Berita

Mahfud MD/Net

Wawancara

WAWANCARA

Mahfud MD: Kalau Ada Tawaran Cawapres, Saya Pasif Saja, Alamiah Saja, Tidak Ingin Berebutan

RABU, 07 MARET 2018 | 10:36 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Berdasarkan sigi yang dilakukan beberapa lembaga survei, elektabilitas Presiden Jokowi memang masih tert­inggi, namun belum mencapai 60 persen. Elektabilitas Jokowi ini berbeda jauh dengan tingkat keterpilihan Susilo Bambang Yudhoyono saat dulu menjelang Pilpres 2009 yang mencapai 60 persen. Sehingga saat itu Yudhoyono dengan mudah sang­gup memenangkan pilpres.

Untuk menutupi celah kekurangannya, beberapa lembaga survei menyarankan Jokowi untuk memilih bakal cawapres yang bisa menggandeng kalangan Islam, serta mampu menciptakan keamanan.

Celah sanggup merangkul umat Islam ini praktis mem­buka peluang bagi bekas Ketua Mahkamah Konstitusi ini. Mahfud masuk radar bakal cawapres pendamping Jokowi. Lantas bersediakah Mahfud maju se­bagai cawapres 2019? Berikut keterangan Mahfud MD kepada Rakyat Merdeka.

Anda masuk radar bakal cawapres Jokowi. Bagaimana perasaan Anda menyikapi hal tersebut?
Saya senang, tapi saya men­gatakan tidak ingin. Tidak ingin itu berbeda dengan tidak mau ya. Kalau tidak ingin itu artinya saya tidak ingin aktif melakukan lagkah-langkah seperti membuat baliho, membayar lembaga survei, dan melakukan lobi-lobi politik. Jadi saya pasif saja begitu.

Jadi belum ada kepastian Anda untuk maju sebagai bakal cawapres?
Saya menyatakan tidak inginartinya tidak aktif. Kalau ada yang nanya, saya ingin men­gusulkan secara alamiah. Nanti hanya saya yang bisa memper­timbangkan tidak akan melaku­kan lobi politik, tidak akan mebuat baliho-baliho, dan tidak akan menyewa lembaga sur­vei. Artinya saya alamiah saja, tapi saya bukannya tidak mau. Nanti kalau saya katakan tidak mau saya dibilang sombong. Sedangkan kalau saya katakan ingin nanti dibilang tidak ta­hu diri. Saya siap menunggu perkembangan saja.

Sejauh ini apakah Presiden Jokowi sudah meminang Anda secara lisan?

Oh tidak, sesekali diajak ber­temu tapi tidak membicarakan soal calon wakil presiden. Hanya berbicara soal kebijakan hukum saja.

Kalau pinangan dari partai pengusung Jokowi apakah sudah ada?
Hem tidak ada kalau dipikir ya.

Kalau nantinya Anda difasil­itasi seperti pemasangan baliho dan lain-lain oleh partai pendu­kung Jokowi atau bahkan oleh Jokowinya langsung apakah Anda mau menerimanya?
Itu alamiah ya, itu alamiah. Artinya kalau memang dibu­tuhkan oleh rakyat, kemudian nantinya itu aspirasi rakyat, lalu proses politiknya wajar saya siap menyempatkan waktu untuk berdialog mempertimbangkan pengusungan nama saya sebagai cawapres. Akan tetapi intinya tidak ingin beda dengan tidak mau. Dengan demikian supaya saya tidak dibilang sombong atau tidak tahu diri. Makanya saya menggunakan kalimat tidak ingin agar saya tidak dibilang tak tahu diri karena tidak punya masa. Namun kalau saya bilang tidak mau nanti dibilang som­bong benar Mahfud MD. Kalau begitu kan tidak bagus bagi negara. Maka saya mengalir saja perihal ini.

Apa Anda menunggu pinan­gan langsung dari Jokowi?
Tidak juga, saya kira Pak Jokowi pun tidak sembarang memilih orang dan mengeluar­kan nama sebagai pendamping­nya. Terlebih juga Pak Jokowi tidak sembarang bertanya ke­pada calon yang diinginkannya. Oleh sebab itu, saya juga tidak aktif bertanya. Saya tentunya menghargai keputusan Pak Jokowi lantaran banyak sekali persolan di hadapannya. Alhasil beliau memang harus memper­timbangkan matang-matang. Saya pribadi akan mendukung dan menghormati apapun yang diputuskan Pak Jokowi.

Banyak lembaga survei me­nilai Anda orang yang pas untuk menutupi kekurangan Jokowi. Anda dekat dengan ulama dan santri. Bahkan sur­vei Anda pun terbilang cukup tinggi. Kenapa Anda belum memastikan kesiapan menjadi pendamping Jokowi?
Saya katakan saya tidak mau aktif seperti di tahun 2014 yang melakukan lobi-lobi politik dan membuat tim pemenangan Pak Prabowo. Kalau soal hubungan saya dekat dengan ulama, baik ulama yang modern dan ulama tradisonal saya kira hubungan saya baik. Kalau saya bertemu dengan ulama atau berkunjung ke pondok pesantren selalu dis­ambut dengan hangat.

Tahun 2014 Anda menja­di ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta yang menjadi rival Jokowi. Apakah hal ini yang membuat Anda masih merasa canggung memutus­kan kesiapan menjadi bakal cawapres Jokowi?
Memang kalau 2014 saya aktif karena pada waktu itu memang ada tim yang saya bentuk, ada lembaga survei yang masuk seh­ingga saya relatif lebih aktif dan berkeliling. Kalau tawaran yang sekarang jadi cawapres saya inginnya pasif saja. Memang secara politik itu diperlukan dan wajar itu. Bahkan mungkin saja saya akan berdialog dan saya siap berkeliling lagi. Akan tetapi yang terpenting negara ini bai­klah, kan sekarang tidak. Jangan membuat masalah-masalah yang serius. Kita semua yang naman­ya dijagokan tidak usah berebut. Siapa yang merasa ingin jadi cawapres jangan dirusaki.

Jadi tidak ada masalah den­gan Prabowo Subianto bila Anda dipinang Jokowi?

Oh tidak, saya sama sekai tidak ada masalah dengan Pak Prabowo. Saat Pak Prabowo kalah saya langsung pamit. Di sini sudah selesai tugas saya dan tidak punya ikatan apapun, baik secara formal ataupun secara psikologis, jadi sudah selesai. Waktu itu saya melapor ketika Pak Prabowo sudah kalah. Saya katakan ke Pak Prabowo saya kembalikan mandat dan saya tidak memegang uang apapun dari tim Pak Prabowo. ***

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

UPDATE

Pemerintah Diminta Tempuh Dialog Tanggapi Tagar Indonesia Gelap

Senin, 24 Februari 2025 | 17:31

Rekan Indonesia Tolak Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

Senin, 24 Februari 2025 | 17:24

Ini Dokumen Ekstradisi Paulus Tannos yang Dikirim ke Pemerintah Singapura

Senin, 24 Februari 2025 | 17:23

Pilkada Tasikmalaya Diulang, Asep-Cecep Puji Keberanian Hakim MK

Senin, 24 Februari 2025 | 17:15

Tetap Menteri Investasi, Rosan Rangkap Jabatan jadi Bos Danantara

Senin, 24 Februari 2025 | 17:06

Doa Buat Almarhum Renville Menggema saat Pembukaan Kongres Demokrat

Senin, 24 Februari 2025 | 16:58

Hampir Semua Kepala Daerah PDIP Ikut Retret Kecuali Gubernur Bali

Senin, 24 Februari 2025 | 16:50

Kemenag Beberkan Lima Poin Penting Perbaikan UU Haji

Senin, 24 Februari 2025 | 16:38

Kita Sayang Prabowo: Audit Forensik Depkeu dan BUMN, FDI akan Masuk Demi Masa Depan Indonesia

Senin, 24 Februari 2025 | 16:27

Wamen Christina: Kita Doakan Danantara Berjalan Lancar

Senin, 24 Februari 2025 | 16:16

Selengkapnya