Berita

Heru Pambudi/Net

Wawancara

WAWANCARA

Heru Pambudi: Tahun Ini, Baru 3 Bulan Saja, Kami Sudah Berhasil Mengamankan 2,9 Ton Narkoba

KAMIS, 22 MARET 2018 | 10:57 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Indonesia sedang mengalami darurat narkoba. Jumlah narkoba yang masuk ke Tanah Air sangat besar. Baru-baru saja, jumlah narkoba yang berhasil diung­kap oleh aparat dalam hitungan ton. Pada Februari lalu, Badan Narkotika Nasional (BNN) mengungkap 1,6 ton selundupan narkoba.

Lantas bagaimana tanggapan Direktorat Jenderal Bea Cukai terkait hal ini? Apa temuan mer­eka? Dan apa yang dilakukan guna mencegahnya? Berikut Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi.

Menurut Anda, kenapa ban­yak narkoba yang masuk ke Indonesia?
Karena harganya di Indonesia itu sudah luar biasa menggiur­kan. Sehingga risiko tinggi pun mereka akan terjang. Apalagi dua tahun terakhir ini Filipina sudah melakukan tindakan keras terhadap para pengedar narkoba. Sehingga mereka ada kemung­kinan mengalihkan market-nya ke negara kita. Sehingga kita harus menghadapinya secara sistemik. Jadi konsep besarnya adalah kebersamaan, dan secara teknis harus ada perkembangan-perkembangan dalam rangka pengawasan ini.

Sejauh ini bagaimana ha­sil tangkapan Ditjen Bea Cukai?
Hasil operasi bersama yang melibatkan Bea Cukai, sejauh ini kami mengamankan narkoba hampir 3 ton. Itu hanya hasil temuan tahun ini yang belum sam­pai tiga bulan ya. Sementara tahun kemarin total kami cuma dapat sekitar 2 ton. Ini adalah statistik yang satu sisi saya bangga dengan anggota di lapangan, tapi di sisi lain kami semakin waspada kar­ena ini adalah ancaman terhadap bangsa kita. Jumlah kasusnya me­mang saya lupa, tapi intinya telah terjadi lonjakan. Lonjakan ini lah yang kemudian kami tangani, dan kami tuntaskan.

Operasi bersama dengan siapa?
Dengan BNN, Polri, TNI, pokoknya semua aparatur neg­ara. Terutama kami punya jar­ingan intelijen khusus dengan BNN dan Polri. Itu memang karena ada kewenangan dari undang-undang untuk melaku­kan ini.

Tadi Anda bilang terjadi lonjakan. Berapa besar pen­ingkatannya?
Sampai Maret ini ada 2,9 ton. Market street untuk 1 gram itu kisarannya Rp 1-1,5 juta. Bahkan di beberapa tempat bisa sampai Rp 2 juta. Sehingga kalau 1 ton itu adalah 1 juta gram. Jadi kalau dikalikan total nilainya sama dengan Rp 2,9 triliun.

Titik yang paling rawan di mana saja?

Ada beberapa spot yang kami anggap risiko. Tapi kami sadar, Indonesia ini sudah jadi target market yang besar, sehingga ka­mi harus berjaga di semua titik. Titik yang rawan itu misalnya di Batam, karena banyak trans­portasi di sana dan sangat dekat dengan perbatasan. Kemudian Bali karena banyak turis, atau banyak pelancong. Lalu Bandara Soekarno-Hatta.

Ada titik lainnya?
Pasti ada. Jadi mereka itu sering melihat titik mana yang dianggap bisa jadi pintu masuk. Mereka tidak lagi konvensional dengan cara memasukan lewat Cengkareng, atau Tanjung Priok. Mereka sudah melihat di semua titik. Bagi kami tidak ada titik yang tidak berisiko. Yang ada hanya titik yang risikonya lebih tinggi dari pada yang lain. Jadi semua titik di perbatasan kita, kami anggap sudah jadi titik yang berisiko digunakan untuk memasukan narkoba.

Modus penyelundupannya seperti apa?

Macam-macam, misalnya lewat laut ada 14 kasus, lalu ada lewat pos 12 kasus. Pos ini saya kira sekarang harus kami waspadai. Karena mereka tahu di badara kami sudah ketat, di pelabuhan juga sudah ketat, jadi sekarang dikirim melalui pos atau kiriman kilat. Dua bulan lalu kami menangkap lewat perbatasan Kalimantan dengan Serawak, Malaysia. Itu me­mang kami menyadari titiknya banyak sekali. Oleh karena itu BNN, Polri, Bea Cukai, dan TNI khususnya Pamtas sudah menjadi tim gulat di lapangan. Jadi kami sudah tidak ada sekat-sekat.

Di daerah Kepulauan Seribu kapal mudah keluar-masuk. Apakah daerah itu juga sudah diawasi?
Mereka sudah kami awasi, karena kami punya pangka­lan di Pulau Seribu. Lalu di Tanjung Priok kami punya be­berapa kapal yang panjangnya 28 meter. Kapal kami ada 191 kapal, dengan personel 16 ribu. Kami selalu operasi baik terbuka maupun tertutup.

Ada berapa pangkalannya?

Kami punya beberapa pang­kalan. Ada pangkalan besar di Tanjung Balai Karimun untuk sektor barat. Kemudian untuk sektor timur ada di pantoloan. Dan juga ada pangkalan-pang­kalan yang lebih kecil, seperti yang di Batam, Tanjung Priok, dan di Sorong. Jadi Indonesia bisa kami cover.  ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

UPDATE

Pemerintah Diminta Tempuh Dialog Tanggapi Tagar Indonesia Gelap

Senin, 24 Februari 2025 | 17:31

Rekan Indonesia Tolak Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

Senin, 24 Februari 2025 | 17:24

Ini Dokumen Ekstradisi Paulus Tannos yang Dikirim ke Pemerintah Singapura

Senin, 24 Februari 2025 | 17:23

Pilkada Tasikmalaya Diulang, Asep-Cecep Puji Keberanian Hakim MK

Senin, 24 Februari 2025 | 17:15

Tetap Menteri Investasi, Rosan Rangkap Jabatan jadi Bos Danantara

Senin, 24 Februari 2025 | 17:06

Doa Buat Almarhum Renville Menggema saat Pembukaan Kongres Demokrat

Senin, 24 Februari 2025 | 16:58

Hampir Semua Kepala Daerah PDIP Ikut Retret Kecuali Gubernur Bali

Senin, 24 Februari 2025 | 16:50

Kemenag Beberkan Lima Poin Penting Perbaikan UU Haji

Senin, 24 Februari 2025 | 16:38

Kita Sayang Prabowo: Audit Forensik Depkeu dan BUMN, FDI akan Masuk Demi Masa Depan Indonesia

Senin, 24 Februari 2025 | 16:27

Wamen Christina: Kita Doakan Danantara Berjalan Lancar

Senin, 24 Februari 2025 | 16:16

Selengkapnya