Berita

Foto/Net

Bisnis

Industri Kakao Terancam Punah

Impor Hasil Olahan Naik 300%
SENIN, 19 FEBRUARI 2018 | 09:24 WIB | HARIAN RAKYAT MERDEKA

Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) mengaku re­sah dengan semakin besarnya impor hasil olahan kakao. Membanjirnya impor hasil olahan ditakutkan akan mem­buat industri kakao nasional semakin tidak berdaya saing dan terancam punah.

Ketua AIKI Sindra Wijaya mengatakan, pihaknya men­catat tahun lalu impor hasil olahan kakao yang masuk ke Indonesia mencapai 226 ribu ton. Angka tersebut naik hampir 300 persen dari tahun sebelumnya. "Kenaikan yang sangat fantastis, hampir 300 persen," ujarnya, kemarin.

Ia mengatakan, serangan ha­sil olahan impor yang semakin meningkat membuat beberapa pabrik kakao berhenti berop­erasi. "Dulu pabrik kakao hampir mencapai 30 lebih, saat ini hanya tersisa 20 pabrik di seluruh Indonesia. Semakin lama, semakin berkurang," ungkapnya.


Sebenarnya kualitas biji kakao dalam negeri dan impor masing-masing mempunyai kelebihan tersendiri. Untuk keunggulan biji kakao dalam negeri mealting point-nya tinggi, sehingga tidak mudah leleh. Sementara biji kakao impor mempunyai aroma yang cukup bagus dan sudah difer­mentasi sehingga kandungan lemaknya tinggi.

"Artinya, kalau nanti diper­mudah impor biji kakao pun kita masih butuh kakao dalam negeri. Kita tidak akan bisa tinggalkan biji kakao dalam negeri. Oleh karena itu dua-duanya dibutuhkan, namun porsi impornya saja yang harus diperkecil," katanya.

Sindra berharap, pemerintah khususnya Kementerian Per­tanian (Kementan) konsisten kembangkan anggaran untuk industri kakao. Sehingga kual­itas dan produksi kakao dalam negeri semakin meningkat.

"Saat ini produktivitas makin rendah dan harga kakao jatuh, kami khawatir petani akan tinggalkan kakao. Kalau petani tinggalkan, pasti akan punah kakao di Indonesia," tegas Sindra.

Selain itu, AIKI juga ber­harap pemerintah permudah impor biji kakao bukan hasil olahan. Pasalnya, pabrik di dalam negeri tidak sanggup memenuhi kebutuhan yang cukup besar.

"Seharusnya pemerintah harus permudah impor biji kakao, karena nantinya hasil olahan biji kakao impor akan kembali kita ekspor. Ini sangat mendukung program Presiden Jokowi untuk tingkatkan ek­spor, karena 80 persen hasil olahan biji kakao untuk diesk­por," tuturnya.

Kepala Balai Besar Peneli­tian dan Pengembangan Pasca Panen Kementan Risfaheri mengatakan, pemerintah saat ini masih fokus meningkatkan produksi pangan. Sementara komoditas perkebunan seperti kakao belum mendapat perha­tian khusus.

"Memang konsentrasi terbe­sar Kementerian Pertanian un­tuk pangan. Bukan tidak ada (prioritas untuk kakao). Tapi yang terbesar saat ini untuk pangan," ujar Risfaheri.

Menurutnya, penurunan produksi terjadi karena banyak tanaman kakao yang sudah tua dan tidak produktif, sehingga hasil panen sedikit. "Banyak tanaman kakao kita sudah tua. Proses peremajaannya kurang maksimal ya," ungkapnya.

Gerakan Nasional (Gernas) Kakao yang dicanangkan pe­merintah beberapa tahun lalu juga diakui Risfaheri tidak terlalu berhasil. "Memang kemarin ada program Gernas Kakao tapi tidak maksimal ke­lihatannya. Kita mengharap­kan ada peningkatan ternyata tidak," ujar Risfaheri.

Meski demikian Risfaheri mengatakan pemerintah tetap melakukan Gernas Kakao. "Hanya saja program ini me­mang bukan prioritas utama pemerintah," tukasnya.  ***

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya