Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Ada Apa Dengan Rupiah?

SELASA, 06 MARET 2018 | 08:41 WIB | LAPORAN:

Perkembangan rupiah saat ini dinilai cukup membuat was-was.

"Level Rp 13.700 itu sudah sangat tinggi. Artinya akan ada tekanan inflasi yang cukup besar dari sisi impor. Padahal inflasi dari domestik pun sudah mulai terasa, karena pemerintah telah menaikkan BBM nonsubsidi pada Januari dan Februari lalu," kata anggota Komisi XI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Ecky Awal Mucharam di Jakarta, Selasa (6/3).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar tenggalam dalam beberapa hari terakhir. Mata uang Garuda sempat diperdagangkan di atas Rp 13.700 per dolar AS. Rupiah juga menjadi salah satu mata uang yang terdepresiasi cukup tinggi, bersama dengan Peso, Bath, dan Won. Sementara APBN-2018 menetapkan nilai tukar rupiah pada level Rp 13.400 per dolar AS.


"Saya melihat ini sebagai ancaman serius terhadap daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Sulit mencapai 5,4 persen kalau nilai tukar dan inflasi saja tidak beres," kata Ecky.

Tahun lalu, ulas Ecky, ketika inflasi lebih disumbang dari domestik saja, pemerintah hanya mampu mencapai pertumbuhan 5,07 persen. Imbal hasil SPN pun akan naik jika inflasi tinggi.

"Padahal, kita sudah yang tertinggi di ASEAN. Yang paling mengkhawatirkan adalah cicilan bunga utang," ujar Ecky.

Ecky menjelaskan, tekanan terhadap rupiah bersumber dari perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS yang tumbuh cukup baik, berdampak pada rencana besaran dan waktu kenaikan The Fed Fund Rate.

Inflasi AS pada Januari 2018 mencapai 2,1 persen (yoy) sedangkan tingkat pengangguran 4,1 persen atau turun dari 4,8 persen pada 2017. Selain itu, AS juga berencana melakukan pemotongan pajak korporasi, sehingga menyebarkan aura positif bagi dunia usaha.

Kombinasi sektor moneter dan fiskal ekspansif jelas memberikan dampak positif bagi dolar AS dan menyebabkan apresiasi terhadap mata uang dunia.

Ecky juga menyebutkan bahwa rentannya gejolak nilai tukar disebabkan lemahnya fundamental ekonomi nasional.

"Ini kan sudah sering terjadi dan sepertinya tidak ada strategi jitu dari otoritas terkait. Yang dilakukan gitu-gitu aja. Kita ingin ada kebijakan out of the box. Harus diakui bahwa masalah mendasar karena kita begitu bergantung pada dolar AS, hampir semua transaksi pakai dolar AS. Sehingga, saat terjadi shock maka dampaknya merembet kemana-mana," kritiknya.

Selain itu persoalan juga terletak pada cadangan devisa nasional pun relatif rendah dibandingkan negara-negara lain. Padahal, cadangan devisa menjadi amunusi meredam gejolak di pasar.

"Yuan bergerak stabil karena cadangan devisanya kuat, jadi bisa menyerap gejolak yang datang dari berbagai bersumber," tutup Ecky.[wid]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya