Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Petro-yuan Bantu China Dan Rusia Singkirkan Dolar AS Dalam Perdagangan Minyak

RABU, 28 MARET 2018 | 08:46 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

China merupakan konsumen minyak mentah terbesar dunia dan membeli sebagian besar minyaknya dari Rusia. Namun, sebagian besar transaksi yang dilakukan masih dalam dolar AS.

Karena itulah, peluncuran petro-yuan sekarang memungkinkan Moskow dan Beijing menggunakan mata uang nasional sebagai gantinya.

China dan Rusia secara aktif mengurangi ketergantungan pada dolar dalam perdagangan bilateral. Pada bulan Oktober 2017, Beijing meluncurkan sistem pembayaran untuk transaksi dalam yuan dan rubel Rusia. Ini berarti bahwa pengiriman minyak Rusia ke Cina, yang telah mencapai 60 juta ton per tahun, dapat dilakukan tanpa menggunakan dolar.


Setelah peluncuran minyak berjangka yang didukung yuan di Shanghai awal pekan ini, telah terjadi negosiasi antara Rusia dan China untuk saling mempromosikan minyak berjangka dalam mata uang nasional.

Pada tahun 2016, pertukaran St. Petersburg di Rusia meluncurkan minyak Urine berjangka di rubel Rusia, dan dukungan dari China dapat menopang minyak mentah berjangka Rusia.

Patokan minyak baru China memiliki debut yang sangat sukses. Pada hari pertama perdagangan di Shanghai, 62.500 kontrak dengan lebih dari 62 juta barel minyak mentah diperdagangkan dengan nilai nosional hampir 27 miliar yuan atau USD 4 miliar.

Glencore, Trafigura, Freepoint Commodities, dan perusahaan perdagangan minyak besar lainnya ikut ambil bagian.

Rusia memegang posisinya sebagai pemasok minyak mentah terbesar China pada bulan Februari. Rusia memasok 5,052 juta ton, atau 1,32 juta barel per hari (bpd) bulan lalu, naik 17,8 persen dari tahun sebelumnya,.

Peningkatan volume terjadi sebagai akibat dari pipa minyak Sino-Rusia kedua, yang mulai beroperasi pada 1 Januari. Ini menggandakan kapasitas Tiongkok untuk memompa minyak dari sistem East Siberia-Pacific Ocean (ESPO). ESPO menghubungkan Rusia dan China dengan jalur pipa langsung. Demikian seperti dimuat Russia Today. [mel]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Polres Tangsel Diduga Gelapkan Barbuk Sabu 20 Kg

Minggu, 21 Desember 2025 | 02:07

Pemberhentian Ijeck Demi Amankan Bobby Nasution

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:42

Indonesia, Negeri Dalam Nalar Korupsi

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:05

GAMKI Dukung Toba Pulp Lestari Ditutup

Minggu, 21 Desember 2025 | 01:00

Bergelantungan Demi Listrik Nyala

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:45

Komisi Percepatan Reformasi Polri Usul Polwan Dikasih Jabatan Strategis

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:19

Putin Tak Serang Negara Lain Asal Rusia Dihormati

Minggu, 21 Desember 2025 | 00:05

Ditemani Kepala BIN, Presiden Prabowo Pastikan Percepatan Pemulihan Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:38

Pemecatan Ijeck Pesanan Jokowi

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:21

Kartel, Babat Saja

Sabtu, 20 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya