Underpass Kartini dan Flyover Cipinang Lontar sudah mulai diujicoba. Dua jalan tersebut diharapkan mampu mengurangi kemacetan di sekitarnya.
Underpass Kartini berada di persimpangan Jalan RA Kartini dan Metro Pondok Indah Raya, Jakarta Selatan. Persimpangan itu merupakan salah satu simpul kemacetan yang cukup parah, apalagi pada jam-jam sibuk pagi dan terutama sore hari. Soalnya, persimpangan itu adalah titik pertemuan kendaraan dari tiga arah.
Underpass itu hanya untuk kendaraan dari arah Pondok Indah, menuju Ciputat maupun Pondok Pinang. Pantauan
Rakyat Merdeka, Senin (26/2), underÂpass sudah mulai digunakan. Pengendara dari arah Pondok Indah bisa masuk melalui akses masuk yang berada persis di sisi Halte TransJakarta.
Underpass terdiri dari dua lajur dengan lebar sekitar 10 meter. Namun, dalam tahap ujicoba ini, hanya satu lajur sebelah kiri yang sudah dibuka dan diperboÂlehkan dilintasi. Sementara lajur sebelah kanan masih dibatasi denÂgan
traffic cone berwarna
oranye. Rambu-rambu pun sudah terpasang. Beberapa rambu itu antara lain rambu dua panah yang mengarahkan ke kiri dan kanan berwarna putih dengan dasar biru. Ada juga rambu kecepatan maksimum ketika melintas di underpass yakni 40 km per jam. Selain itu, terdapat palang yang menandakan tinggi maksimum kendaraan yang bisa melintas, 4,2 meter.
Dari sisi lalu lintas (lalin) pada siang hari ramai lancar. Kendaraan didominasi mobil dan motor. Untuk kendaraan besar, hanya Bus TransJakarta yang hari itu tampak melintasi unÂderpass. Sementara jelang sore, kendaraan mulai tersendat karenaantrean kendaraan yang inÂgin belok kiri ke arah Fatmawati, maupun yang mau belok kanan ke Pondok Pinang.
Dinding underpass dibuat tampak bergelombang dan tidak dicat. Dinding di Underpass Kartini dibuat dengan motif menyerupai air yang mengalir. Motif itu bermakna harapan agarlalu lintas dari arah Pondok Indah menuju Lebak Bulus lancar.
Kondisi di atas underpass tersebut pun tak kalah cantik. Tulisan "Underpass Kartini" berlatar ornamen warna-warni di kolong Tol Pondok Pinang- TMII menjadi identitas underÂpass yang dibangun sejak awal 2017 itu. Jalan di kolong tol yang berada di atas Underpass Kartini itu disulap menjadi ruang terbuka yang dilengkapi tempat duduk dan berbagai hiasan ornamen.
Kepala Seksi Simpang Tak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hananto Krisna mengataÂkan, dinding Underpass Kartini dibuat dengan motif menyerupai air yang mengalir. Kata dia, motif itu bermakna harapan agar lalu lintas dari arah Pondok Indah menuju Lebak Bulus lancar. "Diharapkan dengan beroperasinya underpass, maka tidak ada hambatan," kata Hananto.
Selain dinding bermotif air menÂgalir, underpass tersebut dihiasi dengan ornamen gigi balang khas Betawi. Ornamen gigi balang itu menjadi motif dinding pot tanaÂman di sisi Underpass Kartini.
Underpass Kartini makin cantik dengan adanya lampu yang dipasang di langit-langit terowongan. Lampu itu renÂcananya akan dinyalakan setiap malam dan bisa berubah menjadi beberapa warna.
Hananto menambahkan, lampu sorot itu seperti tata cahayalampu di Simpang Susun Semanggi. Dijelaskan, lampu warna-warni itu merupakan bagian dari tata cahaya artistik di Underpass Kartini. Tujuannya tak lain untuk mempercantik kondisi underpass tersebut.
"Underpass Kartini ini meÂmang dilengkapi dengan tata cahaya artistik, baik di dalam terowongan maupun di simpang perempatannya. Ini untuk meÂnambah keindahan di Simpang Kartini," jelasnya.
