Berita

Foto/Net

Bisnis

Tak Sehat, Utang Negara Bisa Menjadi Bom Waktu

Tidak Sebanding Dengan Peningkatan PDB
KAMIS, 22 MARET 2018 | 10:15 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Pemerintah diwanti-wanti untuk lebih hati-hati menumpuk utang. Sebab, saat ini pengelolaannya sudah tidak sehat. Kondisi tersebut bisa menjadi bom waktu.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menilai, utang negara yang saat ini mencapai Rp 4 ribu triliun, sudah cukup mengkhawatirkan. Dia mengkritik klaim pejabat negara yang selalu menganggap wajar utang tersebut.

"Jelas itu salah. Maaf Pak Darmin. Utang hanya sebagian kecil yang digunakan untuk in­frastruktur. Utang banyak digu­nakan untuk pos lain, termasuk belanja pegawai," kata Faisal di kantor Indef, Jakarta, kemarin.


Faisal mengatakan, pembangunan infastruktur banyak dibiayai utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak masuk dalam kategori utang yang direncanakan.

Faisal mencontohkan proyek Light Rail Transit (LRT) yang hanya memakai dana APBN sebesar Rp 1,6 triliun, selebih­nya dibebankan kepada PT Adhi Karya selaku kontraktor. Con­toh lainnya, PT Hutama Karya diminta pemerintah berutang untuk membiayai pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.

Pengelolaan utang negara saat ini, menurut Faisal, ber­beda dengan saat era Orde Baru. Menurutnya, era Orde Baru berutang sepenuhnya untuk pembangunan. Sekarang, utang dibagikan kepada hal yang lebih umum dan generik.

Peneliti Indef lain, Ahmad Heri Firdaus membedah utang dengan membandingkan pin­jaman dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Dia menyebutkan, periode 2015-2017 rata-rata utang pemerintah dalam denominasi rupiah menanjak 14,81 persen, yaitu dari Rp 3.165,13 triliun (2015), Rp 3.515,46 triliun (2016), Rp 3.938,45 triliun (2017) dan pada APBN 2018 mencapai Rp 4.772 triliun.

Namun sayang, peningkatan utang tersebut tidak dibarengi dengan pertumbuhan PDB yang memadai. PDB hanya naik seki­tar 8,74 persen per tahun. Yaitu dari Rp 11.526,33 triliun (2015) ke Rp 12.406,77 triliun (2016) ke Rp 13.588,8 triliun.

"PDB hanya naik 8,74 persen. Dan, secara riil, pertumbuhan ekonomi juga terjebak di kisaran lima persen," kata Ahmad.

Ahmad mengingatkan agar utang segera dikendalikan. Dia khawatir, jika peningkatan utang yang lebih kencang dari peningkatan perekonomian, bakal se­makin menggerogoti stabilitas perekonomian ke depan.

Dia menyadari, sebagian utang yang ditarik pemerintah untuk membiayai infrastruktur. Dan, manfaatnya tidak bisa terlihat dalam jangka pendek.

Namun begitu, seharusnya pembangunan infrastruktur bisa meningkatkan optimisme per­tumbuhan ekonomi.

"Kenyataannya, indeks ten­densi bisnis maupun ekspek­tasi akselerasi pertumbuhan ekonomi dari dunia usaha tidak juga menunjukkan peningkatan signifikan," kritiknya.

Direktur Eksekutif Indef Eni Sri Hartati juga mengingatkan pemerintah agar lebih cermat menggunakan utang untuk pem­bangunan infrastruktur, khusus­nya diutamakan infrastruktur yang meningkatkan produk­tivitas. Menurutnya, memang saat ini pemerintah masih bisa membayar utang sehingga tidak bernasib sama seperti Angola dan Zimbabwe. Tetapi, bila tidak dikelola dengan baik bisa menjadi bom waktu.

"Ini yang jadi warning . Karena secara agregat (utang-red) bu­kan kegiatan produktif. Kita memang tidak menakuti seperti Zimbabwe, tapi kecenderungan kalau dibiarkan tidak produktif bisa jadi bom waktu," ujar Eni.

Peneliti Indef, Rizal Tau­fikurrahman menyebutkan, sebenarnya total utang negara Indonesia telah mencapai lebih dari Rp 7.000 triliun. Angka tersebut gabungan dari utang pemerintah dan swasta. Utang pemerintah tersebut dituju­kan untuk membiayai defisit anggaran. Sementara utang swasta berasal dari korporasi swasta dan BUMN. ***

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya