleh Rini. Kasusnya telanjang. Si pembuat telah menghitung potongan itu yang menunjukkan korupsinya triumvirat.

Pertama, dalam 4 tahun belakangan, sudah 4 kali Pertamina RUPS. Itu jelas melanggar GCG (good corporate governance). Boleh saja Rini mantan Dirut Astra, tapi bikin RUPS sekali setahun, hanya manajemen ala Rini di atas bumi. Manajemen korup.

Kedua, dalam catatan Ferdinan Hutahayan, pada pilpres lalu, Rini menghimpun Rp 16 triliun untuk biaya pilpres. Karenanya lalu Rini dipasang jadi Menteri BUMN untuk kutip dana bayar utang, etc.

Ketiga, ulah Rini yang tak terkontrol telah membuat DPR gusar besar. Ia diusir dan dan dilarang datang ke DPR hingga hari ini setelah bentrok dengan Rieke soal Pelindo II. Artinya Rini lepas dari pengawasan.

Keempat, mengutip Catatan Tengah Derek Manangka, bahwa hubungan Rini dan Jokowi, bukan hubungan biasa, melainkan sex affair. Maka kedekatan Elisa Manik dengan presiden mengganggu affair itu sehingga Manik didepak. Tapi bagaimana dengan Dwi?

Kelima, ketika Dwi hengkang, kinerja Pertamina sangat top. Pertamina berhasil menumpuk biaya untuk pengembangan hingga Rp 700 triliun. Pembukuan pendapatannya prima. Tapi Dwi tak bisa diajak hengki pengki, maka ia digusur.

Manik masuk. Presiden mendekat. Dan mulai merongrong Pertamina dengan One Price yang membuat utang Pertamina menggunung. One Price itu tanpa lapak hukum, hanya perintah oral sang presiden. Akibatnya, resikonya tak masuk APBN, ditanggung sendiri oleh Pertamina.

Empat alasan pencopotan Manik terasa mengada-ada. Yaitu, tumpahan minyak di Banjarmasin. Faktanya ada kapal yang menabrak pipa dan kapalnya sudah ditangkap polisi. Mengapa lantas Manik yang keliru? Kemudian, pemerintah tinggal pilih: menaikkan harga atau menambah subsidi atas kenaikan harga internasional. Tapi malah Manik yang salah. Pembangunan kilang telat mulainya. Manik salah lagi. Mana duitnya untuk bayar joint vetura pembangunan kilang itu? Tak ada duitnya.

Duit Pertamina telah habis untuk bela-belain proyek Jokowi, dan piutang pemerintah yang tak bayar-bayar. Penyakit itu, malah ulahnya Rini dan Jokowi. [***]

Penulis adalah anggota Komisi Hukum DPR 2004 hingga 2009, dan pengurus Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum PBNU
.

Populer

Kapolri Mutasi 55 Pati dan Pamen, Ada 3 Kapolda Baru

Selasa, 12 November 2024 | 23:52

Seluruh Fraksi di DPR Kompak Serang Kejagung soal Tom Lembong

Rabu, 13 November 2024 | 18:01

"Geng Judol" di Komdigi Jadi Gunjingan sejak Bapak itu Jabat Menteri

Rabu, 06 November 2024 | 07:53

Tak Terima Dikabarkan Meninggal, Joncik Laporkan Akun Facebook "Lintang Empat Lawang" ke Polisi

Kamis, 07 November 2024 | 06:07

Musa Rajekshah Dorong Pemetaan Potensi dan Keunggulan Desa

Kamis, 07 November 2024 | 21:43

Dedi Prasetyo Dapat Bintang Tiga jadi Irwasum, Ahmad Dofiri Wakapolri

Selasa, 12 November 2024 | 22:50

Beredar Kabar Sekda DKI Jakarta Diganti

Jumat, 08 November 2024 | 15:43

UPDATE

Hartanya Disorot Publik, KPK Bakal Cek LHKPN Uya Kuya

Kamis, 14 November 2024 | 07:58

Trump Bikin Heboh, Tunjuk Matt Gaetz sebagai Calon Jaksa Agung

Kamis, 14 November 2024 | 07:47

Garuda Indonesia Tambah Frekuensi Penerbangan ke Singapura

Kamis, 14 November 2024 | 07:33

Menteri Ekonomi Kreatif Ajak Stakeholder Dukung Ekraf Sebagai Mesin Baru Pertumbuhan Indonesia

Kamis, 14 November 2024 | 07:19

Wall Street Ditutup Bervariasi Usai Rilis Kenaikan Inflasi AS, Dow dan S&P 500 Naik Tipis

Kamis, 14 November 2024 | 07:05

Gara-gara Tom Lembong, Kejagung Kejedot Tiang

Kamis, 14 November 2024 | 06:30

Antisipasi Banjir saat Pencoblosan, Pemprov DKI Gandeng BMKG

Kamis, 14 November 2024 | 06:04

Lawan Jepang, Timnas Garuda Diyakini Bisa Beri Perlawanan

Kamis, 14 November 2024 | 05:47

Marak Penipuan, Polisi Imbau Pemilik BRI Link Waspada

Kamis, 14 November 2024 | 05:32

Tenaga Honorer Desa Nyambi Kelola Situs Porno

Kamis, 14 November 2024 | 05:02

Selengkapnya