Pemerintah diminta untuk meningkatkan kualitas dan daya saing pekerja Indonesia. Sebab, tantangan ke depan kegiatan perekonomian akan banyak menggunakan mesin dan robot.
Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menÂgatakan, revolusi industri ke-4 akan membawa perubahan struktur ekonomi dan sosial karena industri akan banyak menggunakan mesin. Kondisi ini tentu akan banyak orang kehilangan pekerjaan.
"Mengutip McKinsey, pada 2050, ratusan juta orang di dunia akan kehilangan pekerÂjaan. Paling banyak di China, dengan lebih dari 200 juta orang di sana akan kehilangan pekerjaan," tuturnya dalam acara SUPERMENTOR–21: What the Future Looks Like, di Grand Sahid Jaya Hotel, JaÂkarta, Minggu (18/2) malam.
Dalam acara tersebut hadir juga CEO Mayapada Group Dato Sri Tahir, Ceo AirAsia Tony dan CEO Telkomtelstra Erik Meijer.
Dia mencontohkan, pelabuÂhan Yangshan di Shanghai pada Desember lalu melakukan uji coba terhadap 100 peralatan otomatis, termasuk 50 kendÂaraan berpemandu otomatis tanpa pengemudi untuk menanÂgani muatan. Bahkan, Qianwan Qingdao di China menjadi terminal pelabuhan otomatis pertama di Asia dan pelabuhan tersebut mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menurunkan muatan kapal dari 60 menjadi sembilan.
Selain kehadiran robot, tanÂtangan lainnya yang saat ini sudah jelas terlihat adalah bentuk pembayaran digital atau cashless transaction. Dino mengatakan, negara sepÂerti Amerika Serikat (AS) saja saat ini 40 persen transaksinya sudah cashless.
Pemerintah harus bijak dalam menghadapi tantanÂgan digital itu. Ia menekaÂnkan, agar para pelaku usaha tidak terlalu bergantung pada teknologi dan memalingkan perhatiannya terhadap kebuÂtuhan lapangan kerja orang di sekitarnya.
"Pemerintah harus mencari keseimbangan dari kegiatan ekonomi, dan pantau berbaÂgai pelaku usaha untuk tidak hanya mencari keuntungan seÂmata. Jangan biarkan banyak orang kehilangan pekerjaan karena terlalu bergantung pada sistem robotik," tukasnya.
Direktur utama perusahaan telekomunikasi TelkomtelÂstra Erik Meijer mengatakan, penggunaan teknologi pada lapangan kerja akan meningÂkatkan keamanan karena menÂgurangi risiko kesalahan maÂnusia. Karena itu, pekerjaan yang tersedia selama 10 tahun ke depan akan dibagi menjadi private, seperti praktisi peraÂwat, terapis fisik dan penasihat keuangan pribadi, dan sains yang akan mencakup pekerÂjaan seperti pakar keamanan, pengembang dan insinyur. Sementara itu, pekerja perÂakitan, pekerjaan layanan dan pekerjaan administrasi pada akhirnya akan diganti.
"Kita harus sadar akan adanya pergeseran keterampiÂlan yang dibutuhkan di era digital untuk mendapatkan peluang dari teknologi dan tidak dikesampingkan," kata Erik. ***