Berita

Joko Widodo/Net

Politik

PDIP Mendegradasi Tantangan Debat Presiden Jokowi

SELASA, 01 MEI 2018 | 00:59 WIB | OLEH: SYAFRIL SJOFYAN

BERAWAL dari acara Mata Najwa, Najwa Shihab mempermasalahkan tentang utang luar negeri Indonesia yang mencapai Rp 4.000 triliun yang viral di masyarakat, kemudian Presiden Jokowi memberi tantangan mempersilakan bagi yang mengkritik tentang utang tersebut untuk berdebat dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani karena dia mempunyai data, silakan saling mengungkapkan data kata Presiden lagi.

Tantangan tersebut oleh mantan Menko Perekonomian di era Gusdur, Dr. Rizal Ramli diterima dengan ingin melakukan debat secara terbuka dengan dasar masyarakat bisa lebih mengetahui hal yang sebenarnya.

Masyarakat antusias untuk terjadinya debat tersebut, tanggapan dukungan terhadap debat Rizal Ramli vs Sri Mulyani bermunculan dan viral baik para netizen melalui medsos juga dari media mainstream, bahkan beberapa kelompok organisasi sudah bersedia memfasilitasi debat tersebut.

Kemudian dalam suatu kesempatan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyarankan agar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak memenuhi ajakan debat mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli soal utang luar negeri.

Tentunya hal ini adalah sesuatu ungkapan yang sangat aneh, adanya debat tersebut bukanlah keinginan Rizal Ramli, tetapi tawaran Presiden Jokowi yang mempersilakan untuk melakukan debat dengan pembantunya Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Dengan adanya pernyataan Hasto tersebut dari kaca mata pengamat secara tidak langsung, Hasto telah mendegradasi "perintah" presiden kepada pembantunya.

Sementara PDIP dan partai pendukung Jokowi sedang berusaha meningkatkan elektabilitas Jokowi, dengan cara menganjurkan Sri Mulyani tidak melayani debat sama saja mengabaikan keinginan Presiden, karena di satu pihak sesuai keinginan Presiden Jokowi untuk terjadinya debat tentang utang luar negeri tersebut di tunggu-tunggu oleh masyarakat, akhirnya akan menjadi bahan gunjingan ketidak wibawaan Presiden. [***]

Penulis adalah pengamat kebijakan publik, aktivis Pergerakan 77-78

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya