Berita

Foto: Istimewa

Dunia

Dubes Tantowi Menjawab Tanya Yang Masih Tersisa Saat Jokowi Ke Selandia Baru

KAMIS, 29 MARET 2018 | 07:59 WIB | LAPORAN: YAYAN SOPYANI AL HADI

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Selandia Baru sekitar seminggu lalu ternyata masih meninggalkan tanya. Terutama saat Jokowi berbincang dengan mahasiswa asal Papua ketika acara jalan kaki bersama. Interaksi Presiden dengan mahasiswa tersebut menjadi menarik karena belum pernah terjadi sebelumnya.

Menjawab tanya yang masih tersisa di sebagian benak publik, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya pun bercerita. Saat Jokowi dan Ibu Negara mengajak jalan kaki bersama para mahasiswa Indonesia yang ada di Wellington, hadir 40 orang termasuk 18 mahasiswa asal Papua. Saat jalan santai menikmati keindahan teluk Wellington, di tengah perjalanan Presiden memilih untuk berhenti dan duduk santai sejenak. 18 mahasiswa Papua duduk mengelilingi Presiden dan ibu negara. Mahasiswa dari daerah-daerah lain duduk di antara saudara-saudara mereka dari timur tersebut.

"Perbincanganpun berlangsung dalam suasana santai, akrab dan penuh canda tawa. Presiden memposisikan dirinya lebih sebagai kakak atau ayah dibanding sebagai kepala negara. Presiden memulai perbincangan dengan mengatakan bahwa Indonesia itu negara besar dengan beragam suku, tradisi dan kekayaan. Kepada mereka, Presiden berpesan untuk belajar dengan baik dalam rangka membangun negara ketika kelak kembali," kata Tantowi mengisahkan beberapa saat lalu (Kamis, 29/3).

Di Selandia Baru, jelasnya, setiap tahun ada sekitar 150 pelajar dan mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studinya di berbagai sekolah dan perguruan tinggi di berbagai kota. Mereka adalah penerima beasiswa dari pemerintah Provinsi. Mereka selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh KBRI. Dalam upacara peringatan HUT ke 72 Kemerdekaan RI tahun lalu, 3 dari 4 petugas upacara adalah mahasiswa dari Papua.

Dalam kesempatan itu, sambung Tantowi, Jokowi mempersilahkan para mahasiswa untuk bertanya, dan beberapa dari mereka memanfaatkan momen langka tersebut secara antusias. Marvey Ajoomi yang berasal dari Jayapura dan saat ini mengajar di International Pacific University (IPU) di Palmerston North bertanya tentang masa depan para mahasiswa setelah menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke Papua. Presiden menyampaikan bahwa mereka bisa bekerja baik di BUMN, kantor-kantor pemerintah maupun swasta.

Dalam kesempatan ini pula, Duta Besar Tantowi Yahya menambahkan sekaligus menginformasikan kepada Presiden bahwa KBRI Wellington menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di tanah air dalam rangka penyaluran ke tempat-tempat kerja. Dengan Garuda Indonesia sudah ada kesepakatan untuk menerima dua puteri Papua lulusan sekolah penerbangan di Nelson untuk menjadi pilot  maskapai penerbangan nasional tersebut. Dengan lembaga penyiaran, saat ini 4 lembaga penyiaran swasta di Indonesia tengah menantikan putra-putri terbaik Papua untuk diterima sebagai pembaca berita, pembawa acara dan reporter di stasiun televisi mereka.

"Anak-anak Papua bisa kerja dimana saja," jelas Tantowi.

Seorang mahasiswa bertanya mengapa Raja Ampat dan objek-objek wisata di Papua yang tidak dipromosikan secara besar-besaran dan online seperti Bali dan Lombok. Presiden merespon bahwa Pemerintah sengaja tidak melakukan itu agar sektor wisata di Papua tetap alami, terjaga keasliannya dan terhindar dari kerusakan lingkungan seperti batu karang, tumbuhan laut dan lain sebagainya.

"Pemerintah tidak menginginkan terjadinya eksploitasi berlebihan. Pembicaraan tentang pariwisata dan konektivitas menjadi semakin menarik ketika ada yang bertanya tentang kapan adanya penerbangan langsung dari Auckland/Sydney ke Jayapura atau Biak. Presiden mengatakan bahwa hal itu sedang direncanakan tapi jalurnya ke Biak, bukan Jayapura," jelas Tantowi.

Tantowi menambahkan bahwa Freport adalah isu yang tentu saja tidak terlewatkan dalam obrolan santai ini. Seorang mahasiswa bertanya kapan akan disahkannya pembagian hasil pendapatan dari Freeport.

"Presiden yang sudah 7 kali berkunjung ke Papua ini mengatakan pengesahannya direncanakan bulan depan. Dari hasil 51 persen, 10 persen akan diberikan kepada Pemprov Papua," demikan Tantowi. [mel]

Populer

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Usia Pensiun TNI Bakal Diperpanjang, Ketum PEPABRI: Kalau 58 Tahun Kan Masih Lucu-Lucunya

Senin, 10 Maret 2025 | 19:58

UPDATE

Polri Gandeng INASSOC Sosialisasikan Aturan Penggunaan Airsoft Gun

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:34

Wamenkop Ferry Juliantono Ingin Gapoktan Naik Kelas

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:33

Kontrol Sipil ke Militer Harus Objektif, Jangan Pragmatis

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:23

Warga Jakarta Diminta Waspada Cuaca Ekstrem

Jumat, 14 Maret 2025 | 15:12

Hasto Siap Sampaikan Eksepsi Pekan Depan

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:51

Sidang Perdana Duterte di ICC, Momen Bersejarah bagi Keadilan Internasional

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:30

Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Ibu dan Anak di Tambora

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:23

Anggaran Makan Bergizi Gratis Naik dari Rp71 Triliun Jadi Rp171 Triliun

Jumat, 14 Maret 2025 | 14:17

Pengamat: Bagaimana Mungkin Seorang Teddy Dilantik jadi Seskab?

Jumat, 14 Maret 2025 | 13:59

Korsleting Baterai Jadi Penyebab Kebakaran Air Busan

Jumat, 14 Maret 2025 | 13:54

Selengkapnya