Hananto melanjutkan, untuk uji coba pihaknya hanya memÂbuka satu jalur. Sedangkan jalur lainnya ditutup karena masih menunggu evaluasi. "Kita lihat dulu dengan dibuka satu line ini bagaimana perilaku pengeÂmudi," katanya.
Nur, salah seorang pengenÂdara sepeda motor yang melinÂtasi underpass pada sore hari itu, mengaku cukup terbantu dengan adanya jalan tersebut. Menurutnya, dengan melintasi terowongan itu dapat memangÂkas waktu tempuh perjalanan.
"Dulu lewat ke arah Lebak Bulus butuh waktu sampai 10-15 menit, sekarang lancar. Nggak ketemu macet lagi. Dulu macetÂnya parah karena jalan cuma jadi satu lajur," ujar Nur.
Namun, lain hal dengan pengeÂmudi mobil, Martin. Dia merasa tak ada perbedaan saat melewati jalan yang dibuat sepanjang 500 meter tersebut. Dia menyebut, kemacetan masih tetap ada dan menghambat perjalanannya. "Sama saja. Macetnya pindah," katanya singkat.
Terpisah, Flyover Cipinang Lontar resmi dibuka untuk kendÂaraan, kemarin. Flyover yang beÂrada di Jalan I Gusti Ngurah Rai itu menghubungkan kawasan Jatinegara dengan Pulogadung dan sebaliknya. Posisinya berada di atas perlintasan kereta api.
Flyover Cipinang Lontar memiliki panjang 550 meter denganlebar sekitar 13 meter, dan memiliki empat lajur, dengan masing-masing dua lajur di tiap arah. Dari pantauan, sekitar jam sembilan pagi flyover tersebut resmi dibuka untuk diuji coba.
Meski sudah dibuka, namun sejumlah pengendara roda emÂpat dan roda dua masih tampak ragu-ragu untuk melintasinya. Bahkan, terlihat ada sebagian pengendara motor yang sebeÂlumnya telah mengambil lajur kiri menuju arah Pulo Gebang, tiba-tiba mengubah arah ke sisi kanan hendak menaiki trotoar.
Arus lalu lintas di sekitar flyover dari kedua arahnya pun tampak lancar saat itu. Namun, situasi bisa berbeda pada jam sibuk, terutama sore hari.
Kepala Seksi Lalu Lintas Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Andreas Eman mengaÂtakan, dengan adanya flyover tersebut diperkirakan kemacÂetan di kawasan Cipinang akan berkurang hingga 40 persen. Dia pun mengupayakan rekayasa lalu lintas di sekitar flyover.
"Mulai hari ini, kita akan lakukan rekayasa lalu lintas. Karena flyover Cipinang Lontar akan uji coba dibuka. Jika operasional flyÂover dipermanenkan, maka rekaÂyasa lalin juga akan permanen," ucap Andreas, kemarin.
Menurutnya, nanti kendaraan dari Pasar Induk Beras Cipinang tidak bisa lagi belok kanan di trafÂfic light depan Logistik Mabes Polri. Kendaraan harus belok kiri terlebih dahulu baru kemudian berputar arah di traffic light deÂpan Mapolsek Pulogadung.
"Khusus truk besar dari arah Pasar Induk Cipinang tidak boleh ikut berputar arah depan Mapolsek Pulogadung. Truk harus jalan belok kiri lagi menuÂju Rawamangun dan melintas di Jalan Pemuda," ucapnya.
Kemudian kendaraan dari arah Klender menuju Pasar Induk Beras Cipinang, juga tidak bisa langsung ke kanan. Melainkan harus berputar terlebih dulu di putaran kolong flyover.
"Selanjutnya kendaraan dari arah Cipinang Jaya menuju Jalan I Gusti Ngrah Rai, tidak bisa langÂsung ke kanan, namun harus belok kiiri terlebih dahulu dan berputar di depan kantor Imigrasi Jakarta Timur," tandasnya.
