Peringatan Hari Kartini merupakan momentum untuk menegaskan peran perempuan Indonesia yang ikut serta dalam memajukan bangsa. Dan kini, perempuan Indonesia lebih leluasa menorehkan prestasi dan inspirasi di bidang pendidikan, olahraga, politik, pemerintahan, sosial, dan lainnya.
Demikian disampaikan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani. Puan menegaskan, peran perempuan juga ikut menentukan kemajuan keluarga dan lingkungannya. Karena itu, pemerintahan Presiden Joko Widodo berkomitmen memberi ruang lebih luas untuk kemajuan perempuan Indonesia.
“Perempuan bisa menyejahterakan dirinya, menyejahterakan keluarganya, baru kemudian menyejahterakan lingkungannya. Itu yang harus dimiliki semua perempuan,†kata Puan beberapa saat lalu (Sabtu, 21/4).
Hal ini disampaikan Puan terkait dengan peringatakan Hari Kartini. Hari Kartini, tanggal 21 April, diperingati bertepatan dengan hari kelahiran Raden Adjeng Kartini atau Raden Ayu Kartini. Kartini merupakan tokoh perempuan dan pahlawan nasional yang memelopori kebangkitan perempuan Indonesia.
Puan melanjutkan, Keputusan menetapkan 21 April sebagai Hari Kartini diterbitkan Presiden Soekarno dalam Keputusan Presiden RI 108/1964 pada 2 Mei 1964. Menurutnya, semangat Kartini dalam mencerdaskan bangsa dan memperjuangkan emansipasi wanita harus terus dijaga.
“Habis gelap terbitlah terang. Kalimat penuh makna dari Kartini itu harus menginspirasi kita untuk menjadi bangsa yang optimistis, bangsa mandiri, bekerja sama mencapai tujuan yang lebih baik,†ujarnya.
Menko yang gemar menari ini juga memberi perhatian pada literasi nasional yang jadi fokus perjuangan Kartini. Pemerintah, kata Puan, melakukan banyak cara dalam menekan angka buta huruf di seluruh Indonesia, di antaranya dengan menggalang relawan literasi dan membangun lebih dari 6.000 taman bacaan masyarakat (TBM).
Diungkapkannya, untuk menambah kecepatan menekan angka buta huruf, Presiden Joko Widodo menggulirkan program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan menyetujui delapan butir literasi yang salah satunya adalah pengiriman buku secara gratis melalui Kantor Pos setiap 17 Agustus.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, sekitar 3,4 juta orang Indonesia masih terhitung sebagai buta huruf, menurun dari angka buta huruf pada 2014 yang mencapai 5,9 juta. Dari angka buta huruf tersebut, sebanyak 2.258.990 di antaranya adalah perempuan.
“Semangat Kartini selalu menginspirasi kami meluaskan akses pendidikan dan menekan angka buta huruf,†ungkap Puan.
[mel]