Kabar penghina politisi masuk penjara di suatu negara itu sudah biasa. Lain lagi cerita di Austria. Negara yang berada di Eropa tengah itu justru menegaskan setiap warga negara memiliki hak untuk menghina para politisi. Kok bisa?
Ceritanya begini, diawali dari seorang politisi sayap kanan, yaitu Ketum Partai Kebebasan Austria, Heinz-Christian Strache yang gerah dihina kelompok aktivis sayap kiri, Linkswende Jetzt (Left Now). Strache, membawa organisasi sosialis itu ke meja hijau.
Penghinaan terhadap Strache memang cukup bikin geram mereka yang tipis kuping, alias tak tahan kritik. Para aktivis, menggalakkan kampanye bertajuk F*CK Strache. Yang bikin Strache kesal, para aktivis itu mengunggah video kampanyenya itu di jejaring Youtube. Video itu dijadikan alat bukti oleh Strache ke pengadilan.
Apa isi video itu? Dilansir dari Youtube, akun Linkswende Jetzt mengunggah beragam video kenapa harus mengucapkan
F*CK Strache! Kata kasar itu, juga terpampang di tulisan spanduk sebagai background video.
Satu persatu, para aktivis itu memberikan alasan kenapa harus mengucap
F*CK Strache! Sambil mengacungkan jari tengah. Kebanyakan, mereka menuding Strache dan partainya (FPO) condong ke arah nasionalisme sempit, atau fasisme.
"Karena politik wanita anti FPO mengingatkan saya akan mutterkreuz nazis," ucap seorang wanita dalam video. "Karena kita berdiri dalam solidaritas dengan pengungsi dan muslim kita katakan
f*ck Stache," kata orang lainnya.
Ada juga yang sepakat mengucap kata kasar itu karena menuding FPO merupakan kelompok tidak ramah lingkungan. "Karena politisi FPO terus-menerus menolak perubahan iklim maka saya katakan," katanya.
Video itu sudah diposting Linkswende jetzt sejak 30 September 2017. Video itu sudah menyita perhatian 5000 netizen untuk melihatnya. Bisa jadi, satu di antaranya adalah Strache yang merasa terhina dengan video itu sehingga membawanya ke ranah hukum. Strahe menganggap video itu sebagai tindakan "melakukan penghinaan publik."
Singkat cerita, pengadilan Austria justru tidak memenangkan sang politisi. Dilansir dari
BBC, pengadilan justru tidak mempersoalkan istilah pencemaran nama baik yang sering didengungkan para politisi jika dikritik. Pengadilan Negeri Wina tegas menolak aduan ketum partai itu.
Pengadilan memutuskan, hak atas opini politik yang "provokatif dan mengejutkan" sebagai bagian fundamental dari kebebasan berekspresi. Termasuk mengacungkan jari tengah yang dinilai pengadilan sebagai sebuah ekspresi kebebasan.
Dalam kasus terpisah, stasiun penyiaran Austria, ORF, akan mengajukan tuntutan hukum terhadap Strache setelah ia menuduh stasiun dan salah satu presenternya menyiarkan berita bohong.
Untuk diketahui, Strache merupakan pimpinan partai FPO, salah satu partai sayap kanan, mitra koalisi yunior di pemerintahan yang dipimpin Sebastian Kurz, dari Partai Rakyat yang konservatif. Selain Strache, sejumlah menteri juga berasal dari FPO, seperti menteri luar negeri, dalam negeri dan pertahanan.
Strace, sering mendapatkan serangan dari kelompok oposisi, utamanya dari musuh abadinya, kelompok kiri. Strache, sering dikritik sebagai penerus Adolf Hitler. Bahkan media setempat memposting foto Strace dengan simbol tiga jari khas Hitler. ***