6 Underpass Dan Flyover Molor Sampai 2018
Ditarget Kelar 2017
Enam jalan sebidang berupa flyover dan underpass dibangun mulai awal 2017. Keberadaan infrastruktur ini dinilai menÂdesak untuk meminimalisir kecelakaan utamanya di perlinÂtasan kereta api.
Kepala Bidang Simpang dan Jalan Tak Sebidang Dinas Bina Marga DKI Jakarta Heru Suwondo menyebutkan enam titikitu berupa flyover di Pancoran, sejajar jalan Tol Dalam Kota pada simpang Pancoran, flyover Bintaro kontra rel, flyÂover Cipinang Lontar kontra rel, serta tiga terowongan yaitu underpass Mampang-Kuningan, underpassMatraman, dan underÂpass Kartini atau simpang Jalan Arteri Pondok Indah menuju Ciputat.
Heru mengatakan, simpang tak sebidang ini dibangun dengan sistem kontrak multi years atau lebih dari satu tahun. Berdasarkan data kajian Amdal terhadap proyek ini sudah dileÂlang dan dimenangkan oleh PT Karsa Buana Lestari dengan nilai kontrak Rp 1,3 miliar.
Adapun manajemen konÂstruksinya dimenangkan dua perusahaan berbeda dengan masing-masing nilai kontrak Rp 4,2 miliar dan Rp 4 miliar. Adapun, simpang yang akan menjadi tantangan terberat pembanguÂnannya adalah flyover Bintaro, di persimpangan tempat kecelaÂkaan maut kereta terjadi pada Desember 2013 silam.
"Bintaro kendala paling besar pembebasan lahan. Sekarang sedang diberkas, kami tunggu pelepasan tanah lalu bayar," ujar Heru.
Pembangunan flyover Bintaro sudah lama dicanangkan. Keberadaannya mendesak mengingat pasca seringnya kecelaÂkaan yang terjadi di perlintasaan kereta api. Selain untuk alasan keamanan, simpang tak sebiÂdang dibangun untuk mengurai kemacetan. Jalan layang tak sebidang yang dibangun 2015 lalu di Permata Hijau, misalnya, kini membuat arus lalu lintas lebih lancar.
Sementara itu, dana Rp 90 miliar digelontorkan Pemprov DKI Jakarta untuk membangun underpass di Kartini. Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faisal mengatakan, pembangunan underpass di Jalan RA Kartini bertujuan mengurai kemacetan di persimÂpangan sebidang di Jalan Metro Pondok Indah dan kawasan TB Simatupang.
Fasilitas publik ini, lanjutnya, uga diharapkan dapat memperÂcepat lalu lintas dari utara ke selatan. Serta mengoptimalkan Transjakarta Koridor VIII denÂgan jurusan Terminal Lebak Bulus-Harmoni Sentral.
Terowongan tersebut dibangundua lajur sepanjang 400 meterdan lebar 10 meter. Adapun pemenang tender telah menandatangani kontrak kerja proyek pada November 2016. "Pelaksanaan proyek underpass ditargetkan rampung pada Desember 2017 dan bisa segera dimanfaatkan masyarakat," jelasnya.
Selain Underpass Kartini, tadinya enam proyek tersebut diÂtarget rampung pada Desember 2017. Sayangnya, target peÂnyelesaian tersebut molor dari jadwal yang telah ditentukan. Sejumlah kendala ditemui saat proyek berlangsung.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, melesetÂnya target penyelesaian enam proyek itu karena koordinasi tidak berjalan dengan baik. Dia pun menganggap keterlambatan itu akan menyebabkan masalah baru. Sebab, pembangunan proyek ini menggunakan sistem pembiayaan single year.
Dia pun telah bertemu dengan Kepala Dinas Bina Marga untuk membahas proyek-proyek terseÂbut. Terhambatnya penyelesaÂian proyek antara lain karena terhalang jaringan pipa saluran gas dan air serta jaringan kabel. Adapun pembangunan flyover di lintasan sebidang terhambat izin dari PT Kereta Api. "Hal-hal itu seharusnya sudah ada dalam perencanaan. Cuma tidak diikuti dengan tertib," tuturnya. ***