Baru satu bulan diresmikan, sejumlah fasilitas di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) rusak usai pertandingan final Piala Presiden 2018, Sabtu (17/2). Akibatnya, Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPK GBK) mengalami kerugian sebesar Rp 150 juta.
Dua hari setelah pertandingan, 7 segmen pembatas akrilik yang membatasi kursi penonton denÂgan area lapangan, masih berserÂakan. Sejumlah kaca berukuran besar masih menimpa beberapa kursi yang ada di depannya.
Tapi, sebagian besar kaca bening itu tidak pecah dan tetap utuhkendati banyak yang terlepas dari bingkainya. "Hari ini baru mulai diperbaiki. Paling lama minggu depan sudah beres semua," ujar Rama, salah satu pekerja di SUGBK, Senayan, Jakarta, kemarin.
Selain dinding pembatas, beberapa kursi penonton juga mengalami kerusakan. Beberapa pekerja sibuk memeriksa satu persatu kursi yang berada di dalam stadion. Mereka juga menempel nomor kursi dari plat besi warna merah tepat di sandaran.
"Baru satu kursi yang ditemuÂkan rusak. Cuma engselnya yang lepas, sehingga perbaikan hanya butuh waktu lima menit karena tidak butuh penggantian kursi baru," ujar Rama kembali.
Rama menambahkan, beÂberapa pekerja kemudian menÂemukan kembali kerusakan kursi penonton yang cukup parah di tribun atas. Kerusakan tersebut diakibatkan ulah penonton yang tidak disiplin saat menonton pertandingan.
"Baru hari ini diinfokan ke pengelola. Mungkin diganti kursinya karena sudah rusak," kata pria yang mengenakan kaos warna hitam itu.
Kerusakan juga menimpa emÂpat pintu tempat keluar masuk penonton. Padahal, pintu dari besi, dengan konstruksi jeruji itu baru selesai direnovasi untuk persiapan Asian Games 2018. Pintu warna putih yang rusak beÂrada di sektor 5B. Satu daun pinÂtu sampai copot dari engselnya. Saat ini pintu itu diikat dengan tambang plastik. Kondisi pintu 7B juga sama, satu daun pintu copot dari engselnya. Sejumlah jeruji besi juga ikut hilang.
Begitu juga kondisi pintu di Sektor 9, dalam keadaan kerusaÂkan yang cukup parah. Sejumlah jeruji besi warna putih hilang. Tali tambang warna kuning diÂikat disela-sela jeruji agar tetap tegak berdiri. Di depannya diletakkan cone warna merah agar tidak ada orang yang melintas di pintu itu. Sedangkan pintu di Sektor 10 hanya rusak di bagian pengunci magnetiknya.
Direktur Utama Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPK GBK), Winarto mengaku telah selesai mengauÂdit daftar kerusakan sejumlah fasilitas di SUGBK setelah laga final Piala Presiden 2018. Hasilnya, kata dia, total biaya yang harus dikeluarkan akibat mengÂganti kerusakan stadion dan sekiÂtarnya mencapai Rp 150 juta.
"Selesai pertandingan final, petugas langsung membersihkan sampah yang berserakan dan jam 2 dini hari sudah bersih, kemuÂdian sejumlah kerusakan ditemuÂkan," ujar Winarto, kemarin.
Menurut Winarto, sejumlah fasilitas yang mengalami keruÂsakan adalah 7 segmen pembatas akrilik yang membatasi kursi penonton dengan area lapangan, tiga pintu masuk stadion rusak, engsel flip up sebuah kursi peÂnonton lepas, dan taman yang terinjak-injak.
"Biaya kerusakan sudah diÂjamin dalam kontrak yang nilai uang jaminannya mencapai Rp 1,5 miliar. Uang itu sudah masuk ke rekening pengelola 12 Februari 2018. Jadi, tinggal dipotong saja," ucapnya.
Selain pintu dan kursi, kata Winarto, ditemukan juga tanaÂman di sekitar stadion dengan kondisi memprihatinkan karena diinjak-injak penonton. "Tapi, hanya sebagian kecil yang ruÂsak," sebutnya.
Winarto menargetkan, proses perbaikan seluruh fasilitas yang rusak akan memakan waktu selaÂma satu minggu. "Tapi kontrakÂtor bilang, bisa lebih cepat dari itu atau tiga hari," tandasnya.
Winarto mengungkapkan teÂlah mengantongi wajah-wajah oknum suporter yang merusak fasilitas SUGBK pada pertandingan final Piala Presiden. Wajah-wajah oknum itu diketahui dari alat pendeteksi wajah yang dipasang di sejumlah titik di SUGBK. "Data oknum yang dorong-dorong pintu ada semua, fotonya ada semua," ungkapnya.
Pengelola SUGBK, kata dia, akan menyerahkan semua data itu kepada panitia penyelengÂgara Piala Presiden 2018 apabila dibutuhkan untuk menempuh jalur hukum. Sebab, pihak yang berhak melaporkan perusak fasilÂitas SUGBK itu adalah panitia Piala Presiden yang telah memÂberikan jaminan kepada pengeloÂla GBK. "Mungkin panitia yang akan melakukan tuntutan hukum kepada pelaku," tegasnya.
Dengan adanya insiden peÂrusakan fasilitas SUGBK, ia mengimbau semua suporter sepak bola agar menonton setiap pertandingan dengan tertib dan turut menjaga fasilitas yang ada. Sebab, lanjutnya, pengelola bisa saja memboikot perusak fasilitas SUGBK pada pertandingan-pertandingan berikutnya yang digelar di sana.
"Kami juga harus ada proses edukasi kepada publik, sosialÂisasi ke publik, langkahnya bisa sampai ke sana (boikot perusak fasilitas GBK)," ancamnya.
Winarto mengklaim, perÂsiapan sebelum hingga hari H pertandingan telah dilakukan dengan baik, termasuk untuk jumlah kapasitas penonton yang mereka batasi hanya sebanyak 66 ribu orang dari jumlah kapaÂsitas mencapai 78 ribu orang.
"Kalau panitia tidak memikirÂkan aspek sosial, mungkin dijual 80 ribu. Kita paham situasinya, punya kemampuan dan batas maksimum kapasitas," pungkasnya.
Latar Belakang
Kok Bisa Suporter Merusak Miliknya Sendiri Menteri PUPR Heran
Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) mengalami kerusakan cukup parah setelah menggelar laga final Piala Presiden 2018, Sabtu (17/2).
Padahal, stadion terbesar di Asia Tenggara itu baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo pada 14 Januari 2018. Sesaat sebelum pertandingan sepakbola antara Timnas Indonesia dan Islandia. Stadion ini direnovasi untuk pagelaran Asian Games, Agustus mendatang.
Pertandingan yang memperÂtemukan Persija Jakarta dan Bali United itu, berjalan lancar dan aman, dengan hasil akhir 3-0 untuk Persija. 10 ribu personel keamanan yang terdiri dari angÂgota Polri dan TNI ikut dikerahÂkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Usai pertandingan, ribuan pendukung Persija Jakarta yang berada di tribun bawah merangÂsek masuk ke dalam lapangan untuk merayakan kemenangan timnya setelah menceploskan tiga gol tanpa balas. Akibatnya, 7 segmen pembatas antara peÂnonton dengan area lapangan hancur berantakan. Beberapa kursi penonton juga lepas dari engselnya.
Di tengah-tengah pertandingan, ribuan suporter juga memÂbobol Gate D yang sedang dikawal oleh petugas penjaga pinÂtu. Sebelum berhasil menjebol pintu, suporter yang mengenakan atribut warna orange ini, terlebih dahulu terlibat aksi saling dorong dengan petugas. Kalah jumlah karena seporter semakin banyak, akhirnya petugas tidak bisa mencegah dan penonton masuk secara paksa. Akibatnya, sejumlah pintu masuk jebol dan terlepas dari engselnya.
Direktur Utama PT Persija Jakarta Gede Widiade menyeÂsalkan insiden pengrusakan fasilitas SUGBK yang meliÂbatkan The Jakmania saat laga Final Piala Presiden 2018. Dia menegaskan, kejadian pengrusaÂkan adalah tanggung jawab dia sebagai pemimpin klub berjuluk Macan Kemayoran itu.
"Tidak ada yang bersalah selain saya," ujar Gede.
Gede pun meminta maaf kepada Pengurus SUGBK, Panitia Piala Presiden 2018, dan masyarakat atas rusaknya beÂberapa fasilitas di Stadion GBK, Senayan. Ia berjanji mengedukaÂsi pengurus The Jakmania, kumÂpulan suporter pecinta Persija, agar insiden pengrusakan tidak terulang kembali.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun siap bertanggung jawab atas kerusakan yang ditÂimbulkan oleh oknum Jakmania itu. Tapi, setelah berkomuÂnikasi dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Pemprov DKI Jakarta tak perlu mengganti kerusakan itu.
"Tadi ngobrol sama Pak Menteri, kata beliau hanya Rp 150 juta sudah dikelola sendiri saja, tidak usah dari Pemda DKI," kata Anies.
Anies berharap, ada pembiÂnaan untuk suporter sepakbola. Pembinaan itu bertujuan agar suporter bisa menjaga ketertiban saat pertandingan berlangsung. "Mudah-mudahan pembinaan bisa jadi lebih baik, terutama pembinaan kepada suporter," ujarnya.
Bekas Menteri Pendidikan ini, meminta seluruh penonton untuk saling mengingatkan karena fasilitas di SUGBK merupakan cerminan bangsa.
Terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menilai, kerusakan sejumlah fasilitas yang terjadi di SUGBK tidak terlalu parah.
"Kursi tidak rusak, yang rusak hanya 7 segmen akrilik yang roboh," sebut Basuki dalam keterangannnya.
Basuki mengaku kecewa atas kejadian ini. Sebab, peristiwa tersebut mencerminkan belum adanya kesadaran bertanggungÂjawab terhadap fasilitas negara.
"Kok bisa, punya kita sendiri dirusak. Ini dibangun dengan uang pajak kita semua," ingatÂnya. ***