Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menawarkan perundingan damai dengan Taliban tanpa syarat. Bahkan pemerintah siap mengakui Taliban sebagai partai politik yang sah.
Tawaran Ghani ini menunÂjukkan perubahan sikap yang sangat signifikan. Sebab sebelumnya Ghani kerap menyebut Taliban sebagai kelompok teroÂris dan pemberontak.
"Pemerintah menawarkan perundingan damai kepada TaliÂban tanpa syarat apa pun," kata Ghani dalam sambutannya daÂlam konferensi Kabul Process yang dihadiri pejabat dari 25 negara, kemarin.
Ghani juga mengajukan taÂwaran gencatan senjata dan pembebasan anggota Taliban yang kini ditahan. Dia juga mengatakan siap menerima peninÂjauan kembali konstitusi sebagai bagian dari sebuah perjanjian dengan Taliban.
Sebagai gantinya, Taliban pun harus mengakui pemerintah Afghanistan dan menghormati peraturan hukumnya. Demi peÂrundingan terwujud, Taliban menuntut penarikan militer Amerika Serikat (AS) dari AfÂghanistan.
Anggota senior Taliban mengatakan, kelompoknya baru berniat melakukan negosiasi dengan pemerintah setelah pasuÂkan tersebut ditarik mundur.
Penarikan tentara AS dari Afghanistan itu bukan tanpa alasan. Anggota senior tersebut berpendapat, Taliban berjuang untuk kemerdekaan negara dan bukan untuk perebutan kekuasaan. Dia melanjutkan, perjuangan kelompok akan rampung jika kekuatan asing menarik diri.
"Karena hanya Amerika yang bisa memutuskan dan menerapÂkan keputusan untuk menarik pasukan asing dari Afghanistan, itulah mengapa pembicaraan langsung dengan AS diperluÂkan pada tahap pertama," kata anggota senior tersebut seperti dilaporkan
Aljazeera, Rabu (28/2).
Taliban sebelumnya juga suÂdah mengirim surat kepada Pemerintah AS dan mengundang Presiden Donald Trump ikut dalam negosiasi damai tersebut. Surat yang dikirim dua pekan lalu itu berisi permohonan keÂpada Paman Sam dan anggota kongres untuk membujuk Trump turun tangan dalam negosiasi.
Taliban juga meminta kantor politik mereka yang berbasis di Qatar tidak ditutup. Ini menyusul adanya kabar yang menyebutkan jika pemerintah Afghanistan telah meminta otoritas Qatar untuk menutup kantor mereka di Doha.
Tahun lalu, AS meningkatkan bantuan militer ke Afghanistan khususnya untuk operasi seÂrangan udara. Kendati militer AS mengklaim serangkaian serangan yang mereka lakukan cukup memukul Taliban, namun kelompok tersebut tetap gencar melakukan pengeboman di seÂbagian besar wilayah Afghanistan. Korban jiwa, sebagian besar warga sipil, terus berjatuhan akibat aksi Taliban.
Taliban juga mengakui mereka bertanggung jawab atas dua serangan besar di Kabul tahun lalu. Serangan ini menewaskan dan melukai ratusan warga sipil. ***